Delapan Belas (A)

4.2K 515 4
                                    

PUKUL sembilan pagi, Hana sudah siap dengan setelan kasualnya. Semua urusan rumah juga sudah rampung ia kerjakan. Sarapan untuk Yoongi sudah tertata rapih di meja makan, Cheol juga sudah selesai sarapan dan kini tengah merangkak menyusuri penjuru kamar Hana.

Hana mengambil tas kecilnya kemudian menggendong Cheol keluar kamar. Tujuannya kini adalah kamar Yoongi. Ia harus membangunkan lelaki itu dahulu supaya Cheol aman berada dalam pengawasannya. Tanpa mengetuk pintu dahulu, Hana segera membuka pintu kamar Yoongi yang kebetulan tidak di kunci.

“Yoong?” Panggil Hana sembari melangkahkan kakinya mendekati ranjang. Rupanya lelaki itu masih bermanja ria dengan bantal guling dan selimut tebalnya.

Hana menaruh Cheol di sebelah Yoongi sebagai cara pertamanya untuk membangungkan lelaki itu. Sembari menunggu reaksi Yoongi, Hana berjalan menuju jendela besar kamar Yoongi yang masih tertutup gorden. Hana menyingkap gorden berwarna hitam itu, sehingga cahaya matahari langsung menerobos masuk. Pantulan cahaya langsung mengenai tepat di wajah Yoongi.

Cheol dengan senang hati merangkak naik ke tubuh Yoongi. Kedua tangan mungilnya memukuli wajah Yoongi hingga lelaki itu mengerang sebal. Hana terkekeh melihatnya.

Aish, aku masih mengantuk,” keluh Yoongi mecoba menutupi wajahnya dengan selimut. Tapi karena Cheol berada di atasnya, jadi selimut itu tidak cukup berguna.

Cheol memekik senang kemudian terkekeh sembari kedua tangannya memukul wajah Yoongi. Bayi mungil itu terus menjahili Yoongi sampai lelaki itu membuka matanya sedikit, lalu mengerang kesal. Sedangkan Hana sendiri berdiri di dekat ranjang sembari bersidekap memperhatikan reaksi kedua orang di hadapannya.

“Tolong jauhkan Cheol dariku,” pinta Yoongi sembari mengayunkan tangan kanannya ke udara.

“Asalkan kau mau membuka matamu,” sahut Hana dengan santai.

“Iya-iya! Aku bangun,” akhirnya Yoongi menyerah. Dengan terpaksa lelaki itu membuka kedua matanya yang masih terasa mengantuk.

“Bagus,” balas Hana. Kemudian gadis itu segera mengangkat Cheol ke gendongannya dan terkekeh pelan melihat reaksi Cheol yang juga terkekeh karena Yoongi.

“Argh, baru kali ini ada yang berani membangunkanku dari tidur,” gumam Yoongi sembari mengucek kedua matanya lalu beralih menggaruk rambutnya yang berantakan. Lelaki itu membenarkan posisinya hingga duduk bersandar ke kepala ranjang. Matanya langsung membuka sempurna saat melihat penampilan Hana.

“Kau mau kemana?”

Hana kembali menurunkan Cheol di kasur Yoongi. Ia membenarkan tas kecilnya kemudian menjawab, “Ini weekend, kan? Aku sedang ada urusan, jadi aku harus pergi. Tolong kau jaga Cheol, segala keperluannya ada di kamarku. Lalu untuk sarapanmu juga sudah kusiapkan di meja makan.”

“Bukan dengan Seokjin, kan?” Tanya Yoongi curiga.

“Hah?”

“Kau pergi bukan dengan Seokjin, kan?” Ulang Yoongi.

“Aku pergi dengan Naeun, tapi sorenya dengan Seokjin. Memangnya kenapa?”

Yoongi menghela napasnya sebelum menjawab. “Kalau aku minta kau untuk tidak pergi dengan Seokjin, apa kau mau?”

Hana mengernyitkan dahinya tidak mengerti. Apa maksud dari perkataan Yoongi? Lelaki itu melarangnya? Wah, kemajuan macam apa ini. Hana merasa sedikit senang, tapi ia segera menepisnya dengan keras. Entah apa yang telah merasuki jiwanya hingga ia berpikir kalau Yoongi cemburu dengan Seokjin.

“Tapi memang aku ingin pergi dengannya,” jawab Hana. Kemudian gadis itu berbalik menuju pintu “Sudah, ya. Aku pergi. Jaga Cheol baik-ba—”

“Dia menyukaimu.”

Hana menghentikan langkahnya di ambang pintu. Kemudian gadis itu berbalik menghadap Yoongi dengan kernyitan di dahi. “Maksudmu?”

“Dia menyukaimu. Layaknya seorang lelaki menyukai lawan jenisnya.” Sahut Yoongi serius.

“Kurasa waktu tidurmu itu kurang, Yoong. Jadi cepat sarapan dan buat Cheol tidur supaya kau juga bisa ikut tidur kembali.” Balas Hana kemudian kembali melanjutkan langkahnya keluar kamar Yoongi.

“Sampai jumpa besok!” Hana melambaikan tangannya pada Naeun yang berdiri di depan pintu restoran. Mobil Seokjin melaju meninggalkan restoran itu hingga sosok Naeun tidak lagi terlihat.

Langit sudah berubah gelap saat Hana menyelesaikan makan malamnya dengan Naeun dan Seokjin. Tapi sepertinya Seokjin tidak mau langsung pulang karena arah jalannya kini tidak menuju ke apartemen Hana. Entah Seokjin ingin membawanya kemana, tapi Hana percaya dengan lelaki itu.

“Aku ingin minum sebentar, kau mau menemaniku, kan?” Ucap Seokjin sembari memutar kemudi menuju parkiran sebuah klub malam.

Hah, Hana ingat. Ini adalah klub yang sama dengan klub yang ia kunjungi beberapa waktu lalu. Mengingat kejadian itu sama saja mengingat alasan semua ini terjadi. Dari terkena hukuman ayahnya, hingga menikah dengan Yoongi.

“Hei!” Seokjin melambaikan tangannya di depan wajah Hana karena gadis itu melamun.

“Ah, iya maaf,” Hana tersenyum kikuk menemukan dirinya melamun. “Tapi tidak lama, kan?”

Seokjin tersenyum kemudian menggeleng.

“Baiklah.”

Hana mengikuti Seokjin yang telah melepas seatbeltnya kemudian keluar dari dalam mobil. Dirinya gugup karena ia adalah kedua kalinya mengunjungi tempat seperti ini. Ah, ia takut kalau kejadian semacam itu akan terulang kembali. Tanpa sadar, ia meremas ujung jaketnya.

“Kau takut, hm?” Tanya Seokjin karena menangkap sorot khawatir di mata Hana. Gadis di hadapannya hanya diam, dan Seokjin menganggapnya sebagai jawaban iya. “Jangan khawatir, ini tidak akan lama.” Ucap Seokjin kemudian menarik tangan Hana, membawanya ke genggaman lembut lelaki itu.

Seokjin benar-benar membawanya ke dalam. Dentuman keras dari musik dan cahaya yang remang menyambut mereka. Hana merasa tidak nyaman, jika ia menolak, tidak enak dengan Seokjin. Maka gadis itu hanya diam sembari mengikuti langkah Seokjin menuju meja bar dan bertemu dengan bartender di sana.

“Hai, Jeon!” Sapa Seokjin kepada bartender tampan itu.

“Woah, hyung! Dari mana saja kau?” Balas bartender itu, kemudian mereka bertos ria ala lelaki.

“Dari ujung dunia,” jawab Seokjin asal.

Jungkook, sang bartender mengalihkan perhatiannya ke perempuan yang berdiri gugup di samping Seokjin. Ia seperti familiar dengan gadis yang dibawa Seokjin, tapi sayang ingatannya tidak sebaik itu untuk mengingat semuanya.

“Dia siapa, hyung? Kekasihmu?” Tanya Jungkook akhirnya. Ia penasaran.

“Bukan,” potong Hana saat Seokjin baru saja ingin membuka mulutnya. Jungkook membulatkan bibirnya kemudian mengangguk mengerti.

“Aku pesan minuman yang seperti biasa saja, sedangkan untuk dia buatkan soda. Aku tunggu di ruangan biasa.”

Jungkook mengangguk kemudian Seokjin kembali menarik Hana menuju ruangan yang biasa ia kunjungi jika kemari bersama teman-temannya. Di dekat pintu masuk, mereka berpapasan dengan si pemilik klub.

“Hai hyung!” Sapa Namjoon ceria.

“Hei.”

“Ingin bersenang-senang... Atau?”

“Hanya ingin minum,” potong Seokjin. “Kami duluan.”

Namjoon masih memasang senyumannya kemudian matanya melirik ke gadis yang di bawa Seokjin. Ah, Namjoon ingat sesuatu.

“Bukannya itu Hana?” Pikir Namjoon.

[]
















Dabel apdet. Seneng g seneng g wkwk.

Masi ada chap lapan belas b, tripel apdet ena ni heheu( ͡° ͜ʖ ͡°)

Baby •myg•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang