TWENTY EIGHT

21.7K 1.3K 126
                                    

Napas Shayla terengah ketika dia membuka matanya, tubuhnya terasa begitu ringan, dan dirinya berada di tempat yang sangat amat menyejukkan.

"Dimana aku?" Shayla bergumam sendiri. Matanya berkeliling melihat sebuah ruangan berwarna putih, dan hanya ada satu pintu putih di hadapannya.

Tiba-tiba pintu putih itu terbuka, menampakkan sebuah anak kecil yang cantik mengintip di balik pintu, tersenyum kepada Shayla, dan kemudian membuka pintu itu lebih lebar.

"Mommy?"

Begitu anak kecil yang cantik itu mengeluarkan suaranya, seolah memanggil Shayla, ruangan di sekitarnya seolah menggema oleh suara anak kecil itu.

Suara yang merdu, menenangkan, dan membahagiakan di hati Shayla.

"Do you love me, mom?" anak kecil itu masih setia berdiri di depan pintu putih mengenakan baju putihnya.

Shayla kemudian melangkah perlahan mendekati anak kecil itu, lalu bersimpuh di hadapannya sambil memegang kedua bahu anak kecil itu.

"Kau tidak mencintaiku, mom." Ucap anak kecil itu lagi.

Entah mengapa, Shayla menggeleng, setitik air mata jatuh membasahi pipi-nya. "I love you my girl, I really really love you."

Anak kecil itu masih tersenyum, tapi dia menggelengkan kepalanya. "Kau menggugurkan aku ketika masih berada di kandunganmu."

Napas Shayla seolah tercekat, ingatannya kembali ketika dia meminum pil untuk menggugurkan kandungannya. Kemudian anak kecil itu mengusap perutnya yang sudah kembali rata, dan kemudian telapak tangan kecil itu mengusap pipi Shayla, menghapus air mata itu, dan kemudian mengecup pipi Shayla dengan lembut.

"Aku akan berada di surga, mom. Aku akan menunggu Mommy dan daddy disana. I love you, mom."

"Jangan pergi!" Shayla berusaha mencegah anak kecil itu pergi dari hadapannya, tetapi anak kecil itu terus berlari menuju lorong yang dipenuhi cahaya putih, terus berlari sampai Shayla tidak dapat mengerjarnya lagi. "Jangan tinggalkan Mommy, sayang. Mommy mencintaimu, sungguh."

Shayla kemudian bersimpuh karena terlalu lelah berlari, kemudian isakan tangis parau terdengar memilukan.

"Anakku! Kembalikan anakku! Kumohon Tuhan, aku menyesal! Tolong kembalikan anakku!" Shayla meremas perut ratanya kuat-kuat, dia marah, kecewa terhadap dirinya sendiri, sampai kemudian sebuah cahaya putih mendekati-nya, sangat terang, sampai Shayla harus menutup matanya agar cahaya itu tak lagi serasa menyilaukan.

- - -

"Shayla?"

Yang pertama kali dilihat Shayla ketika membuka matanya adalah iris mata biru Max yang menatapnya dengan khawatir.

Shayla masih terdiam, menatap ke sekeliling, merasa asing dengan tempatnya terbangun.

"Kita di rumah-sakit, Shay." Ucap Max, seolah paham dengan pemikiran Shayla.

Tiba-tiba Shayla merintih kesakitan ketika dia merasakan perutnya bergejolak seperti ada yang bergerak-gerak di dalam perutnya.

"Astaga, Shayla. Lihat, dia seperti mengerti bahwa ibu-nya telah sadar."

Ucapan Max serta gerakan tangan Max yang berada di perut Shayla membuat Shayla seketika membekap mulutnya sendiri, tak percaya bahwa janinnya selamat dan perutnya masih membuncit.

Wedding And SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang