4. Her Boyfie

19.7K 1.5K 21
                                    

Chaper 4

Aric menoleh kaearah samping kursi penumpang, dan terlihatlah pemandangan sang Adik tercinta sedang membaca buku sembari menyenderkan tubuhnya pada kursi yang telah lelaki itu mundurkan agar bisa meluruskan punggungnya dengan leluasa. Aric menghela nafasnya, lalu mencolek pelan paha sang Adik. Alger tetap diam tidak bergeming, saat merasakan sebuah colekan di ujung pahanya.

"Kak." Ucap Aric sambil menatap Alger yang masih anteng dengan buku di depannya. Untung saja, di depan mereka lampu merah sedang menyala. Jadilah Aric langsung mengambil buku yang sedang di baca Alger dan melemparkan ke kursi belakang.

"Anjing." Umpat Alger saat buku yang sedang ia baca di lempar oleh sang Abang. "Udah dua kali Bang, itu buku lo lempar!" Ucap Alger kesal sembari kembali mengambil buku yang Aric lemparkan.

"Makanya kalo gue ngomong tuh di tatep."

"Apaan sih?!"

"Nanti lo turun di depan komplek ya?" ucap Aric sambil kembali menjalankan mobilnya, karena lampu di depan mereka kini sudah berubah kembali menjadi warna hijau.

"Nggak."

"Kak, gue mau kerumah Evan. Dan kalo gue pulang dulu, gue pasti bakal diceramahin!" Ucap Aric sambil sesekali melirik ke arah Alger yang kini sudah kembali pada posisi awalnya. Membaca buku sambil menyenderkan tubuhnya. Jika bukan adiknya. Ingin sekali Aric mendorong Alger keluar mobil dan menggilas lelaki itu saat ini juga. Bayangkan saja, adiknya itu sangat lah sangat sangat menyebalkan. Semenjak Alger bersekolah dengannya di sekolah yang sama, emosi Aric menjadi labil dan selalu ingin marah-marah. Karena siapa? Ya tentu karena adik lelaki yang paling ia sayang dan cintai ini.

"Bodo." Jawab Alger sambil meminum kopi kemasan yang tadi mereka sempat beli di minimarket dekat sekolah.

"Yauda kalo gitu, lo ikut kerumah Evan." Ucapan Aric membuat Alger menoleh pada sang Abang. Lelaki itu menggeleng sambil menegakan tubuhnya lalu menghadap pada Aric yang kini sedang sibuk mengemudi.

"Kaga ada."

"Gemes gue sama lo Kak." Ucap Aric sambil menyengkram kuat setir kemudinya. "Yauda kalo gitu turun di depan komplek."

"Di depan rumah aja deh. Lo nggak usah turun." Ucap Alger sambil menyalakan radio dan memasukan buku yang tadi ia baca ke dalam ransel. Aric mengangguk setuju, dan ia pun kembali memfokuskan dirinya pada jalanan, sambil sesekali ia dan Alger bernyanyi mengikuti alunan musik yang sedang di putar di radio mobilnya.

Setelah ia mengantarkan Alger ke depan rumahnya, tentu dengan mengancaman agar adiknya itu tidak membocorkan bahwa ia main ke rumah Evan pada Ibunya. Aric kembali mentancapkan gas mobilnya ke Apartement Evan yang berada di sekitar Punclut Bandung. memang lumayan jauh dari rumahnya, tetapi hanya tempat Evan lah dimana geng Abah bisa mengekspresikan apapun dan melakukan apapun tanpa takut dimarahi atau di tegur oleh orang rumah. Tentu itu semua karena Evan memang tinggal sendiri di dalam Apartementnya.

"Assalamualaikum." Ucap Aric saat masuk kedalam Apartement Evan. Tidak usah heran mengapa ia bisa langsung masuk tanpa mengetuk pintu dulu. Karena Evan memang memberi tahukan password Apartementnya pada semua.

Tidak ada sahutan yang menjawab, tetapi Aric bisa mendengar tawa teman-temannya di balkon belakang Apartement Evan yang langsung menyuguhkan pemandangan indah kota Bandung pada sore hari seperti ini.

"Nah, ini ni orangnya dateng." Ucap Evan sambil menyeruput coklat panas yang memang tersedia di dapurnya.

"Kenapa?" tanya Aric.

"Yo cerita Yo." Ucap Zelvin membuat Aric mengerutkan alisnya.

"Tadi kan gue pulang dulu kerumah sebelum kesini. Ya biasalah gue minta restu dulu pada Mamah gue yang tercinta agar perjalanan gue dari rumah sampai kesini tuh penuh berkah dan juga pahala selamat sampai tujuan." Ucap Rio membuat Aric menatap lelaki itu dengan dahi mengerut.

Seeking for Something [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang