FIVETEEN

21K 1.1K 66
                                    

Angelo tidak berbohong dan main-main dengan perkataannya.

Nyatanya, Angelo benar-benar mengajak Shayla pergi berkencan hari ini.

Setelah jalan-jalan setengah hari mereka mengunjungi beberapa tempat wisata di Bali, disinilah mereka berdua saat ini.

Di sebuah restoran di pinggir pantai, dan menunggu sunset.

Mata Angelo terpaku pada ciptaan Tuhan yang indah di hadapannya.

Shayla.

Wanita itu tersenyum ketika melihat segerombolan anak-anak muda yang sedang bermain bola volly di pinggir pantai.

"Jadi, bagaimana perkembangannya?"

Ucapan Angelo membuat Shayla berpaling, kembali menatap Angelo. "Perkembangan apa?"

Angelo menghela napas, apa karena terlalu bahagia, Shayla jadi melupakan tujuannya untuk menghancurkan Max Jasper?

"Perkembangan perusahaan Jasper tentunya. Kau tidak lupa bukan, tujuanmu menikahi Max si berengsek itu?"

Senyum Shayla memudar dengan cepat. "Aku tidak lupa."

"Lalu?"

"Bisakah kita bahas hal yang lainnya, Angelo?" Shayla mulai jengah. Dia tidak ingin membahas soal penghancuran perusahaan Jasper.

"Shayla, kau harus bergerak cepat sebelum si berengsek itu menceraikanmu. Aku tahu akal liciknya. Dia akan menceraikanmu dalam waktu dekat ini, mengingat bahwa perusahaan kedua orangtuamu sudah ada di tangannya." Ucap Angelo.

"Aku mengerti." Shayla berpaling kearah lain.

"Sebelum dia menceraikanmu, pastikan kalau kau sudah menghancurkannya." Angelo meraih tangan Shayla, kemudian menggenggamnya. "Jadi, informasi apa yang sudah kau dapatkan tentang perusahaan Jasper?"

Shayla menggeleng pelan, dia selama ini hanya terpaku pada Max. Sampai melupakan tujuannya.

Shayla hanya merasa kebahagiaan setelah pernikahan yang diberikan Max, walaupun Max tidak benar-benar mencintainya.

Walaupun tanpa cinta dari Max, Shayla tetap merasa bahagia oleh pernikahan ini.

Sampai melupakan tujuan utamanya.

Max telah mengalahkannya tanpa Shayla sadari. Shayla sudah kalah, Dan Max memenangkan hatinya.

Melihat Shayla yang hanya terdiam, Angelo menyipitkan matanya, menatap curiga. "Jangan bilang bahwa kau telah jatuh cinta pada Max."

Kepala Shayla makin menunduk dalam, dia bahkan tidak berani menatap mata Angelo.

"Tidak Shayla, kau tidak boleh jatuh cinta pada Max."

"Angelo," Shayla mendongakkan kepalanya, menatap Angelo. "Aku berkali-kali mencoba membencinya. Tapi dia lelaki yang bisa membuat aku membenci dan mencintainya dalam waktu yang bersamaan. Aku tahu aku salah, tapi... tapi aku sudah benar-benar cinta pada Max, dan rasanya, cinta itu yang membuat aku tidak peduli lagi bahwa Max akan menghancurkan hidupku atau tidak."

Kali ini, Angelo bisa melihat mata Shayla yang berkaca-kaca. "Yang aku inginkan saat ini hanyalah kebahagiaan bersama Max. Apa tidak boleh aku merasakannya walau hanya sementara?"

Hati Angelo serasa remuk mendengarnya, "lalu apa artinya aku bagimu, Shay?"

"Kamu lelaki yang baik, Angelo. Kamu kakakku dan hal itu tidak akan pernah berubah." Jawab Shayla.

Angelo terkekeh, miris, dan pedih.

"I love you." Hanya kata itu yang bisa di ucapkan Angelo saat ini.

Wedding And SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang