Ini part terakhir, semoga kalian suka ya.
Jangan kaget kalau panjang banget, karna ini spesial part dan ada hampir 4000 word disini wkwk, enjoy yaaa!
***
13 tahun kemudian...
"Ndaa, Ansel mau main bola sama Ayah." Bocah berusia 5 tahun itu menarik-narik ujung piama yang dikenakan oleh seorang wanita berparas cantik, yang sedang asik membuatkan susu diatas meja pantry dapur rumahnya.
"Ini masih pagi sayang. Sebentar lagi ya, Ayah nya juga kan masih tidur." Ucap wanita itu pada anak laki-lakinya.
"Bangunin Ayah." Pintanya sambil sedikit mencebikan bibir bawahnya. Dan demi Tuhan, Luna benar-benar gemas pada anak pertamanya ini.
"Coba Ansel yang bangunin Ayah." Ucap Luna sambil menjongkokan dirinya, agar sepantar dengan tinggi sang anak.
"Udah." Ucapnya dengan nada manja. "Ayah susah bangun Nda." Mendengar ucapan itu, Luna tertawa kecil. Huh, suaminya itu memang selalu susah jika disuruh bangun tidur. Bangun hanya saat adzan subuh, dan setelah menunaikan ibadahnya pasti akan kembali tidur dengan nyenyak. Apalagi saat ini adalah hari sabtu, hari dimana sang suami libur bekerja. Pasti akan sangat susah jika dibangunkan.
"Ansel udah bangunin Ayah berapa kali?" bocah bernama Ansel itu menunjukan kesepuluh jarinya pada Luna. dan itu membuat Luna terkekeh kecil sembari mengusap kepala sang bocah. "Bunda udah bikin susu buat Ansel, sambil nunggu Ayah bangun Ansel minum dulu ya."
"Gamau, Ansel mau main bola."
"Kan kalau main bola harus minum susu dulu, biar nanti Ansel bisa ngalahin Ayah main bola."
"Ansel selalu menang dari Ayah. Ansel gapernah kalah Nda." Ucap Ansel dengan bangganya. Dan Luna hanya mengangguk-anggukan kepalanya sebagai jawaban. Bukannya sang suami tidak bisa bermain bola, hanya saja Luna sangat tahu akan sifat sang suami yang selalu mengalah pada anak-anaknya. Bukan hanya soal bermain bola atau permainan lainnya. Bahkan soal apapun itu, jika untuk anak, suami Luna yang satu itu pasti akan selalu mengalah. Apapun demi anak dan juga istrinya.
Luna kurang beruntung apa coba?
Suaminya ganteng? Iya.
Mapan, juga iya.
Perhatian? Pake banget.
Selalu ada? Ah 24 jam pasti siap sedia buat Luna dan anak-anaknya.
Anak-anak yang lucu, juga lucunya pake banget.
Jadi saat ini, Luna benar-benar bahagia. dan Luna sangat-sangat bersyukur akan hal itu.
"Ansel ingin main bola?" tanya Luna sambil melirik kearah jam dinding didapurnya, yang ternyata menunjukan jam setengah tujuh pagi.
"Ingin."
"Susunya minum, ok?"
"Ayah."
"Iya, nanti Bunda bangunin Ayah. Tapi Ansel minum susunya, setuju?" walaupun bocah itu benar-benar tengah malas meminum susu, tapi demi bermain bola, akhirnya Ansel menyetujuinya juga. apapun itu yang penting ia bisa bermain bola dengan Ayahnya.
Setelah melihat anak laki-lakinya itu menghabiskan satu gelas susu tanpa sisa, Luna langsung berjalan menuju kamar utama untuk membangunkan sang suami yang sudah dipastikan tengah bergelut dengan selimut dan juga guling kesayangannya.
Tetapi saat sudah didepan kamar utama yang kebetulan pintunya terbuka, dugaannya salah besar. Ternyata sang suami sudah terbangun dan kini suaminya itu justru tengah menggantikan popok pada anak kedua mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Seeking for Something [Completed]
Подростковая литература*Abah Squad Community Alaric Abian Wijaya, adalah seorang Abang dari tiga bersaudara. Memiliki orangtua protektif, yang melarang semua kegiatan abstrak yang dilakukannya. fyi, Aric itu jahil dan juga menyebalkan. Kalau tidak begitu, bukan Aric nama...