~Seven~

1.4K 113 3
                                    

Pelajaran kedua telah usai, kini saat yang paling ditunggu tunggu, yaitu saat long time tiba, tapi tidak semua murid bisa keluar terlebih dahulu, dikarenakan tugas yang mereka kerjakann belum selesai, Taufan sudah menyelesaikan tugasnya.

"Huh... aku harus menenangkan pikiranku dulu" kata Taufan.

Ia kemudian keluar kelas dan tanpa disengaja bertemu dengan Thorn.

"Cyclone!?" Seru Thorn.

"Jangan memanggilku dengan nama itu, panggil aku Taufan" kata Taufan.

"Baiklah, ayo aku ingin berbicara penting denganmu" kata Thorn.

"Ada apa?" Tanya Taufan.

"Ayo kita ke taman belakang sekolah, aku ingin berbicara penting denganmu" kata Thorn.

"Baiklah" jawab Taufan.

~Skip~

"Apa yang yang ingin kau bicarakan?" Tanya Taufan

Thorn kemudian memegang tangan Taufan.

"Aku sebenarnya ingin hubungan kita kembali lagi" kata Thorn.

"Maaf Thorn, aku tidak bisa. Aku sudah tidak mencintaimu lagi, aku sudah menemukan pengganti mu. Jadi sekali lagi aku minta maaf" kata Taufan melepaskan tangannya dari tangan Thorn.

"Oh, begitu ya. Tak apalah, memangnya siapa dia?" Tanya Thorn.

"Dia orang yang sangat pengertian, walaupun selera humornya sangat rendah. Dia selalu marah jika aku berbuat kesalahan. Dan dia... juga mengajarkan aku apa artinya diri sendiri" kata Taufan.

"Siapa dia?" Tanya Thorn.

"Aku tidak bisa memberitahu nya pada mu" jawab Taufan.

"Baiklah, tak masalah. Semoga kau cepat jadian dengan dia" Kata Thorn.

Taufan mengangguk dan duduk di kursi yang ada di sana.

"Kau tidak kembali ke sekolah?" Tanya Thorn.

"Tidak, aku akan menghabiskan waktu long time ku disini" jawab Taufan.

Thorn mengangguk dan meninggalkan Taufan disana.

Tanpa Taufan sadari ada dua orang yang sedang mengincar dia.

"Kita lakukan sekarang" tanya salah satu dari orang itu.

"Baik, ayo" kata orang satunya.

Kedua orang itu mendekati Taufan, Taufan terkejut dan langsung berdiri.

"Siapa kalian?! Mau apa?!" Bentak Taufan.

"Tidak perlu tahu siapa kami, dan kami hanya ingin memberikan mu pelajaran kerena kau masih mendekati Halilintar" kata seorang dari mereka.

"Hiya...." orang itu akan memukul Taufan.

Dengan refleks cepat Taufan menangkisnya. Orang yang satunya kemudian memukul pipi Taufan, darah mengalir dari sudut bibir Taufan.

Seseorang kemudian menendang Taufan dari belakang, Taufan kemudian terjatuh. Tapi tidak sampai di situ saja, Ia lalu berdiri dan menendang dada salah satu dari mereka.

Orang itu lalu jatuh, kini tinggal satu orang lagi. Taufan hendak memukul nya tapi orang itu lagi lagi meninju pipinya secara bergantian.

Tanpa disadari orang yang satunya lagi sudah berdiri dan memukul tengkuk Taufan. Perlahan kepala nya kini memberat, di wajahnya penuh luka memar dan di sudut bibirnya darah mulai mengalir deras. Orang itu lalu menyayat kardigan biru Taufan dengan pisau lipat yang dikeluarkan dari kantungnya. Kulit tangan Taufan pun juga ikut tersayat. Ia lalu ambruk bercucuran darah di situ.

Dua orang itupun membuka topeng wajah nya dan ternyata mereka adalah Blaze dan Kaizo. Mereka lalu bertos ria dan meninggalkan Taufan disana.

~OoOoO~

Halilintar mulai gelisah dengan keadaan Taufan. Ia baru Keluar kelas karena tugasnya juga baru selesai, ia mempercepat langkahnya ke taman belakang sekolah dan berharap Taufan tidak ada disana.

Saat memasuki lorong sebelum taman ia sempat merasakan kegelisahan yang luar biasa.

Langkahnya terhenti saat melihat gadis babak belur di sana, ia berharap itu bukan Taufan, tapi harapannya musnah ketika melihat cardigan yang dipakainya adalah cardigan yang sama saat ia bertemu Taufan, hanya bedanya ada bekas sayatan di cardigan itu.

Hali lalu mendekati gadis itu yang notabene adalah Taufan sendiri. Ia lalu mendekap Taufan.

"Apa yang terjadi dengan mu? Siapa yang berani melukai mu? Maaf aku tak bisa melindungi mu" tangis Hali.

Ia mendekap tubuh Taufan dengan erat, tak peduli darah dari sudut bibir Taufan mulai membasahi seragam nya. Taufan perlahan berusaha membuka matanya, ia merasakan ada yang memeluk nya. Ia menyadari bahwa Hali yang memeluk dirinya.

"H- Hali?" Kata Taufan.

Hali lalu melepaskan dekapannya, dilihatnya Taufan tersenyum tulus menahan rasa sakit.

"Hentikan senyuman mu itu bodoh, kau masih saja bisa tersenyum walaupun terluka?!" Bentak Hali khawatir.

Jari tangan Taufan yang bercucuran darah kemudian memegang pipi Hali, pipi Hali kini ada bercak darah dari tangan Taufan.

"Aku h- harus t- tersenyum, akh.. aku tak ii- ingin mem- buat siapa pun khawatir" kata Taufan.

"Bodoh, kenapa kau tak ingin membuat siapapun khawatir?, padahal kenyataannya mereka akan tetap Khawatir padamu" kata Hali.

"Hnn-" Taufan hanya mendengus dan kemudian memegangi kepalanya lalu pingsan.

Hali lalu menggendong Taufan ala bridal style. Ia membawa Taufan ke UKS, karena jika ia membawanya ke RS itu terlalu jauh dan luka Taufan harus segera di tangani.

~OoOoO~

Koridor sekolah sangat ramai, Hali menjadi pusat perhatian bagi orang-orang disana. Tak jarang ada yang menanyai Hali.

"Ada apa dengan Taufan?"
"Kenapa dia?"
"Hah.. siapa yang melukai Taufan?"

Tapi para murid itu langsung dihiraukan oleh Hali.

"Kak Hali.!? Ada apa dengan Kak Taufan?" Kata Cheryl yang tiba-tiba sudah berada di depan Hali.

"Ck.. sudah nanti saja tanya nya. Sekarang bantu Kakaknya untuk menyuruh semua orang ini menyingkir dari jalan Kakak" jawab Halilintar.

"Baik Kak" kata Cheryl.

"HEI SEMUANYA?! MENYINGKIR DARI JALAN KAK HALI!!" bentak Cheryl.

Seketika orang yang mendengar teriakan Cheryl langsung menepi.

Taufan langsung berlari dan berbelok ke kanan saat sampai di ujun, ia lalu membuka ruang UKS. Suster Penjaga UKS kemudian langsung berdiri dan menghampiri Hali.

"Kenapa dia?" Tanya Suster penjaga UKS tersebut.

"Nanti saja dijelaskannya. Balut lukanya sekarang" perintah Hali.

Hali kemudian membaringkan tubuh Taufan di salah satu ranjang disana. Suster Penjaga itu lalu menarik meja yang terdapat beberapa obat-obatan dan segera menangani luka Taufan.

Hali kini mulai berapi-api, dia hendak pergi dari sana namun tangannya dipegang oleh Taufan yang masih setengah sadar.

"Kau tunggu Taufan dulu, nanti jika dia sudah sadar kau boleh meninggalkan dia" kata Suster itu.

Hali mengangguk ia kemudian menarik kursi dan duduk di samping ranjang Taufan.

___________________________

Hai... hampir mendekati akhir episode nih... terus ikuti perkembangan cerita ini ya...

And terus vote comment

Bye...

~RedStyle

You Are Mine Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang