Dua Belas

4.5K 530 11
                                    

SUDAH hampir tengah malam, tapi dua orang itu masih sibuk membersihkan apartemen yang berantakkan karena ulah si lelaki. Keduanya membersihkan di tempat yang berbeda, si perempuan membersihkan bagian dapur sedangkan si lelaki membersihkan bagian ruang tengah.

Yoongi melakukan tugas yang Hana berikan secepat yang ia bisa. Jujur saja ia mengantuk. Karena biasanya jam-jam seperti sekarang adalah waktunya ia tidur, menyelami alam mimpi dengan penuh kekhidmatan. Tapi ini apa? Ia masih harus memunguti sampah bekas makanan yang ia makan sedari siang. Lelaki itu jadi agak menyesal karena memang niatnya membuat apartemen berantakan adalah untuk menjahili Hana. Tapi gadis itu malah memaksanya untuk membantu membersihkan semua kekacauan yang ia buat.

Jedug!

“Awsh....”

Yoongi menghampiri Hana yang saat itu tengah berada dalam posisi menunduk di dekat meja makan sembari menenteng sebuah kantung besar berisi sampah. Kedua tangan Hana memegang kepala sembari bibirnya mengeluarkan rintihan kecil.

“Kau kenapa?” Tanya Yoongi menyuarakan keheranannya. Kemudian ia meletakkan kantung besar itu di dekat kakinya.

Hana mendongak dengan ekspresi wajah kesakitan. Gadis itu tidak menjawab, melainkan menunjuk beberapa bungkus makanan yang berada di kolong meja makan kemudian berpindah menunjuk ke meja makan dan kepalanya. Yoongi yang mengerti tidak dapat menahan tawanya. Lelaki itu tertawa sampai merasa perutnya keram dan akhirnya berhenti dengan napas terengah-engah.

“Sialan kau,” desis Hana tajam sesaat setelah gadis itu kembali memposisikan tubuhnya berdiri tegak di samping meja makan. Kedua tangan gadis itu masih mengusap kepalanya. “Aku bertanya-tanya, bagaimana cara makanmu hingga sampah-sampah itu berada di kolong meja?”

Yoongi menggedikkan bahunya dengan kedua ujung bibir yang berkedut. Lelaki itu ingin tertawa lagi karena melihat ekspresi Hana yang terlihat lucu di matanya. Dan akhirnya tawa itu menyembur kembali sampai membuat Hana kesal hingga memberikan satu tendangan maut ke betis kecil Yoongi.

“Argh!”

“Berhenti tertawa, Tuan Min.”

Yoongi menghentikan tawanya dan di gantikan dengan sebuah ringisan kecil. Lelaki itu mengusap betisnya yang terasa nyeri karena tendangan Hana kemudian beralih menatap Hana jengkel. “Ini menyakitkan,” ucapnya kesal.

Hana mengacuhkan keluhan Yoongi kemudian kembali menunduk untuk mengambil bungkus makanan yang terdapat di kolong meja. Pun ia mengambil kantung besar yang sebelumnya Yoongi bawa kemudian ia simpan di pojok dapur untuk ia buang esok hari.

“Sana, aku ingin mengepel lantai,” usir Hana. Gadis itu mendorong tubuh Yoongi sampai ke ruang tengah. Kemudian ia mulai mengepel seluruh bagian lantai sampai bersih. Sepuluh menit kemudian semuanya telah selesai. Apartemen kembali bersih seperti semula. Diam-diam Hana tersenyum lebar karena ini pertama kalinya ia benar-benar membersihkan rumah dengan serius.

Hana menjatuhkan tubuhnya di sofa ruang tamu. Gadis itu mengatur napasnya yang terengah-engah karena kelelahan. Mendengar napas yang keluar dari orang lain membuat Hana menoleh ke kanan dan mendapati Yoongi tengah menaikkan celananya hingga terlihat bekas biru pada betisnya. Hana meringis, itu bekas perbuatannya tadi.

“Apa itu sakit?” Tanya Hana sedikit khawatir.

“Jangan di tanya,” jawab Yoongi cuek. “Aish, ini membiru.”

Hana menggigit bagian dalam bibirnya. Haruskah ia mengobati Yoongi? Kalau ia mengobatinya, nanti Yoongi merasa besar kepala. Tapi kalau tidak, ia bisa di anggap tidak bertanggung jawab. Ah, persetan dengan Yoongi. Gadis itu mengambil opsi pertama, mengobati Yoongi.

Baby •myg•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang