10. Reunion

13.9K 1.2K 3
                                    

Chapter 10

Malam ini, Luna terlihat cantik dengan balutan gaun bewarna soft pink yang membungkus tubuh indahnya. Gaun panjang semata kaki tetapi berlengan pendek itu seakan memang diciptakan hanya untuk Luna. Apalagi dengan makeup natural yang gadis itu poleskan diwajah cantiknya, membuat kecantikan Luna berlipat-lipat lebih terlihat.

"Yah, liat Yah. Anak kita cantik begini." Ucap Helen saat Luna menuruni anak tangga rumahnya. Fila yang sedari tadi fokus pada berkas di depannya, mengangkat kepala untuk melihat penampilan anak semata wayangnya.

Senyum Fila mengembang saat melihat putri semata wayangnya tengah menunduk menahan malu karena sikap orangtuanya yang berlebihan. "Wah anak Ayah kenapa cantik sekali? Mau kemana kamu sayang?"

"Dia mau ngedate sama Yayangnya Yah." Jawab Helen, membuat Luna mendongkakak wajahnya.

"Engga ih!"

"Bener Yah. Tadi Luna cerita ke Mamah."

"Luna nggak cerita gitu kok. Mamah nih, suka ngada-ngada aja." Ucap Luna sambil mencebikan bibirnya kesal.

"Jadi, anak Ayah ini mau kemana?" tanya Fila lagi.

"Luna mau nemenin Aric ke acara Reuni SMP nya, Yah." Jawab Luna. Sebentar lagi, Aric memang berjanji akan menjemputnya untuk mengajaknya ke acara reuni SMP nya. Awalnya Luna sempat menolak karena ia merasa malu, dan tidak kenal pada semua teman-teman SMP Aric. Tetapi saat Aric berkata bahwa Lisan ikut, Luna mempertimbangkannya sampai akhirnya ia pun menerima tawaran Aric. Setidaknya selain Aric, ada orang yang Luna kenal juga.

"Kamu berarti orang spesial dong ya." Ucapan Fila membuat pipi Luna memerah.

"Iyalah pasti spesial, orang dia kan pacarnya Yah." Ucap Helen sambil mengedipkan sebelah matanya pada Luna.

"Luna bukan pacarnya—"

Tidinn....

Suara klakson mobil membuat ucapan Luna terhenti. Helen langsung bertukar pandang dengan sang suami, sampai akhirnya Helen tersenyum senang dan membuka pintu utama rumah mereka. Luna hanya diam, menahan rasa gugup saat mendengar suara klakson mobil Aric di depan rumahnya. Entahlah, akhir-akhir ini perasaan Luna selalu aneh jika ada sesuatu yang berhubungan dengan Aric. Jantungnya selalu berdegup kencang, tangannya selalu berkeringat dingin, dan ia selalu merasa gugup. Aneh memang jika ia mengatakan bahwa ia tertarik pada Aric, padahal mereka baru dekat akhir-akhir ini. Tapi, memang itulah yang dirasakan Luna. Mungkin ia sudah mulai jatuh dalam pesona seorang Alaric? Ya, mungkin saja!

"Luna." Panggilan merdu dari suara ngebass yang sangat ia hapali itu, tiba-tiba terdengar dari indra pendengarannya. Luna mendongkakan wajahnya, dan ia semakin jatuh pada pesona Aric malam hari ini. Aric begitu tampan. Sangat-sangat tampan dengan kaos polos bewarna putih, dengan tambahan jas hitam yang membuat penampilan lelaki itu sangat santai tetapi tetap terlihat formal. Tidak lupa jeans hitam yang Aric kenakan, membuat kaki jangkung Aric semakin tercetak indah.

"Ah—iya."

"Ayo-ayo. Nanti lagi aja tatap-tatapannya ya. Sekarang kalian berangkat." Ucap Helen, membuat Luna dan Aric sama-sama menunduk menyembunyikan rasa malunya.

"Kalian hati-hati." ucap Fila yang sudah ikut bergabung berdiri di depan pintu utama.

"Eh Om. Maaf saya ngajak Luna keluar malam-malam begini." Ucap Aric setelah menyalami punggung tangan Fila.

"Ya, tidak apa-apa. Asalkan kamu jaga dia, dan jangan pulang terlalu larut."

"Pasti Om. Saya pasti jaga Luna." Aric tersenyum, membuat Fila dan Helen sama-sama tersenyum penuh arti. "Yauda, saya pamit ya Om Tante. Sekali lagi maaf saya ngajak Luna pergi malam-malam seperti ini. Saya janji, saya akan ngejaga Luna sebisa saya."

Seeking for Something [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang