Begitu pagar besar berwarna putih itu terbuka, mobil sedan mewah berwarna hitam itu langsung memasuki halaman. Mobil itu berputar sebelumnya mengitari air mancur besar yang indah sebelum akhirnya berhenti tepat di pelataran rumah mewah itu.
"Selamat datang kembali, tuan." Seorang pelayan membukakan pintu itu dan mempersilahkan tuan-nya turun.
Max turun dari mobil, lalu memberikan jas hitamnya pada pelayan tersebut.
"Dimana Ayah?" Tanya-nya.
"Mr. Jasper sudah menunggu anda di ruangan kerjanya. Seperti biasa."
Tanpa menunggu lama lagi, Max segera memasuki rumah mewah itu. Baru saja pintu itu terbuka, tubuh Max yang tegap langsung sedikit terhuyung kebelakang karena sesorang menabraknya dengan cukup kencang.
"Lily." Suara tegas Max membuat gadis kecil yang tadi menabraknya langsung terdiam.
Gadis kecil berumur enam tahun itu mendongakkan kepala-nya, bahkan dalam waktu sepersekian detik, Max bisa melihat binar mata bahagia dari iris mata hazel milik Lily.
Tapi kenyataannya, Lily tidak mengucapkan sepatah kata apapun ketika bertemu kembali dengan Max, Ayah kandungnya.
Max sendiri hanya makin menatap Lily dengan tajam, "lain kali perhatikan langkahmu, Lily. Kepalamu bisa terbentur lagi seperti saat itu."
Lily lagi-lagi tidak menjawab, dia hanya mengulum bibirnya dan kemudian berlari meninggalkan Max begitu saja.
Melihat itu Max hanya mengernyit heran dan kemudian mengusap wajah. Baru satu langkah dia kembali berjalan, figure Ayahnya sudah terlihat di ujung tangga.
"Mau sampai kapan kamu seperti ini, Max?" Suara Jasper –Ayah Max, mulai meng-introgasi.
Max mendecak, "langsung pada intinya saja. Kenapa ayah memanggilku kemari?"
"Kenapa?" Jasper menuruni anak tangga, lalu melangkah mendekati Max. "Pada inti-nya aku ingin kamu tidak menelantarkan Lily begitu saja, Max. Kamu dulu yang benar-benar bersikukuh untuk mendapatkan hak asuh Lily dari Shayla."
Shayla.
Hati Max serasa ditekan dan diremas begitu mendengar nama Shayla muncul kembali. Bahkan saat ini Max bisa merasakan rahangnya yang kian mengeras menahan amarah.
"Sudah enam tahun berlalu, Max. Setelah mendapatkan Lily kamu tidak bertindak sebagai seorang Ayah. Kamu terlalu sibuk kerja dan menelatarkan Lily begitu saja dirumah ini." Jasper melemparkan tatapan tajam pada Max.
"Aku tidak mentelantarkan Lily. Aku hanya tidak bisa mengatur waktu antara pekerjaanku dan Lily. Dia itu masih kecil dan... merepotkan."
"Max!"
Max meneguk ludah, bentakan keras Ayahnya memenuhi ruang tengah ini.
"Kamu lelaki dewasa, Max! Dan Lily seorang anak yang dalam masa pertumbuhan, dari bayi-pun kamu tidak pernah memberikan dia kasih sayang penuh." Jasper kembali mengomel lagi.
"Lalu sekarang apa mau Ayah?" Max menantang. Sorot matanya kian menyiratkan kemarahan.
"Setidaknya ambil lah waktu libur dan ajaklah Lily berlibur bersamamu."
***
15 jam perjalan yang akan Max dan Lily habiskan di kabin first class pesawat ternama ini. Pesawat yang akan membawa mereka berdua ke London.
Max melirik Lily disampingnya yang tersenyum kecil sambil melihat film kartun yang dia putar, entah itu apa judulnya, Max tidak terlalu mengerti.
"Kamu nonton film apa?"
Lily menoleh kesamping, tersenyum pada Ayahnya. "Brave."
Brave? Max tidak banyak berkomentar. Dia hanya kembali mengernyit ikut melihat film yang ditonton Lily. Tetapi semenit kemudian, fokusnya tidak lagi kepada film yang di tonton Lily, melainkan Max kali ini memperhatikan Lily.
Max menghela napas, mengelus rambut kecokelatan Lily dengan sayang. Mungkin dalam satu bulan, Max hanya bertemu Lily satu kali.
Perpisahan dengan Shayla membuatnya tertekan dan ingin melupakan semua itu. Dengan cara menjadi workaholic.
"Kenapa harus London, Yah?" Lily tiba-tiba kembali menoleh, memberikan tatapan bingung pada Max.
Max tersenyum kecil, "kenapa tiba-tiba kamu bertanya?"
"Kata Grandpa, Mama dan Ayah menikah di London, dan Lily dilahirkan di London."
"Grandpa bilang begitu?"
Lily mengangguk. "Sebenarnya, wajah Mama Lily itu seperti apa, Yah? Dia cantik nggak? Kaya princess Elsa?"
Princess Elsa? siapa lagi itu... Max benar-benar tidak mengerti semua tokoh kartun yang disebutkan Lily. Tetapi Max tahu paras wanita yang melahirkan Lily. Masih jelas dalam ingatannya.
"Dia cantik, sama seperti Lily." Max mencubit pelan hidung Lily, membuat Lily tertawa kecil. "Dia mempunyai mata Hazel yang indah sama seperti milik Lily, dan rambut pirang kecokelatan seperti rambut Lily."
Senyum Lily makin mengembang, dia menggenggam tangan Max lebih erat. "Nama mama Lily siapa?" Lily bertanya semangat.
Max terdiam, menelan ludahnya dengan susah payah. Dia menghela napas perlahan. Setelah ini Max yakin, lima belas jam perjalanan kemudian, Lily yang sebenarnya cerewet akan mencecarnya untuk menceritakan tentang wanita itu.
"Namanya, Shayla. Shayla Dominic."
---
A/N: Wups! Welcome to my new story! Selamat jatuh cinta dengan cerita ini! Happy Reading!
Regards,
A
KAMU SEDANG MEMBACA
Wedding And Secret
RomanceMax dan Shayla awalnya menikah karena terpaksa. Namun juga banyak rahasia di dalam pernikahan mereka berdua.