Untuk pembaca baru, cerita ini belum pernah aku revisi sama sekali. Jadi masih banyak typo dan adegan kurang enak menurutku.
Berhubung cerita ini udah terbit, jadi aku perbaiki seluruh pengejaan dan alur di sana. BUKU NOVEL AKAN JAUH AMAT SANGAT RAPI DAN ENAK DI BACA + JELAS DAN GAK GANTUNG SERTA BANYAK PENAMBAHAN ALUR BARU.
SO, aku saranin untuk langsung beli novelnya aja ya! Kalau mau tetep baca disini ya gak papa sih. Tapi maaf kalau memang kurang nyaman. Thank u atas pengertiannya!❤
***
Seorang perempuan bernetra mata hitam dengan kacamata minus yang bertengger manis di atas hidung mancungnya. Ia memakai seragam sekolah rapi dipadukan dengan sepatu hitam putih biasa. Rambutnya ia kepang rapi membuat kesan 'Nerd' untuknya.
"Woy, itu mata kenapa sampe empat, mba?"
"Eh, bocah mata empat lewat."
"Ada juga orang kek dia di zaman sekarang? Musnah aja, lah."
Komentar yang tidak mengenakkan terus saja memenuhi rongga telinga perempuan itu, membuat dirinya ingin cepat cepat melalui koridor sekolah yang makin di ramaikan oleh para anak murid.
Ia menundukkan kepalanya dalam dalam lalu memegang erat buku paketnya, sungguh, ia malu.
Tanpa memperhatikan jalan, tubuhnya terhuyung kebelakang hingga bokongnya menyentuh tanah. Ringisan pelan lolos dari bibir mungilnya membuat ia cepat cepat mendongak.
"Maaf. Lo nggak papa, kan?" Renata, itu namanya. Cewek itu menatap dalam dalam cowok yang tak asing lagi baginya.
"Harusnya gue yang tanya. Lo nggak papa?" Tunggu, ia tas salah dengar, kan? Cowok di depannya ini menanyakan tentangnya?
Tangan cowok itu terulur untuk membantu Renata yang masih lugunya duduk di atas lantai. Perempuan itu dengan ragu meraihnya lalu segera bangkit.
"Makasih." Dengan cepat, cowok itu melepaskan tangannya dari genggaman Renata dengan kasar.
"Makanya, kalau jalan liat liat. Pake kaki yang bener." Sorot mata dingin dan menusuk di tunjukkan pada Renata. Cewek itu memainkan ujung roknya menetralisir rasa gugupnya.
"Ma-af, ya."
"Nggak butuh." Langkah kaki cowok itu mendahului Renata, tak peduli sekarang cewek itu memendam rasa malu yang mendalam.
Tanpa banyak berdiam diri. Renata melangkahkan kakinya menuju kelasnya, 12 IPA 3. Bel sudah berbunyi sejak lima menit lalu, jika ia tak berlari sekarang, maka dirinya akan di dapati berdiri di tengah lapangan dengan cucuran keringat di dahinya.
"Lo kemana aja? Gue kira lo nggak sekolah."
"Ya elah cuman telat beberapa menit, kok. Tadi ada masalah sedikit." Renata duduk di atas kursi dengan napas yang terengah-engah.
"Oh iya, Riska dimana?" Riska, salah satu teman Renata. Biasanya ia duduk tepat di belakangnya.
"Nggak masuk, sakit."
"Sakit? Sakit apa?"
"Demam."
"Tadi lo ada masalah apa sampe telat?"
"Nanti aja gue cerita."
"Sekarang, lah." Renata diam, tak membalas. Membiarkan temannya itu mengerucutkan bibir karena pertanyaannya tak mendapatkan jawaban.
***
Baru awal jadi emang di pendekkin dulu biar ga jenuh hehe😆Tunggu chapter selanjutnya ya:)
KAMU SEDANG MEMBACA
My Badboy Husband (SUDAH TERBIT)
Teen Fiction(SUDAH TERBIT DAN TERSEDIA DI SELURUH GRAMEDIA INDONESIA) Aku tidak ingin munafik, Tapi siapa yang tak suka bila menikah dengan seorang Most Wanted sekolah? -Renata Juliana Siapa yang suka jika di nikahkan dengan Cewek Nerd seperti dia? -Malvin Bask...