T I G A B E L A S - Surat Terakhir.

231K 11.7K 226
                                    

Happy Reading!

"Ren, ayah boleh ngomong sesuatu?" Mendadak kunyahan Renata melambat. Perasaannya kembali tak enak. Pasti sebentar lagi ada perang ke 3 yang akan muncul.

"Mau ngomong apa, Yah?"

"Kamu nerima perjodohan itu ya?"

Renata langsung mengalihkan pandangannya. Sungguh ini sangat menyebalkan baginya.

"Renata nggak mau bahas itu, Yah."

"Tapi pernikahan itu nggak lama lagi, Nak."

"Pernikahan apa sih, Yah? Renata ga ngerti sama jalan pikiran Ayah. Renata bisa cari pasangan sendiri, Yah."

"Renata. Please. Dengerin ayah dulu." sela Bundanya. Renata hanya mendengus kesal. Lalu diam membungkam mulutnya.

"Kamu harus terima perjodohan ini, Ren. Ini demi kamu. Kamu ga mau kan ayah sama bunda kecewa?"

"Tap-"

"Kamu ga mau kan jadi anak durhaka dan pembangkang?"

Kali ini Renata benar benar tak habis pikir. Ia tak tahu harus apa.

'Terima perjodohan itu, Ren. Pikirin masa depan lo aja. Berdoa semoga ini yang terbaik buat lo.' kata kata Riska tiba tiba melintas di pikirannya. Benar. Ia hanya harus berdoa. Pasrahkan saja semuanya sama yang Maha Kuasa.

Renata menarik nafas lalu menghembuskannya perlahan. Ini adalah keputusan yang sangat berat dalam hidupnya. Ini tidak hanya menyangkut reputasinya tapi juga menyangkut masa depannya.

"Oke. Renata turutin permintaan ayah sama bunda." Amy dan Yuda langsung tersenyum bahagia.

"Renata ke atas dulu." Renata pun meninggalkan meja makan dan berjalan kearah kamarnya.

***

"Ini mungkin jadi yang terakhir." ucap Renata kepada kedua sahabatnya. Sekarang mereka sedang ada di koridor sekolah menuju loker Malvin. Kedua temannya itu sudah tahu bahwa Renata menerima perjodohan itu.

"Yang kuat Ren. Ya udah sana lo taro di loker Malvin. Kita tunggu sini ya." Riska menjawab.

Renata mengangguk lalu melangkah ke arah loker Malvin. Kali ini tidak hanya coklat. Tapi ada sebuah kotak makan yang berisi spaghetti, makanan kesukaan Malvin. Dan tentunya sepucuk surat.

"Ayo," mereka bertiga pun pergi dari sana dan memutuskan untuk pergi ke sebuah kafe. Sekedar untuk menghibur Renata.

"Jadi ternyata lo yang selalu ngasih gue ini." Malvin tersenyum kecut melihat seorang gadis yang baru saja pergi sehabis menaruh coklat dan sebuah kotak makan.

Malvin membaca sepucuk surat yang lagi lagi gadis itu tulis. Kali ini surat itu agak panjang.

To Malvin.

Hai,
Entah kapan aku mulai menyukaimu.
Aku pun tidak tahu itu.
Dan aku juga tidak tahu mengapa aku bisa menyukaimu.
Tapi..
Cinta ini memang benar muncul dari hati kecilku.
Kamu tidak perlu membalas...
Karena memang rasa ini tidak pantas untuk kamu balas.
Kamu beruntung,
Ada yang mencintaimu seperti aku.
Seperti aku, yang selalu kamu abaikan seperti angin lalu.
Yang tak pernah kamu anggap layaknya sampah.
Dan seperti kotoran yang memang tak pantas untuk ada di dunia.
Tapi tetap mencintaimu..

My Badboy Husband (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang