33. Kind

11.3K 1K 44
                                    

Hari ini adalah hari pertama SMA Karasta mengadakan tryout untuk kelas duabelas. Ujian nasional sudah didepan mata, dan para siswa sepertinya memang harus lebih giat belajar lagi untuk menghadapi ujian yang hanya tinggal beberapa bulan itu.

Dan hari ini, dengan perasaan campur aduk Luna berusaha untuk fokus pada mata pelajaran yang akan di tryout kan pada hari pertama.

Yaitu pelajaran, Bahasa Indonesia.

“Pulang sekolah, gue pengen kita berempat kumpul.” Ucap Sonia pada Luna, Meli dan juga Lisan.

“Loh, ngapain emang? Lagi tryout gini kok malah ngajak main sih lo.” ucap Meli yang kini tengah membaca buku catatannya.

“Gue ngerasa ada yang nggak beres sama kita semua. Pokoknya gue mau kumpul.” Ucap Sonia final dan mau tak mau ketiga gadis itu hanya bisa mengikutinya.

Sebenarnya tidak ada masalah diantara mereka berempat. Tetapi, akhir-akhir ini memang mereka jarang berkumpul bersama. Jika berencana untuk berkumpul pun, pasti salah satu dari mereka memiliki acara sendiri-sendiri, dan itu yang membuat hubungan mereka berempat sedikit rengang akhir-akhir ini.

Apalagi Luna dan Lisan. Entahlah, Sonia merasa ada sesuatu yang ditutupi oleh kedua temannya itu. Entah masalah apa, sampai saat ini pun Sonia masih belum tahu akan itu. Maka dari itu, ia ingin mereka berempat berkumpul dan membahas semuanya. Semua masalahnya.

***

“Lun.” Aric mencegat Luna yang baru saja keluar dari toilet perempuan. Sebenarnya Aric tidak bermaksud untuk mengungtit atau mengikuti Luna, tapi mau bagaimana lagi. Aric benar-benar ingin mengobrol dengan Luna. bukan mengobrol serius, tetapi mengobrol santai karna ia memang merindukan Luna.

“Apa?” tanya Luna dengan nada sedikit jutek. Bukan apa-apa, kalian tahu sendiri lah ya untuk melupakan seseorang itu butuh perjuangan. Dan sekarang, Luna sedang melakukan proses itu. Proses melupakan Aric.

“Kok jutek banget sih. Kita masih bisa temenan kan?” tanya Aric, dan Luna hanya bisa menghela nafasnya.

“Iya.”

Aric tersenyum sambil memamerkan deretan giginya. “Nah gitu dong. Temen ya?” Aric mengulurkan sebelah tangannya pada Luna.

“Iyaa.” Jawab Luna sambil membalas uluran tangan Aric.

“Kalo lebih dari temen, mau nggak?” tanya Aric jahil, dan Luna hanya bisa membulatkan matanya pada lelaki itu. “Hehe, becanda kok. Tapi kalo mau serius juga, gue mau banget. Ehehehe.”

“Udah deh, gue mau ke kelas.”

“Yauda bareng.”

“Idih?”

“Kan kelas kita sama Lun. Masa lupa sih?”

“Ya—udah, jalan sendiri-sendiri aja bisa kan?”

“Kalo bisa berdua, kenapa harus sendiri.”

Luna sebal.

Mengapa Aric jadi seperti ini?

Ya Tuhan, Luna baru pertama kali memiliki mantan yang seajaib ini.

Dimana biasanya orang pacaran baru putus itu akan sedikit jaga jarak dan malu untuk bertemu. Justru anehnya Aric malah tidak. Dan disaat bertemu mantan itu biasanya awkward, Luna malah tidak merasakan itu sama sekali.

Intinya, Aric itu ajaib.

“Terserah lah, gue cape sama lo.” ucap Luna dan pergi meninggalkan Aric dibelakangnya. Tidak mau ketinggalan, Aric berlari kecil agar ia bisa berjalan tepat di samping Luna. modus-modus sedikit sama mantan, nggak pa-pa kan ya?

Seeking for Something [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang