TWENTY ONE

24.4K 1.3K 47
                                    

Begitu kaki Shayla memijak di gate kedatangan London City Airport, dirinya langsung disambut oleh wajah Helen yang menatapnya dengan masam.

Helen, sekertaris pribadi Shayla, kemudian mengambil alih koper Shayla dan menyuruh tiga bodyguard untuk membawakan troller yang berisi koper dan belanjaan Shayla.

Shayla tertawa kecil ketika melangkah di samping Helen menuju ke mobil. "Helen, kau masih marah?"

"Sudah bukan marah lagi, Ms. Saya frustasi!" Helen kemudian memasuki mobil setelah Shayla juga telah masuk ke mobil, duduk di bangku penumpang.

Shayla kembali tertawa, membuat Helen sangat kesal.

Bila biasanya sekertaris sangat menjaga ucapan dan perilaku pada bos-nya, maka lain dengan Helen.

Helen berperilaku apa adanya pada Shayla, karena ternyata Helen dan Shayla berumur sama, maka Shayla sudah menganggap Helen saudaranya sendiri.

Saat ini, hanya Helen yang bisa Shayla andalkan dan Helen jugalah yang mengerti antara rencana Shayla dan Angelo untuk menghancurkan perusahaan Jasper.

"Anda tidak memiliki rasa bersalah." Cibir Helen. "Kalau anda tahu bagaimana Mr. Max Jasper mencari anda, dan bertingkah seperti orang kesetanan 2 minggu ini karena tidak mendapat kabar dari anda. Belum lagi, saat dia menghampiri kantor Dom Company dan melabrak saya. Mencecar saya dan meng-introgasi saya agar mengatakan dimana posisi anda selama kabur dari Bali. Padahal, saya sama tidak tahunya dengan Mr. Max Jasper."

Tawa Shayla lenyap begitu saja ketika mendengar nama Max. "Max mencariku? Benarkah?"

"Lebih tepatnya, semua orang terdekat anda sedang mencari anda." Helen berdeham, melirik Shayla yang sedang melamun sambil menatap jalanan kota London. "Dan mengenai konferensi pers itu-"

"Batalkan." Jawab Shayla dengan tegas. "Aku kan sudah bilang, pada waktu itu aku sedang mabuk dan Tidak menyadari ucapanku. Jadi, kau sudah membatalkannya bukan?"

Dalam duduknya yang tegap, Helen melirik Shayla sejenak. Lalu berdeham, "Sebenarnya saya tidak bisa membatalkannya, Ms. Jasper."

"Wh-what?!" Mata Shayla melebar saking terkejutnya. "Tapi, kenapa?!"

"Karena-" Helen menelan ludah dengan susah payah, terlalu takut bila emosi bos-nya ini meledak. "Karena bila kita membatalkan pers conference itu, maka kita harus membayar 70% untuk para media dan infotaiment. Karena mereka pun telah membayar demi meliputi pers conference anda."

"Tinggal bayar saja mereka." Ucap Shayla dengan santai.

"Bayar? Menggunakan apa? Daun?"

Shayla berdecak, "tentu saja dengan uang."

"Anda tidak memiliki uang, Ms. Jasper." Helen menjawab dengan cepat, membuat Shayla menyipitkan mata tanda tidak suka pada Helen.

Memang, sih, Shayla tidak punya uang. Tapi dia bisa meminta uang pada Max Jasper.

"Mr. Max Jasper tidak akan memberikan anda sepeser uang untuk membayar ganti rugi atau apapun itu." Tambah Helen.

"Argh! Bisa gila aku kalau begini caranya!" Shayla mengacak-ngacak rambut pirangnya dengan sebal. "Lalu aku harus tetap mengadakan pers conference?"

"Tidak ada pilihan lain, Ms. Jasper."

Shayla mendesah sebal, dia memilih untuk berdiam diri di selama perjalanan, entah menuju kemana. Shayla juga tidak tahu.

Karena tanpa Max, Shayla adalah gelandangan. Walaupun Shayla adalah anak dari pemilik perusahaan Dom Company.

Tapi, apadaya, karena Dom Company sudah direbut oleh perusahaan milik keluarga Jasper.

Wedding And SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang