"Lun, bener kan nggak pa-pa?" tanya Aric meyakinkan saat mereka berdua kini tengah berada didalam mobil Aric. Luna yang mendengar pertanyaan itu berkali-kali keluar dari mulut Aric, hanya tertawa kecil sambil menggangguk-anggukan kepalanya pelan. "Tapi gue nggak enak." Tawa Luna berderai saat kata itu lagi lah yang keluar dari bibir Aric. Sedari tadi, saat Luna baru masuk kedalam mobil Aric pun, lelaki itu terus saja mengajukan pertanyaan-pertanyaan seperti itu berulang-ulang, sampai Luna hapal betul dengan kata-kata yang Aric keluarkan.
Lun, emang nggak pa-pa?
Serius? Lo nggak keberatan?
Gue anter lo langsung pulang aja deh ya.
Aduh gue nggak enak.
Tapi—udalah gue anter lo pulang aja ya?
Tapi gue nggak enak Luna.
"Nggak apa-apa Aric. Lagian gue seneng kok kalo emang bisa ngajarin Ade lo main piano." Ucap Luna membuat Aric tersenyum. Ya, saat tadi ia sedang bersama dengan Luna menuju kelas. Tiba-tiba Abel—Adik perempuan Aric menelepon, dan meminta Aric agar mencarikan pelatih baru untuk gadis itu bermain piano, karena tempat les piano Abel, sudah ditutup karena si sang pemilik tempat sudah pindah ke Surabaya.
Berhubung Luna sedikit mendengar percakapan kakak beradik itu. Luna pun mengajukan dirinya untuk menjadi pengajar Abel bermain piano. Dan tentu Aric menerimanya dengan senang hati. tetapi tetap saja lelaki itu merasa tidak enak, karena Luna bilang bahwa ia tidak akan menerima uang sepeserpun, karena gadis itu benar-benar tulus dan ingin mengajarkan Abel tanpa pamrih. Dan saat ini, mereka berdua sedang berada di dalam mobil Aric menuju kediaman Wijaya.
"Bayarannya ngedate aja sama gue tiap hari. Gimana?" tawar Aric, membuat Luna menatap heran pada lelaki yang duduk disampingnya itu. "Kan jarang-jarang bisa nge date sama cowok keren kaya gue." Aric menaik turunkan alisnya, membuat Luna tertawa kecil.
"Pedee."
"Ih serius loh Lun. Kalo lo mau ngedate sama gue. Berarti lo adalah cewek pertama yang pernah ngedate sama gue." Ucap Aric.
"Kok gitu?"
"Karna, gue belum pernah ngedate." Jawab Aric disertai kekehan di akhirnya. Tetapi Luna malah menatap Aric penuh selidik seakan-akan tidak percaya akan omongan lelaki itu. "Kenapa?" tanya Aric saat melihat Luna menatapnya begitu kentara.
"Belum pernah ngedate?" tanya Luna memastikan. Aric menggeleng mantap. "Bohong!"
"Enggak. Gue nggak bohong." Jawab Aric jujur. Ia memang belum pernah pergi berkencan dengan seorang perempuan seumur hidupnya. Oke pernah, tetapi dengan Ibunya ataupun Abel. Apa itu disebut berkencan? Bukan kan? Apalagi Alger pasti ikut dan Ayahnya yang super protectif itu pasti mengawasi mereka dari jauh. Apa itu di sebut ngedate? Bukan. itu adalah family time, yang hanya dinikmati oleh kedua orangtuanya saja, karena memang kedua orangtuanya itu masih sangat super duper romantis. Jadilah Ibu dan Ayah beranak tiga itu berkencan buta berdua, dan menelantarkan ketiga anaknya begitu saja. Dan jika ada apa-apa dengan Abel atau Alger, siapa yang salah? Tentu saja Aric! Anak pertama itu memang di takdirkan selalu salah bukan? Setuju nggak? Setuju lah!
"Kalo pacaran, nggak pernah ngedate?" tanya Luna, Aric malah tertawa kecil.
"Gue belum pernah pacaran." Jawaban Aric membuat Luna memandang lelaki itu lekat mencari kebohongan disana. Tetapi karena mata Aric yang hanya terfokus pada jalanan didepannya, jadilah Luna tidak bisa melihat apakah yang diucapkan Aric itu benar ataukah berbohong. "Gue serius Luna." Ucap Aric membuat Luna tahu jika lelaki itu memang berkata jujur.
"Belum pernah?" tanya Luna. Aric menggeleng.
"Lo gimana? Udah pernah?" tanya Aric. Luna hanya mengangguk kecil. "Wah, gue kalah dong ya sama lo." Ucap Aric sambil terkekeh kecil, membuat Luna ikut terkekeh. "Berapa kali?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Seeking for Something [Completed]
Teen Fiction*Abah Squad Community Alaric Abian Wijaya, adalah seorang Abang dari tiga bersaudara. Memiliki orangtua protektif, yang melarang semua kegiatan abstrak yang dilakukannya. fyi, Aric itu jahil dan juga menyebalkan. Kalau tidak begitu, bukan Aric nama...