Angela membuka sedikit pintu kayu dihadapannya ini.
Senyum manisnya lantas mengembang ketika melihat sang kakak, Angelo, sedang sibuk dengan laptop-nya.
Angelo terlihat tampan dengan ekspresi seriusnya serta kacamata yang membingkai mata indahnya.
"Selamat malam Mr. Angelo Seansya." Angela mengetuk pintu, kemudian membukanya lebih lebar.
Mendengar suara lembut yang akrab itu, Angelo sontak mendongakkan kepalanya. Lantas tersenyum ketika mendapati sang adik ternyata sudah sampai di Indonesia.
"Jam berapa kamu sampai?" Tanya Angelo.
Angela yang akhirnya melangkah mendekat, lalu melingkarkan kedua tangannya di leher Angelo, memeluk kakak kembarnya dari belakang.
"Kakak macam apa yang enggak punya inisiatif untuk jemput adiknya sendiri?" bukannya menjawab, Angela malah menyindir Angelo.
Angelo terkekeh kecil. "Maaf Angela, aku sibuk sekali hari ini."
Angela menghela napas, lantas mengecup pipi kiri kakaknya. Dari kecil sampai sekarang, Angela dan Angelo selalu sama. Tetap saling menyayangi satu sama lain.
"Angelo, aku tahu kamu patah hati. Tapi setidaknya kamu tidak boleh selalu larut dalam pekerjaan."
"Aku memang patah hati, tapi aku masih bekerja dalam batas yang wajar Angela." Angelo mencoba membela diri.
"Oh ya? Wajar? Apakah wajar bila seseorang rela bolak-balik Bali ke Jakarta. Dan di Bali sibuk dengan resor keluarga, sedangkan di Jakarta sibuk untuk mengurus rumah-sakit milik Papa. Ah, kamu mulai gila Angelo. Jangan jadikan pekerjaan sebagai pelampiasan agar kamu bisa melupakan Shayla. Pikirkan dirimu dan kesehatanmu." Angela melepaskan pelukannya, kali ini duduk di kursi yang berhadapan dengan Angelo.
Angelo melepaskan kacamatanya, lalu menutup laptop. "Sudahlah Angela, aku baik-baik saja."
Mendengar itu, Angela hanya menghela napas. Tapi tetap memaksakan senyum untuk Angelo. "Shayla rindu denganmu. Mungkin, kamu bisa berhenti menghindari-nya dan menemui Shayla. Dia butuh kamu, Angelo."
"Beri aku waktu, Angela." Angelo tersenyum tipis. "Karena bila aku bertemu dengannya dalam waktu dekat ini, aku tidak bisa menahan diri untuk tidak melepaskannya lagi."
Percakapan Angela dan Angelo di akhiri dengan keheningan setelahnya.
Andai saja almarhum Mr. Dominic -ayah Shayla, tidak meminta Shayla agar mempertahankan perusahaan keluarga mereka, Shayla tidak akan menikah dengan Max Jasper.
Andai saja, Shayla membalas cintanya, semuanya tidak akan serumit ini.
***
Begitu Max dan Shayla keluar dari mobil, dirinya disambut oleh para penari Bali yang menyambut mereka di lobi resor.
Cukup unik, ketika Max dan Shayla diberi kalung bunga-bunga dan disuguhi orange juice oleh para staff yang menyambut keduanya.
Seusai tarian penyambutan khas Bali itu selesai, seorang manajer menghampiri Max dan Shayla.
"Welcome in Dewata Resor, Mr dan Miss. Jasper. Nama saya Abhek. Saya manajer di sini dan secara khusus akan mengantarkan ke kamar istimewa untuk anda dan istri anda." Ucap sang manajer dengan bahasa inggris-nya yang bercampur logat Bali.
Shayla menahan senyum lebarnya ketika Abhek mengerling kepadanya. Shayla jelas sudah mengenal Abhek dengan baik. Karena dari kecil Shayla sudah sering main ke resor milik keluarga Angelo dan Angela.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wedding And Secret
RomanceMax dan Shayla awalnya menikah karena terpaksa. Namun juga banyak rahasia di dalam pernikahan mereka berdua.