YOONGI dan Hana berjalan mondar-mandir dengan perasaan gelisah di kamar Yoongi. Keduanya sedang memikirkan bagaimana bisa seorang bayi berada di dalam kotak dan bertengger manis di depan rumah seseorang di pagi hari. Ah gila, sudah pasti jawabannya karena sang ibu membuangnya. Bodoh sekali mereka ini.
Hana berhenti kemudian duduk di pinggir ranjang. Ia memperhatikan secara seksama bayi yang sudah di pindahkan ke atas kasur itu. Matanya bulat, hidungnya mancung dan bibirnya mungil. Sangat lucu. Tapi sayang, orangtuanya sangat tidak lucu karena telah membuang bayi selucu ini. Ah, Hana suka anak kecil. Tapi sepertinya ia tidak bisa mengatakannya atau Yoongi akan memaksanya untuk merawat bayi ini.
“Aku memintamu ke sini untuk membantuku, bukan hanya melamun memperhatikan Cheol seperti itu.”
Iya, mereka telah membaca surat yang di sertai sebuah gelang dari ibu Cheol—nama bayi itu tadi. Kira-kira isinya seperti ini;
Teruntuk siapapun yang menemukan bayiku...
Aku sebenarnya menyayangkan hal ini, tapi aku benar-benar harus melakukannya. Aku merelakan Kim Jae Cheol bersama kalian—siapapun yang menemukan dan membaca surat ini. Aku harap, kalian bisa merawat Cheol dengan baik, bahkan lebih baik dariku.
Mungkin suatu saat aku akan mengambilnya, atau mungkin juga tidak. Aku hanya berpesan, perlakukan dia dengan baik. Seperti kalian memperlakukan anak kalian sendiri. Terima kasih sebelumnya.
Tertanda,
Ibu Cheol.Yang benar saja, menikah saja belum masa iya mereka sudah punya anak. Kini yang menjadi permasalahan adalah, bagaimana cara Yoongi dan Hana merawat bayi—Cheol—tanpa di ketahui oleh siapapun. Ah, rasanya sulit. Terlintas ide untuk menaruh bayi ini di panti asuhan, tapi nanti kalau ibunya mencari ke rumah Yoongi, Yoongi harus berkata apa? Mengatakan kalau anaknya sudah ia buang ke panti? Itu sama gilanya dengan sang ibu.
“Aku ingin pulang,” ucap Hana tiba-tiba.
“Tidak boleh!” Sahut Yoongi cepat.
Hana mendelik tidak suka. “Atas dasar apa kau boleh mengaturku seperti itu?”
“Ini sebagai bantuan rasa terima kasihmu!”
“Astaga,” Hana mendesah panjang. Gadis itu menjatuhkan dirinya di atas ranjang Yoongi. Lebih memilih tiduran di atas kasur itu sembari memperhatikan Cheol yang masih tertidur sejak kedatangannya di kamar ini.
Hana tak habis pikir dengan ibunya yang tega membuang Cheol di usianya yang masih terbilang kecil, kurang dari enam bulan. Atau bisa saja lebih, mungkin. Hana bersumpah, jika ia menemukan ibunya Cheol, ia akan memarahinya karena dengan berani menaruh Cheol di kotak yang cukup pengap. Bodohnya lagi sesaat setelah Yoongi menemukan kotak itu, bukannya mengeluarkan Cheol dari sana, lelaki itu malah menghampiri dan berdebat dengan Hana dulu. Eoh, mereka semua memang bodoh.
“Hei, aku memintamu ke sini untuk membantuku berpikir, bukan untuk tiduran di ranjangku!”
Hana bangkit dari posisi berbaringnya. Ia berdecak sebal kemudian melempar bantal yang mudah di jangkau ke arah Yoongi. Tak berhenti sampai di situ, kotak bekas tempat Cheol yang berada di dekat kakinya pun tak luput dari wujud kekesalannya hingga berpindah ke depan kaki Yoongi.
“Pikirkan saja sendiri!”
“Kau harus merawat bayi itu!”
“Aku tidak mau!”
“Kau harus mau!”
“Tidak! Harusnya kau yang bertanggung jawab di sini, bukan aku!”
“Tapi kau—”
KAMU SEDANG MEMBACA
Baby •myg•
FanfictionYoongi tidak pernah mengira, di usianya yang baru menginjak dua puluh enam tahun, ia sudah harus menjadi seorang ayah. Ia sudah di berikan tanggung jawab oleh orang yang tidak ia ketahui. Belum lagi ia harus menikahi gadis yang notabene adalah musuh...