6. True breaker

17.4K 1.3K 18
                                    

Chapter 6

"ABANG! KAKAK! SINI SAYANG, KUMPUL DULU SEBENTAR." Teriak sang Ibu dari lantai bawah, membuat Aric yang tengah asik bermain game di Laptopnya, harus rela mem pause game tersebut, dan menyanggupi panggilan Nyonya besar itu untuk turun ke bawah.

"Apaa Buuu?" tanya Aric saat sudah duduk tepat di samping Abel—adik bungsu perempuannya, yang tengah asik bermain gadget.

"Bentar, tunggu dulu Kakak sama Ayah." Ucap sang Ibu sambil berjalan menuju kamar utama dirumah ini.

"Lagi apa sih?" tanya Aric sambil sesekali melirik kearah tablet milik Abel. Gadis itu menggeleng sambil sesekali tersenyum menatap layar tab nya. "Kamu lagi pacaran?" Abel melirik kearah Abangnya, lalu menggeleng keras.

"Enggak ih. Syuudzon aja." Ucap Abel sambil menyimpan tab nya diatas meja, lalu mengambil martabak keju yang berada di atas meja, dan memakannya.

"Mana Ibu?" tanya Alger yang ternyata sudah duduk bersebrangan dengan Aric. Abangnya itu hanya mengangkat bahu sambil memakan martabak yang ada di lengan Abel, membuat gadis yang baru masuk kelas 1 SMP itu memberengut kesal.

"Kak! Bang Aric nya ganggu aja!" Adu Abel pada Alger. Alger menatap Aric tajam, dan dibalas uluran lidah oleh Aric. Begitulah Abel, karena sifatnya yang manja bahkan sangat amat manja, membuat gadis itu terus saja mengadukan apapun yang membuatnya kesal. Dan Alger lah yang selalu setia membela gadis kecilnya itu, karena Aric yang selalu saja membuat Abel kesal bukan main. Bukan cuma Abel saja yang selalu kesal atas kelakuan Anak pertama dari pasangan Dylan dan Milan itu, tetapi Alger bahkan sudah hatam dengan kelakuan menyebalkan Aric. Apalagi mereka satu sekolah, dan kamar mereka yang berdampingan. Sudah cukup Alger frustasi akibat Abangnya yang satu itu.

"Yah? Mau kemana?" tanya Aric menghiraukan Abel, saat melihat Dylan—sang Ayah yang baru keluar dari kamar utama dengan koper yang pria itu tarik di sampingnya. Sedangkan Milan, sang istri tengah membawakan jaket tebal milik sang suami di belakang.

"Ayah ada dinas ke luar." Jawab sang Ayah sambil mengambil duduk di samping Alger. Ibu pun mengikuti hal yang sama, tetapi ia mengambil posisi di samping Abel.

"Kenapa Yah? Kok nggak bilang Abel sih?" tanya si Bungsu sambil melirik kearah Ayah dan Ibunya bergantian.

"Ini bilang." Ucap sang Ayah sambil terkekeh kecil, membuat Abel yang sedang sensi-sensinya, bahkan selalu sensi setiap saat itu cemberut tanda tidak suka dengan jawaban sang Ayah. "Ini Dinas terjauh Ayah. Kalo biasanya Ayah cuma ke luar kota Bandung, sekarang Ayah ditugasin di Singapura." Ucapan sang Ayah membuat ketiga anaknya itu serempak menoleh tidak percaya pada sang Ayah.

"Jauh banget sih Yah." Ucap Aric tidak percaya. "Kenapa sih harus jauh-jauh? Kenapa nggak di Bandung aja?"

"Ayah udah dapet kepercayaan buat ngurus acara seminar di rumah sakit sana Bang. Tapi Ayah usahain Ayah bakal pulang secepat mungkin kok." Ucap Ayah.

"Ibu nggak ikut kan?" tanya Abel, lalu Ibu dan Ayahnya menggeleng. "Syukurlah."

"Dan selama Ayah dinas. Kakak boleh pake mobil Ayah buat kesekolah."

"ALHAMDULILAH!" teriak Aric sambil mengangkat tangannya keudara, tanda sedang bersyukur.

"Kok kamu yang seneng sih Bang? Harusnya Kakak dong yang seneng?" tanya sang Ibu sambil mengelus rambut Aric dari tempatnya. Sedangkan Abel yang duduk di tengah-tengah Abang dan Ibunya itu, memilih membaringkan kepalanya di dada sang Abang.

"Iya soalnya kalau Kakak seneng, Abang juga ikutan seneng. Iya kan Kak?" Aric menatap Alger dengan menaik-turunkan alisnya. Dan Alger hanya mendengus kesal sambil memutar bola matanya.

Seeking for Something [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang