THIRTHY

31.7K 1.3K 212
                                    

Shayla hanya diam sambil melihat Max yang sedang berbicara dengan Bryan-- sekertaris pribadi Max.

Max kelihatan aneh selama seminggu ini. Terlihat sedikit uring-uringan, mudah emosi bila di kantor, dan hal-hal lainnya.

Tetapi di depan Shayla yang saat ini sudah menginjak kandungan 9 bulan, Max selalu bersikap baik dan menuruti semua keinginan Shayla-- termasuk, tidak berhubungan lagi dengan Angela.

"Kau melamun lagi."

Shayla mengerjapkan matanya, lantas tersenyum kepada Max yang saat ini sudah bersimpuh dihadapannya sambil mengelus perut Shayla yang besar.

"Aku ingin ikut, Max..." Shayla kembali membujuk, dan Max menggelengkan kepalanya.

"Aku akan berangkat sendiri ke Jepang, Shay. Aku tidak ingin kau ikut dan terdapat kemungkinan besar bahwa kau akan melahirkan di Jepang." Max tertawa kecil ketika melihat Shayla yang mencebikkan bibirnya dengan kesal. "Aku ingin anakku lahir di London, disini, kota tempat kita bertemu dan menikah."

"Tapi bagaimana kalau dia lahir terlebih dahulu sebelum ayahnya pulang?" Tanya Shayla sambil mengusap perutnya.

Max dengan cepat menggelengkan kepalanya. Lalu mengecup perut buncit Shayla berkali-kali. "Anakku tidak boleh lahir terlebih dahulu tanpa menunggu Ayah pulang, oke?"

"Baik ayah." Shayla yang menjawab.

Keduanya tertawa, kemudian saling menatap satu sama lain untuk sesaat, sampai kemudian Max mencium bibir Shayla. "Jangan banyak bertingkah dengan perutmu yang besar itu." Max berpesan.

"Cepat pulang, Max." Rengek Shayla, sambil mengusap lengan Max yang sedang memeluknya. "Dan jaga kesehatan disana."

"Alright. Aku akan berangkat sekarang." Max membantu Shayla untuk berdiri, kemudian memeluk istrinya sekali lagi.

Sebelum kemudian memasuki mobil dan meninggalkan Shayla dengan berat hati.

* * *

Selama kurang lebih tiga bulan setelah kejadian pertengkaran Max dan Angela pada saat itu, baik Max maupun Angela memutuskan kontak keduanya. Baik hubungan melalui telepon atau berhubungan badan seperti biasanya, dilupakan oleh keduanya.

Tapi sepertinya hanya Angela yang menghindari Max dalam arti sesungguhnya. Berbeda dengan Max, yang ternyata selalu mematai-matai semua apa yang dilakukan oleh Angela melalui orang-orang suruhannya.
Max tahu, ketika dia meninggalkan Angela, wanita itu tidak pernah sekalipun berkencan dengan lelaki selain dirinya, Angela lebih sering menyibukkan diri dengan mengambil job wedding organizer yang akan membuat dirinya lebih sibuk dan melupakan Max.

Bahkan Max tahu, bahwa selama masa break hubungan keduanya, Angela terlalu memaksakan diri dalam bekerja sehingga tidak memiliki waktu istirahat dan sampai beberapa kali jatuh sakit.

Perasaan bersalah tentu menggerogoti hati Max, semua salahnya. Max terlalu egois karena menarik Angela kembali dalam kehidupannya dan Max terlalu emosi pada saat itu ketika Angela beradu mulut dengan Shayla.

Max hanya ingin mencoba memprioritaskan hati-nya dan seluruh hidupnya untuk satu wanita, untuk cinta-nya, dan untuk ibu dari anak-anaknya.

Dan ketika Max sudah menekadkan itu semua, walaupun terkesan egois dan berengsek, Max akan melepaskan seseorang yang memang seharusnya tidak ada dalam kehidupan rumah tangga-nya dengan Shayla.

"Kita akan kemana?"

Itu sudah pertanyaan kelima kali-nya yang terlontar dari mulut Angela ketika mereka duduk di dalam jet pribadi Max menuju ke Jepang.

Wedding And SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang