Kamar Max dan Shayla sudah hening saat ini.
Keduanya sudah tertidur di balik selimut setelah melakukan kegiatan mereka yang begitu memuaskan tadi malam.
Tapi keheningan itu buyar ketika alarm ponsel Shayla berbunyi dengan suara yang begitu memekakan telinga.
"Matikan alarm sialanmu itu." Suara Max serak, tapi dia masih belum bisa membuka matanya. Kantuk masih menguasai dirinya.
Shayla berusaha bergerak ke kiri, mengambil ponsel di nakas yang ada di sebelah kirinya.
Tapi lengan Max melingkari pinggangnya dan kaki Max menjepit paha kanan Shayla. Kalau di lihat, Shayla seolah menjadi guling bagi Max.
"Shayla, Matikan alarm itu..." Max mengerang sebal, tapi masih tak melepaskan tangannya dari Shayla.
"Max, lepaskan tanganmu. Aku jadi tidak bisa bergerak." Ucap Shayla, sama seraknya dan sama ngantuknya dengan Max.
Bukannya melepaskan pelukannya Shayla, Max malah makin menarik Shayla dalam pelukannya dan kemudian Max menyurukkan kepalanya ke tengkuk Shayla, melanjutkan tidurnya.
Shayla mendesah sebal, dengan gerakan paksa, dia berusaha menggapai ponselnya di nakas, dan... dapat!
04.30 WITA : jangan sampai kehilangan sunrise!
"Astaga!" Shayla langsung membuka matanya dan mendorong Max menjauh. "Max, ayo bangun sekarang!"
"Kenapa aku harus bangun?" Max kemudian memunggungi Shayla, malas menghadapi ulah bar-bar Shayla. "Aku mau bangun kalau kita melanjutkan yang semalam."
Mendengar itu, Shayla memutar bola matanya dengan malas. Tadi malam saja entah sudah berapa ronde mereka melakukannya sampai jam tiga pagi.
Max dan Shayla baru tidur selama dua jam.
Tapi yang terpenting, Shayla harus segera bangun dan melihat sunrise. Ritualnya setiap pagi bila berada di Bali.
"Terserah, tapi kalau kau tidak mau bangun dan menemaniku melihat sunrise, jangan harap aku akan sudi lagi memuaskanmu di ranjang!" gertak Shayla.
Max tidak ada respon sama sekali, masih tetap tidur. Hal itu membuat Shayla sebal, dia turun dari kasur dan langsung menuju kamar mandi.
"Tidak ada sex lagi antara kau dan aku!" Shayla mengucapkan ancamannya lagi.
Shayla menghentakkan kaki-nya, kemudian berbalik memunggungi Max.
Tapi gerakan tangannya yang hendak menutup pintu kamar mandi tertahan, Max menarik pintu itu dan kemudian mengangkat tubuh Shayla ke dekapannya.
"See? Aku sudah bangun." Ucap Max.
Pipi Shayla merona kembali ketika tubuh polosnya dan Max bersentuhan. "Kau mau apa?"
"Mau apa?" Max kemudian memasuki kamar mandi dan menutup pintu kaca itu dengan kaki-nya. "Tentu kita akan mandi dan kemudian melihat sunrise."
"Mandi? Bersama?!" Shayla memekik kencang, tapi Max kemudian meletakkan Shayla di bath-up dan kemudian menyalakan air.
"Hm, kita punya waktu mandi berapa menit sebelum melihat sunrise?" Max ikut masuk ke bath-up, kemudian menarik Shayla sehingga duduk di pangkuannya.
Tubuh Shayla menegang ketika tangan besar Max mengusap seluruh tubuh bagian depannya. Walaupun tadi malam Shayla sudah merasakan semua sentuhan Max, tapi, tetap saja Shayla merasa canggung.
"Kita punya waktu 30 menit." Shayla menggigit bibir bawahnya, menahan desahannya ketika Max mengusap dan kemudian meremas dada-nya.
Max tersenyum miring, kemudian mencium pundak Shayla dari belakang. "Oke, tiga puluh menit."
KAMU SEDANG MEMBACA
Wedding And Secret
RomanceMax dan Shayla awalnya menikah karena terpaksa. Namun juga banyak rahasia di dalam pernikahan mereka berdua.