26. Jeaulousy

12.1K 1.1K 102
                                    

Sebelumnya, mau minta maaf banget jadi suka lama ngepost:" aku jarang post karna ada alesan kok, alesannya kemarin laptop aku di service jadi maafkan ya:(

Semoga part ini tidak mengecewakan dan aku mau promosi sedikit boleh nggak?:(

Follow ig aku ya triansrn siapa tau ada yang mau follow gituh kan? atau penasaran sama wajah aku? HAHAHAHA kayaknya ngga ada:(

Yauda, enjoy ya bacanya. dan semoga kalian menikmati!

***

"Lun, gimana tinggal di Bandung. Betah?" tanya Zaka saat mereka kini tengah makan siang disalah satu Restorant Junkfood, yang terletak di pusat kota.

Luna mengangguk sambil meminum softdrinknya. "Betah, orang sini ramah-ramah." Zaka tersenyum lalu mengangguk setuju.

"Iya, disini emang ramah-ramah. Udah gitu suasananya enak, nggak terlalu panas kayak di Jakarta." Ucap Zaka, dan Luna mengangguk.

"Lo udah punya pacar?" tanya Luna sambil menaik turunkan alisnya, mengikuti gaya Aric. "Kenalin dong." Zaka malah tertawa sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Gue nggak punya Lun, dan gue masih nggak mau buat pacaran."

"Loh? Kenapa?"

"Lo kayaknya tau deh alesannya." Ucap Zaka sambil meminum minumannya.

Luna mengernyitkan dahinya lalu berkata. "Mau fokus belajar?" ucapan Luna membuat Zaka tertawa kecil.

"Fokus sekolah Lun, bukan fokus belajar." Ucap Zaka membenarkan ucapan Luna. Luna tertawa kecil lalu mengangguk.

"Jadi—nunggu sampe kapan nih kalo ada orang yang mau jadi pacar lo?" tanya Luna dengan nada menggoda. Zaka kembali tertawa lalu menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Sampe gue udah mapan mungkin?" Zaka sedikit ragu dengan ucapannya sendiri. "Gue sebenernya nggak mau pacaran Lun, gue mau nya yang pasti-pasti aja. Mungkin kayak langsung ngelamar dan nikah. Itu lebih pasti menurut gue."

"Lo udah pernah jatuh cinta belum Ka?" Zaka terdiam sebentar lalu menggeleng.

"Lo tau gue Lun, gue kalau udah sakit hati susah sembuhnya. Dan enggak jatuh cinta, mungkin itu salah satu cara gue buat ngehindarin rasa sakit hati." ucapan Zaka membuat Luna mengangguk pelan. Ya, Luna sangat tahu akan hal itu. Zaka, sahabatnya yang satu itu selalu menutup hatinya. Bukan hanya untuk urusan percintaan, pertemanan pun Zaka sedikit tertutup. Untungnya pada Luna, Zaka selalu terbuka. Mungkin karena mereka sudah berteman dari kecil, dan itu membuat Zaka sudah sangat percaya pada Luna. Luna bahkan masih ingat saat mereka SD, saat itu Zaka hanya mempunyai dua teman baik. Satu Luna, dan satu lagi adalah Adit—teman sebangkunya. Selebihnya hanya teman main seperti biasa, tidak terlalu dekat.

"Ohiya, temen gue di SMA nambah loh Lun." Ucapan Zaka membuat Luna tersadar.

"Ohya? Jadi berapa emang?" tanya Luna sambil tertawa kecil.

"Tiga, dan empat kalo sama lo." Luna tertawa lagi. okelah, bertambah dua orang itu cukup baik untuk ukuran orang seperti Zaka.

"Siapa aja coba?"

"Kavin sama Vino. Lo harus ketemu mereka Lun, mereka anaknya baik, asik juga. Nanti gue kenalin deh." Luna mengangguk.

"Boleh deh, ntar juga gue kenalin lo sama sahabat-sahabat gue ya." Zaka tersenyum lalu mengangguk.

"Yang kemarin itu pacar lo?" tanya Zaka. Luna sempat mengernyitkan dahinya, lalu kemudian mengangguk mengingat Zaka pernah bertemu dengan Aric saat itu. "Serius?" tanyanya lagi dengan nada tidak percaya.

Seeking for Something [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang