ELEVEN

22.2K 1.3K 50
                                    

Kelopak mata Max membuka perlahan ketika dia mendengar seorang wanita bersenandung.

Max memiringkan tubuhnya kearah kanan, dan pada saat itu juga matanya yang tadi sangat mengantuk, terbuka lebar.

Shayla duduk didepan meja rias, membelakangi-nya. Merias diri sambil bersenandung kecil.

Tapi yang membuat rasa kantuk Max hilang, karena menatap punggung indah Shayla yang ter-ekspos sempurna karena desain gaun yang dipakai wanita itu.

"Mau kemana kau?" Max bertumpu pada siku tangan kanannya untuk duduk.

Oh sial, kepalanya terasa pusing dan tenggorokannya begitu kering.

Melihat suami-nya sudah bangun, Shayla tersenyum tipis, kemudian membuka kulkas kecil yang tersedia di kamarnya.

Shayla mengambil botol air mineral, lalu menyodorkannya pada Max.

Max menerima botol air mineral itu dan langsung meminumannya. Mata biru Max tidak bisa lepas dari Shayla yang mengenakan gaun berwarna merah yang menampilkan lekuk tubuh indahnya.

"Jawab pertanyaanku." Ucap Max setelah minum.

"Pertanyaan apa?"

Max memutar bola matanya, "kau mau kemana?"
"Oh..." Shayla tersenyum lagi, makin lebar. Dan Max mengernyit heran, takut bila istrinya ini sudah tidak waras lagi karena terlalu banyak tersenyum. "Resor ini setiap malam mengadakan dinner bersama di tepi pantai. Kau harus ikut, ayo bangun pemalas!"

"Aku bukan pemalas." Jawab Max dengan tajam.

"Whatever." Shayla menarik tubuh Max sehingga lelaki itu dengan terpaksa bangun dari duduknya di kasur. Pipi Shayla merona ketika Max berdiri tepat didepannya tanpa pakaian. Hanya mengenakan sweet pants pendek. "Aku akan mengenalkanmu sebagai suamiku pada keluargaku."

"Keluargamu?" Max mengernyit heran, sepengetahuannya, Shayla sudah menjadi yatim piatu dan tidak memiliki keluarga.

Shayla tersenyum tipis. "Kedua orang tua Angela dan Angelo sama saja kedua orangtuaku. Dan Angela-Angelo adalah saudaraku. Ah, sudahlah, cepat mandi! Aku tidak mau terlambat."

Saat Max membuka pintu kamar mandi, dia kemudian menghetikkan langkahnya. "Hey, Shay."

"Apa?"

"Kau tidak mau memandikanku? Tubuhku benar-benar lelah." Max mencoba menggoda Shayla dengan memasang wajah kelelahan.

"Max!" Shayla langsung memalingkan wajahnya, menutupi wajahnya yang memerah.

"Baiklah kalau tidak mau, aku akan membuka tirai kamar mandi agar kau bisa melihatku mandi." Max menggoda lagi.

"Demi Tuhan, Max. Hentikan, tidak lucu." Shayla menggeleng sebal.

Max terkekeh geli karena berhasil menggoda Shayla. "Kau akan mendapatkan rewards dariku karena memilih kamar mandi dengan kaca transparan."

"Baiklah, aku tunggu." Shayla kembali duduk di depan meja rias ketika Max sudah menutup pintu kamar mandinya.

Shayla menatap dirinya sendiri di depan cermin, lalu tersenyum geli saat melihat pipinya memerah karena Max yang menggoda-nya.

Lelaki itu, bisa dengan mudahnya membuat Shayla marah dan bahagia di waktu yang bersamaan.

Max tidak boleh tahu, kalau dari tadi Shayla mati-matian mengindahkan perasaan berdebar-debar yang dia rasakan setiap kali berada di dekat Max Jasper.

Wedding And SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang