JARUM jam sudah menunjukkan pukul 16.57 KST. Hana menguap lebar di depan layar televisi yang menyala. Sudah satu jam lebih ia duduk bersandar pada kaki sofa sembari memandang layar datar di depannya tanpa minat. Di sebelah kakinya ada Cheol yang tertidur di kasur lipat bayi miliknya. Hana sengaja membiarkan Cheol tidur di luar kamar, karena ia terlalu malas jika harus berlama-lama di dalam kamar tanpa melakukan kegiatan apapun.
Kemudian atensinya tiba-tiba tersedot oleh kehadiran sebuah benda pada pergelangan tangan Cheol. Sebuah gelang berwarna hitam yang terbuat dari lilitan tali tipis yang bisa di sesuaikan ukurannya dengan ukuran tangan di pemakai, kemungkinan besar gelang itu tetap bisa di pakai sampai Cheol remaja. Itu adalah gelang yang dititipkan oleh ibu Cheol dengan sebuah surat yang masih Hana simpan. Hana berpikir, ibu Cheol sedikit pintar. Karena dengan memilih gelang semacam itu akan memudahkannya untuk menemukan anaknya nanti. Dan tadi, tiba-tiba saja Hana berinisiatif untuk memasangkan gelang itu pada Cheol dan ternyata cocok. Hana tersenyum lebar dalam diamnya.
Hana bangkit saat merasakan desakan cairan yang ingin dikeluarkan. Ia berjalan menuju kamar mandi di dapur, sekalian berniat mengambil beberapa camilan lagi untuk ia makan. Sepuluh menit berkutat di dapur, Hana kembali ke ruang tengah dimana ia menonton tadi. Tapi belum sampai kakinya menginjak pintu pembatas ruang tengah dengan dapur, Hana memekik tertahan dan refleks menjatuhkan sebungkus makanan ringan di tangannya. Ia terkejut bukan main, tapi perasaan bahagia lebih mendominasi di sini.
Dengan segera Hana berlari, kemudian memekik senang berkali-kali. Ia harus mengatakan hal ini pada Yoongi. Pasti laki-laki itu akan sama terkejutnya, tapi tidak bisa dipungkiri bahwa perasaan bahagia juga akan mendominasi nanti.
•
Yoongi melangkah ringan menuju unit apartemennya. Rasa lelah pada pundaknya seakan menguap jika terus mengingat perjanjiannya dengan Hana semalam. Tidak akan ada lagi pertengkaran yang membuatnya jengkel, ya, tidak ada. Sekarang semuanya telah berdamai. Mereka telah sepakat untuk terus bersikap baik satu sama lain, demi perkembangan Cheol.
Lelaki itu baru saja akan menekan tombol password, tapi orang di dalam sudah keburu membuka pintunya. Hana muncul dengan senyum sumringah, terlihat sangat berbeda. Seperti ada sesuatu yang membuatnya senang, tapi Yoongi tidak tahu apa.
“Aku pulang,” ucap Yoongi seraya membuka sepatu dan kaus kakinya.
“Aku bisa lihat itu,” sahut Hana. “Ah, apa kau lelah?” Lanjut Hana sembari mengambil alih tas kerja Yoongi.
Yoongi mengernyit melihat tingkah Hana. Demi apapun, ini bukanlah Hana yang ia kenal. Apa karena perjanjian semalam, Hana berubah menjadi seperti ini? Tapi masa iya perubahannya secepat ini, sih. Menyampingkan perasaan anehnya, Yoongi mengangguk pelan.
“Ya, lumayan,” jawab Yoongi. Sembari menunggu Hana yang membuatkannya minuman, lelaki itu menjatuhkan tubuhnya ke atas sofa. Jari-jarinya bergantian melepaskan dua kancing teratas kemejanya. Sedangkan kedua matanya terfokus ke layar televisi yang menampilkan drama series.
Ah, drama ya. Yoongi jadi ingat kejadian malam itu. Kejadian yang membuat segalanya berubah. Kalau saja malam itu Yoongi tidak ikut bergabung menonton dengan Hana, mungkin semuanya tidak akan menjadi semudah ini, kan? Ya, setidaknya Yoongi harus banyak-banyak bersyukur saat ini.
Hana kembali dari dapur membawa secangkir teh yang masih mengepulkan asap. Gadis itu meletakkan cangkirnya di meja kemudian ikut bergabung duduk di sofa yang berseberangan dengan Yoongi. Gadis itu segera mematikan televisi, berjaga-jaga karena takut kejadian malam itu terulang kembali.
“Minumlah,” ucap Hana.
Yoongi mengangguk kemudian mendekatkan bibir cangkir ke bibirnya. Lelaki itu meyeruput teh hangat buatan Hana dengan perlahan, hingga rasa hangat langsung terasa mengalir melewati tenggorokannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Baby •myg•
FanfictionYoongi tidak pernah mengira, di usianya yang baru menginjak dua puluh enam tahun, ia sudah harus menjadi seorang ayah. Ia sudah di berikan tanggung jawab oleh orang yang tidak ia ketahui. Belum lagi ia harus menikahi gadis yang notabene adalah musuh...