~Twenty One~

1.3K 95 44
                                    

"Perkenalkan ini Valevi Fakrez murid baru dari Melbourne."

"Hai semua, kalian bisa memanggilku Vale"

Valevi melambaikan tangannya pa seluruh penjuru kelas.

Hali mengumpat pelan saat Valevi masuk kedalam kelasnya. Ia lalu memasang earphone di telinganya.

"Nah Vale, silahkan duduk di belakang Halilintar. Halilintar, acungkan tanganmu"

Tidak ada tanggapan sekali dari Hali, Pak Rudy menggelengkan kepalanya melihat tingkah laku murid sekaligus keponakannya itu.

"Tidak apa-apa Pak, saya tau orangnya"

Valevi lalu berjalan menuju bangku yang ada di belakang Halilintar. Tapi ia berhenti di depan bangku Halilintar.

"Hai Hali sayang, kita bertemu lagi"
------

"Huaa... capek banget, jadi ketua kelas itu memang capek ya"

Gempa menaruh tangannya di belakang kepala, ia berjalan pelan disamping Api.

"Jelas lah, kamu masih mendingan cuma ketua kelas. Aku, ketua kelas di Chinese- 2 juga ketua OSIS. Capek banget kan" kata Gempa.

"Samperin Taufan yuk" ajak Api.
"Ok"

Gempa dan Api kemudian berhenti di kelas XI Italia- 1

"Taufan, ayo ke kantin" ajak Gempa lalu memasuki kelas Taufan.

Gempa terkejut saat melihat Thorn bersama Taufan.

"Aku sudah memberitahu mu, terserah padamu mau percaya atau tidak" Thorn menyeringai lebar.

"Ti--tidak mungkin" Air mata Taufan sudah tidak kuat membendung. Taufan terlihat memegang foto dan menatap foto itu sambil menangis.

"THORN!! Apa yang kau lakukan" Gempa dan Api langsung berlari memeluk Taufan.
"Aku hanya memperingatkan Taufan tentang Hali dan murid baru itu" Thorn lalu keluar kelas tanpa sepatah kata lagi.

"Ada apa Taufan? Kenapa? Jelaskan padaku" Gempa mengguncangkan tubuh Taufan.

"Katakan ini tidak benar" Taufan memeluk Gempa dan memperlihatkan foto-foto itu pada Gempa.

"Astaga,, tidak,, pasti ada yang salah"

Di foto itu terlihat Hali sedang mencium bibir seorang gadis berambut merah, walaupun diambil dari belakang sudah cukup untuk menjadi bukti.

"Tenang Taufan, yakinlah Hali tidak berbuat seperti itu"

Api sudah mencoba menghibur Taufan, tapi tidak mempan. Taufan masih saja menangis di pelukan Gempa.

"Aku tidak tahan lagi, kemarin dia menggendong nya, sekarang dia mencumbu cewek baru itu. Aku tidak tahan, aku ingin kembali ke New York saja" isak Taufan disela-sela tangis nya.

"Sstt... jangan berkata seperti itu. Kau coba saja minta penjelasan padanya" kata Gempa.

Taufan berhenti menangis, ia merasakan kepercayaannya kepada Hali sudah mulai runtuh. Hali bahkan mengkhianati kesempatan keduanya.

Tapi Taufan terlalu sayang dengan Hali, ia masih membiarkan Hali bersama dirinya mungkin ini yang disebut kesempatan ketiga.

"Taufan... ayo kita ke kantin"

Hali masuk ke kelas Taufan seolah tidak terjadi apa-apa padanya. Ia lalu mendekap erat Taufan.

"H-- Hali?"

"Sebentar saja, aku ingin memeluk mu"

Taufan merasa sedikit tenang karena laki-lakinya sekarang berada bersamanya.

"Kita keluar duluan"

Gempa dan Api lalu keluar dari kelas Taufan.

"Dear... aku sangat mencintaimu"

Hali memeluk tubuh Taufan sangat posesif. Seolah akan kehilangan Taufan, tapi memang benar sebentar lagi ia pasti akan kehilangan kepercayaan dari Taufan.

"Hali... sebenarnya siapa anak baru yang kemarin kamu gendong?"

"Dia mantan pacar ku sebelum Rania, Valevi namanya panggil saja dia Vale. Ada apa kamu bertanya seperti itu?"

Penjelasan Hali membuat Taufan sedikit lega. Taufan lalu melepaskan pelukan Hali, ia menatap dalam mata Hali.

"Lebih cantik Vale ya daripada aku?" Taufan menggembungkan pipinya.

Moodnya sedang manja sekarang. Sedetik kemudian ia menangis, ia langsung memeluk leher Hali.

Ia merasakan aroma mint yang menguar dari tubuh cowok itu. Taufan memukul dada bidang Hali, membuat cowok itu bertanya-tanya.

"Hei... tenang-tenang. Ada apa?" Hali mengusap lembut punggung Taufan, mungkin pikiran gadisnya sedang karu-karuan saat ini.

[Hali]

Sial!!

Ada apa dengannya? Kenapa dia bertanya seperti Itu?.

Tolong jangan buat aku semakin merasa bersalah. Cukup kejadian Valevi yang tiba-tiba mencium bibir ku saja yang ku sembunyikan darinya, itupun aku merasa bersalah.

Sekarang kenapa dengan mu? Ayolah Taufan, kau gadisku. Kenapa kau sangat rapuh disaat seperti ini?.

"Hei... tenang-tenang. Ada apa?"

Aku berusaha menenangkan Taufan dan mengabaikan pertanyaan nya.

"Hali... jawab dulu, lebih cantik Vale ya daripada Taufan?"

Moodnya sedang manja hari ini, sabar Hali dia gadis mu. Taufan memeluk leherku dan membenamkan wajahnya di sana.

Aku lalu mengecup puncak kepalanya, ia terlihat lebih tenang sekarang.

"Tentu saja tidak, Taufan lebih cantik daripada wanita jalang itu. Dan satu lagi, Hali hanya milik Taufan"

Mungkin ini sedikit lebay, tapi kalau hanya untuk melihat nya tersenyum aku rela melakukan apa saja

"Kalau begitu berarti ini bohongan kan, ini bukan Hali kan?"

Taufan memberikan selembar foto kepada ku. Entah apa yang dimaksud Taufan, tapi aku tetap melihat foto itu.

Shit!!

Siapa yang memotret ini?!, Arghh... bagaimana cara ku menjelaskannya pada Taufan.
Keep calm Hali...

"Itu memang Hali, tapi yang cium bukan Hali. Yang cium duluan itu Vale, bukan Hali"

Jangan!! Arrgghh... dia menangis lagi. Apa yang harus kulakukan?

"Jadi itu Hali ya? Hali udah gak cinta sama Taufan lagi? Hali udah lupa sama Taufan ya?"

Aku hanya membuang nafas mengetahui hal itu, kenapa harus seperti ini?

"Enggak Taufan, Hali cuma sayang dan cinta sama Taufan. Hali gak bakalan lupa sama Taufan"

Aku lalu mendekap erat pinggangnya, aku merasakan sesuatu yang mulai hilang dari dirinya.

"Janji, jangan tinggalkan Taufan lagi ya Hali."

Moodnya sudah sangat manja sekarang. Aku lalu melepaskan dekapan ku dan mengusap lembut air mata.

"Iya, aku janji. Sudah ya, sekarang jangan nangis lagi"

"Makasih Hali... Taufan sayang Hali.."

Taufan benar-benar childish sekarang, tapi tidak masalah, karena dia gadisku.

------------------

Part 21!!

So...

Bagaimana? Please comment dan vote ya...

Siapa yang mau Valevi musnah ditelan bumi*huahahahaha

Oke ini gaje, terserah kalian lah...

Byee..

~Author Ve~
//Zsaveira\\

You Are Mine Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang