E N A M - Hanya Khayalan.

228K 13.2K 469
                                    

Budidayakan Vote sebelum membacaaa😊

Happy Reading! :)

Renata membulatkan matanya kaget, "Mal-vin? Lo ngapain kesini?"

"Gue cuman mau bilang, gue sayang lo. Banget." Malvin menghampiri Renata dan mengelus pipinya lembut.

"Lo ga bohong kan?"

"Bohong? Ya nggak lah, gue ini sayang lo udah lama banget, sayang banget. Lo mau kan jadi pacar gue?" Lagi lagi Renata di buat kaget dengan perkataan Malvin.

"Pacar? Se-serius? Gue mau banget!" pekik Renata girang, ia tidak percaya ini akan terjadi. Malvin pun langsung memeluk Renata erat. Bahkan sangat erat. Dengan senang hati Renata membalas pelukan Malvin lebih erat.

Tiba tiba Renata menggelengkan kepalanya untuk membuyarkan khayalannya yang konyol itu. Di tembak Malvin? Haha itu hanya ada di khayalannya saja. Tidak mungkin itu akan terjadi, mencintai Renata saja tidak apa lagi menembaknya?

Renata hanya mendengus kesal, bisa bisanya ia berkhayal hal seperti itu. Ia pun bergegas keluar toilet dan berjalan menuju kelasnya.

Tapi pandangannya teralihkan kepada 3 orang laki laki yang menggendong tasnya di samping pundak, mereka berjalan kearah belakang sekolah. Renata menajamkan penglihatannya, betapa terkejutnya ia saat melihat cowok yang berjalan di paling depan adalah.. Malvin! Iya cowok itu sedang berjalan ke arah belakang sekolah bersama ke dua temannya.

"Malvin? Gue ga salah liat kan?" gumam Renata mengucek matanya, tapi tetap cowok itu benar benar Malvin. Renata dengan cepat bersembunyi di balik tembok.

"Ngapain tuh orang? Pasti mau bolos lagi." batin Renata. Setelah Malvin dan teman temannya tak terlihat lagi, Renata keluar dari tempat persembunyiannya dan mengikuti kemana ketiga cowok itu pergi.

Saat sampai di belakang sekolah, Renata memutuskan untuk bersembunyi di balik semak semak yang tidak jauh dari Malvin. Sambil mengintip, ia menajamkan pendengarannya agar bisa mendengar jelas apa yang mereka bicarakan.

"Cepet, naik." titah Malvin tegas.

"Kenapa nggak lo dulu?" tanya teman Malvin yang Renata ketahui adalah Keenan.

"Lo ga usah banyak omong, mau selamet apa nggak?!" bentak Malvin tapi dengan suara yang di kecilkan.

"Udah cepet lo gak usah ngelawan, abis lo ntar gue." ucap teman Malvin yang satu lagi, Julio.

"Iya gue naik!" Akhirnya Keenan mengalah dan memanjat tembok di belakang sekolah dengan cekatan.

"Giliran lo cepet." ucap Malvin kepada Julio, dan di balas anggukan.

Renata tiba tiba teringat akan tugasnya di kelas, Bu Milda sedang memberikan tugas. Tapi, ia belum mengerjakan sama sekali karena izin ke toilet. Pasti Bu Milda akan mencarinya. Aduh! Gawat! Renata panik bukan main. Ia pun bangkit dan berjalan pelan, tapi ternyata Dewi Fortuna tidak berpihak padanya. Kakinya menginjak sebuah botol air mineral disana.

Julio yang baru sampai di atas tembok langsung lompat karena terkejut, dan Malvin menatap Renata dengan tatapan yang tajam.

"Aduh! Malvin! Kita duluan ya! Gue tunggu di kafe biasa." ucap Julio di balik tembok, ia takut akan ketahuan oleh guru lain. Lalu Julio dan Keennan meninggalkan Malvin dengan lari terbirit-birit.

"Lo? Ngapain disini." ucap Malvin dingin dan ketus, Renata hanya diam menunduk.

"Jawab, lo ga bisu kan!?" bentak Malvin yang membuat Renata terlonjak kaget. Entah sudah beberapa kali Malvin mengiranya bisu.

Renata tetap diam dan menunduk, hatinya berdebar sangat kencang menerima bentakan Malvin.

"Emang susah ya ngomong sama lo! Nggak punya mulut, hah?" Malvin menghampiri Renata dan mencengkram tangan Renata erat, yang membuatnya meringis kesakitan.

"Aw! Aduh.. lepasin," pekik Renata berusaha melepaskan cekalan tangan Malvin, tapi tenaganya tidak sebanding dengan tenaga Malvin.

"Kenapa lo ngikutin gue!?"

"Gu.. gue.. ga sengaja," ucap Renata dengan nada bergetar menahan air mata yang akan tumpah.

"Nggak sengaja? Tapi niat?"

"Ma-maaf.."

"Lo tutup mulut gagap lo itu, jangan sampai ada yang tau. Kalau nggak lo bakalan kena masalah. Dan jangan bertingkah sok berani, lo inget gue ini Malvin. Dan siapapun yang buat gue marah, dia bakal mati di tangan gue. Inget itu! Dasar culun." Malvin menghempaskan tangan Renata dengan kencang yang membuat ia terkejut dan menatap kepergian Malvin.

Bulir air mata mulai mengalir di wajah cewek itu, segukan demi segukan lolos dari bibirnya. Dadanya naik turun mengingat bentakan Malvin. Ini buruk. Sangat memalukan untuknya.

Ia memutuskan untuk menenangkan pikirannya di sebuah bangku coklat panjang yang terletak di sana. Ia menutup wajahnya dengan tangan dan menangis sesenggukan. Butuh waktu lama untuk Renata menenangkan dirinya.

Sesaat kemudian, bel berbunyi tanda bel pulang sudah tiba.

Dengan sangat perlahan ia menghapus air matanya dan bergegas pergi meninggalkan tempat itu sebelum ada orang yang melihatnya menangis.

Ia melangkahkan kakinya dengan cepat sambil menundukkan wajahnya yang membuat orang sekitar terheran heran. Renata juga menabrak beberapa orang yang ia lalui.

Sesampainya di kelas ia masih melihat Rachel dan Riska yang sedang kebingungan, ia pun menghampiri dua cewek yang sedang kebingungan itu dengan muka yang datar dan mata yang membengkak serta hidung yang memerah

"Renata! Lo abis darimana sih? Dan itu? Mata sama hidung lo kenapa?" tanya Rachel sambil memegang wajah Renata, Riska yang melihat keadaan Renata langsung menghampirinya.

"Iya lo abis nangis ya? Liat hidung lo merah mata lo sembab?" Renata menepis tangan Rachel pelan lalu berjalan mengambil tasnya.

"Ren lo kenapa?!" tanya Rachel dengan nada meninggi

"I'm Ok." jawab Renata sekenanya dan mengusap sisa air matanya dan mengehelas nafas.

"Lo bohong," sanggah Riska.

"Maaf, gue pergi dulu." Renata meninggalkan sahabatnya itu yang penuh tanda tanya besar.

***

Next?

My Badboy Husband (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang