Maafkan untuk typo yg bertebaran, karna skrg author ngepostnya di hp bukan di laptop huhu:" ini pun maksain ngepost karna author tau banyak yang nunggu kelanjugan Aric, dan untuk itu maaf banget ya karna sering lama kalo ngepost):
Mau curhat, aku skrg kelas 3 smk dan tugas bikin film bikin komik dan tugas tugas lainnya menumpuk bgt:( untuk itu tolong di maklumi ya teman teman:')
Sekali lagi maaf karna lama, dan selamat membaca yaaa!😉
***
“Lun, ini gimana sih?” tanya Sonia saat kini keempat sekawan gadis itu tengah mengerjakan tugas kelompok di rumah Sonia. Atau lebih tepatnya di kamar Sonia.
“Buat aja power pointnya dulu Son, nanti buat yang itu kita kerjain terakhir.” Sonia mengangguk mengerti sambil membuka laptopnya yang sedari tadi tertutup. “San—lo lagi ngerjain apa?” tanya Luna pelan saat melihat Lisan tengah menulis sesuatu di buku catetannya.
“Rumus.” Jawab Lisan sekenanya. Mendengar jawaban Lisan, Meli dan Sonia saling berpandangan. Entahlah, seminggu belakangan ini mereka berdua merasa ada yang aneh dengan hubungan Lisan dan juga Luna. Lisan seperti tengah menjauhi Luna tanpa sebab, dan mereka juga tahu bahwa saat ini Luna merasa tidak enak pada Lisan. Meli dan Sonia juga bisa melihat, Lisan sepertinya selalu merasa canggung jika ada Luna disekelilingnya. Dan itu benar-benar aneh.
Lisan yang biasanya selalu bercerita terlebih dahulu pada Luna, kini tidak pernah lagi. bahkan jika ingin ke toilet atau ke kantin pun, Lisan selalu menganjak Meli atau Sonia. Padahal sebelumnya, Luna lah yang selalu mengantar Lisan kemana pun gadis itu memintanya.
Luna juga pernah bertanya mengenai sikap Lisan akhir-akhir ini pada Meli dan juga Sonia. Tapi, mereka berdua pun sama tidak tahunya dengan Luna. tentang apa yang tengah Lisan rasakan, tentang apa yang menimpanya, mereka tidak tahu. Lisan tidak bercerita.
Lisan jadi banyak diam, dan banyak murungnya. Tentang apa yang terjadi pada gadis itu, mereka tidak tahu sama sekali. Bukan tidak bertanya, tetapi Lisan memang tidak pernah menjawab.
“San.” Dengan pelan Luna menyentuh bahu Lisan. “Lo kenapa sih? Gue—ada salah ya sama lo?” Lisan terdiam sambil memandang kosong kearah buku catatannya.
Sonia yang sudah mengerti akan kondisi, langsung menarik Meli keluar kamarnya agar Luna dan Lisan bisa berbicara lebih privasi dan menyelesaikan masalah mereka.
Setelah melihat Sonia dan Meli keluar dari kamar, Luna langsung menempati posisinya berhadapan dengan Lisan yang kebetulan duduk diatas kasur. “Gue—gue bener-bener nggak tau apa yang terjadi sama lo. dan gue juga nggak tau apa yang ngebuat lo jadi kayak gini. Gue bener-bener minta maaf kalo emang gue banyak salah sama lo San. Gue nggak mau lo terus-terusan kayak gini ke gue.” Ucap Luna mengeluarkan isi hatinya.
“San, ngomong sama gue San. Apa yang harus gue lakuin biar lo nggak kayak gini lagi San. Please, lo itu temen gue, gue nggak mau kayak gini terus.” Luna bisa melihat mata Lisan yang mengembun akibat air mata yang Luna yakini akan turun sebentar lagi. “San, kenapa lo nangis? Gue—salah ngomong ya?” dan tangisan Lisan pun pecah saat itu juga.
“San?” Luna mengusap pelan kepala Lisan yang tengah menunduk dan membenamkan wajahnya di kedua telapak tangannya yang menumpu diatas paha. Lisan terus menangis tanpa menjawab pertanyaa-pertanyaan Luna. Lisan malu, Lisan takut, Lisan jahat. Itulah yang ada dipikiran Lisan saat ini.
Lisan benar-benar tidak habis pikir akan takdirnya. Mengapa ia bisa menyakiti perempuan sebaik Luna, sahabatnya. Lisan tidak marah pada Luna, tidak sama sekali. Lisan hanya—hanya takut, dan malu jika bertemu Luna. Lisan tidak membenci Luna, sama sekali tidak karna ia memang tidak memiliki perasaan sedikit pun pada Aric. Tidak, Lisan tidak sejahat itu. Lisan hanya merasa bahwa dirinya sangatlah jahat sudah membuat Luna tersakiti secara diam-diam seperti ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Seeking for Something [Completed]
Novela Juvenil*Abah Squad Community Alaric Abian Wijaya, adalah seorang Abang dari tiga bersaudara. Memiliki orangtua protektif, yang melarang semua kegiatan abstrak yang dilakukannya. fyi, Aric itu jahil dan juga menyebalkan. Kalau tidak begitu, bukan Aric nama...