Chapter 14
"Itu siapa?" tanya Luna saat ia dan Lisan tengah berjalan menuju kantin untuk menyusuli Sonia dan juga Meli yang sudah duluan pergi memesan makanan.
"Yang lagi ngobrol sama Aric?" tanya Lisan, Luna mengangguk. "Itu Arin. Kenapa emang Lun?"
"Itu siapanya Aric? Tumben Aric ngobrol sama cewek di koridor IPA?" tanyanya lagi sambil mencuri-curi pandang kearah Aric yang terlihat asik mengobrol dengan gadis didepannya itu.
"Itu Arin temen SMP kita juga. Dia anak IPA makanya Aric disana." Jadi Aric menghampiri gadis bernama Arin-Arin itu? Untuk apa?
"Katanya temen cewek Aric cuma lo doang San?"
"Ya enggak gitu juga sih Lun. Jadi emang yang paling deket sama dia tuh gue, ya mungkin karena kita sering sekelas, jadi suka cerita-cerita gitu waktu dulu. Kalo sama yang lainnya ya Aric normal. Suka ngobrol, becanda, ya gitu kayak ke cewek-cewek di kelas kita aja gimana." Jawab Lisan membuat Luna mengangguk. Ya, saat dikelas Aric terlihat beberapa kali duduk berdua dengan perempuan lain dan terlihat akrab. Kadang Luna suka sebal melihat pemandangan itu. Bagaimana tidak? Aric selalu bisa menghampiri teman-teman perempuan dikelasnya, tapi untuk menghampiri atau mengajaknya mengobrol saja Aric jarang. Jika mereka bertemu tidak sengaja pun, lelaki itu hanya tersenyum sambil mengacak-acak rambut Luna. Cuma itu. Tanpa menanyakan apapun pada Luna.
"Kenapa, lo cemburu sama Arin?" tanya Lisan membuat Luna tergagap. Cemburu? Ya jelas tidak. Hanya... hanya Luna sebal melihatnya. Bahkan hari ini ia dan Aric belum sempat mengobrol bahkan belum sempat bertemu. Tadi pagi, Luna diantar oleh Ayahnya, dan saat pelajaran pertama hingga pelajaran kedua pun Aric diam di warung Abah dengan para sahabatnya. Dan saat ia melihat Aric hari ini, ternyata lelaki itu sedang berdua-duaan dengan Arin. Bagaimana tidak kesal? Apalagi kemarin malam, Aric benar-benar tidak mengabarinya sama sekali. Jangankan mengabarinya, membaca atau mengangkat telponnya pun tidak. Menyebalkan bukan?
"Engga kok. Gue cuma nanya." Lisan terlihat tidak percaya tetapi akhirnya mengangguk juga. "Eh San, Dimas suka ilang-ilangan nggak?" tanya Luna sambil menggaruk ujung hidungnya. Sebenarnya malu juga ia bertanya seperti ini pada Lisan. Tapi sungguh ia ingin tahu.
"Maksud lo ngabarin?" tanya Lisan. Luna mengangguk.
"Nggak. Malah gue yang suka bales lama kalo kita chat." Nah kan benar feeling Luna. Sepertinya orang yang memang selalu ilang-ilangan dan membuatnya khawatir itu hanya Aric seorang. Dimas saja tipe-tipe lelaki sibuk belajar, dan sibuk menata masa depan saja tetap bisa mengabari Lisan. Dan ini? Aric yang setiap harinya hanya bermain dan berkumpul dengan teman-temannya saja susah sekali untuk sekedar mengabarinya. Huh, pacarnya itu memang benar-benar selalu membuat Luna kesal. "Eh itu tuh si Sonia sama Meli." Ucap Lisan sambil menunjuk kearah meja yang Sonia dan Meli tempati.
"Nih baso buat kalian udah gue pesenin. Baikan gue?" ucap Meli sambil menunjuk bangga dirinya.
"Iya makasih Mel." Ucap Lisan sambil memasukan sambal yang berada diatas meja kedalam mangkuk bakso nya.
"Lo kenapa sih Lun? Nggak semangat amat." Ucap Sonia saat melihat Luna hanya meminum es teh manisnya tanpa menyentuh baksonya sama sekali.
"Cerita aja." Ucap Meli.
"Gue sebel sama Aric."
"Gara-gara Arin tadi?" tanya Lisan.
"Itu salah satunya, tapi bukan itu aja. Satu minggu belakang ini tuh Aric jarang banget ngabarin. Kadang, kita nggak chat sama sekali. Dia tuh nggak tau apa kalo gue tuh suka nggak bisa tidur karna mikirin dia. Gue tuh suka khawatir karna dia tuh suka lupa waktu kalo udah ngumpul sama temen-temennya." Ucap Luna berapi-api.
KAMU SEDANG MEMBACA
Seeking for Something [Completed]
Novela Juvenil*Abah Squad Community Alaric Abian Wijaya, adalah seorang Abang dari tiga bersaudara. Memiliki orangtua protektif, yang melarang semua kegiatan abstrak yang dilakukannya. fyi, Aric itu jahil dan juga menyebalkan. Kalau tidak begitu, bukan Aric nama...