"Terkadang orang yang paling dekat memang bisa membuat kamu menjadi orang yang paling bahagia. Tapi, jangan lupa bahwa mereka pun bisa menusukmu hingga kamu merasakan sakit yang luar biasa."
***
MALVIN mengancingkan kemeja kerjanya sembari menatap dirinya di depan cermin. Cowok itu tersenyum simpul, lalu membenarkan tata letak jambulnya.
Malvin menatap Renata yang masih tertidur dari cermin. Cowok itu pun berbalik, lalu menautkan alisnya, tidak biasanya Renata bangun lebih lama seperti ini.
Cowok itu mengitari ranjang, lalu duduk di tepinya. Ia menatap wajah istrinya yang terlelap begitu damai, mungkin karena ia tidur larut malam karena tubuhnya sakit.
Malvin ragu, ingin membangunkan atau tidak. Namun ia ingat jika hari ini ia pulang malam hari. Tidak enak jika tidak memberi tahu Renata atau hanya mengirim pesan kepadanya.
Cowok itu menyentuh bahu Renata lalu menggoyangkannya pelan. "Ren.. Renata, bangun."
Renata masih menutup matanya. Malvin pun lagi-lagi menggoyangkan pundak istrinya, namun cewek itu tetap bergeming.
"Renata, aku mau berangkat." Malvin menautkan alisnya, sangat tidak biasa Renata sulit bangun seperti ini.
Berkali-kali Malvin menggoyangkan bahu, menepuk pipi Renata agar cewek itu segera bangun. Tidak ada respon sama sekali.
Cowok dengan setelan kemeja kerja itu sedikit melebarkan matanya, jantungnya tiba-tiba saja berdetak lebih cepat. Ada apa dengan Renata?
"Ren! Renata! Bangun! Kamu denger aku, kan?" Malvin terus mengguncang tubuh Renata dalam keadaan panik. Selelah dirinya, ia tidak pernah sampai sesulit ini jika di bangunkan.
"Renata! Bangun! Kamu nggak papa, kan?" Malvin menoleh kearah sekitar, mencari sesuatu yang bisa ia gunakan. Tapi dirinya terlalu panik, sehingga ia memutuskan untuk menggendong Renata dan membawanya ke rumah sakit.
Ketika ia akan mengangkat Renata, tiba-tiba mata cewek itu terbuka dan mengeluarkan ledakkan tawa. Malvin kembali meletakkan cewek itu dan berdiri sempurna, menatap Renata dengan sorot amarah.
"Kamu.. lucu. Panik banget, ya? Aku cuman bercanda." Renata tertawa.
Tapi Malvin, cowok itu mengepalkan tangannya, merasa di permainkan. Ia tidak suka jika ada seseorang yang membuatnya khawatir. Apalagi ini bukan hanya menyangkut Renata, tapi juga anaknya.
"Kamu pikir ini lucu?" Suara tegas Malvin membuat Renata terdiam.
"Jawab, ini lucu?"
Renata mengigit bibir bawahnya, ia tidak tahu bahwa Malvin akan menanggapi seperti ini.
"Aku salah ya? Ma-maaf, ya. Aku cuman mau bercan-"
"Ini kamu sebut bercanda? Kamu tau sepanik apa aku tadi?" Malvin menatap Renata dengan sorot mata tajam.
Cewek itu menunduk, lalu mengaitkan jemarinya satu sama lain. "Aku.. aku pikir kamu nggak bakal marah."
"Kamu tau aku nggak suka di bercandain kayak gini." Malvin pun membalikkan badannya, lalu mengambil berkas dan memasukkannya kedalam tas kerja.
"Aku pulang malem, nggak usah di tunggu." Malvin pun membuka pintu kamar, sebelumnya ia menoleh. "Jaga diri. Aku berangkat."
"Vin!" Renata pun berdecak pelan. Lagi lagi ia salah mengambil bahan untuk di jadikan bercandaan. Bahkan, Malvin sangat marah kepadanya soal ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Badboy Husband (SUDAH TERBIT)
Fiksi Remaja(SUDAH TERBIT DAN TERSEDIA DI SELURUH GRAMEDIA INDONESIA) Aku tidak ingin munafik, Tapi siapa yang tak suka bila menikah dengan seorang Most Wanted sekolah? -Renata Juliana Siapa yang suka jika di nikahkan dengan Cewek Nerd seperti dia? -Malvin Bask...