Dua Puluh Tujuh

3.1K 347 23
                                    

HANA berjalan melamun di koridor kampus sembari memikirkan ucapan Yoongi kemarin. Rasanya gadis itu berjalan tidak menapak, seperti melayang. Ia juga tidak tahu pasti, kenapa ia merasakan perasaan aneh ini.

Berkali-kali gadis itu menepuk pelan kepalanya, kemudian berdecak kesal. Mencoba menyangkal apa yang ada di kepala, tetapi jantung dan hatinya tidak bisa mengelak.

Kemarin Hana benar-benar mengurung diri di kamar seharian. Gadis itu merasa belum siap untuk melihat wajah Yoongi setelah apa yang diucapkan oleh lelaki itu di meja makan. Ini semua sangat tiba-tiba, setelah kemarin-kemarin Hana berusaha keras untuk mengelak rasa aneh yang selalu menghampirinya, kini Yoongi malah memperparahnya hingga rasanya Hana ingin teriak saja.

Hana berdecak. Gadis itu mempercepat langkah seraya menunduk memperhatikan laju sepatunya, pandangannya tidak fokus. Saat mendongak, gadis itu memekik tertahan.

"Astaga," hampir saja gadis itu terhuyung ke belakang karena menabrak bahu seseorang, tapi untungnya orang itu segera menahannya.

"Maaf- sunbae?"

Hana mengerjap kemudian segera menganggukkan kepalanya. "Astaga, maafkan aku sunbae."

Seokjin tersenyum, jenis senyum yang dapat meluluhkan hati seluruh gadis di kampus ini. Tidak-tidak, Hana terlalu hiperbola hingga melebih-lebihkan. Tapi apa yang baru saja melintas di kepalanya bisa saja benar terjadi. Karena senyum Seokjin meneduhkan, sanggup membuat orang yang melihatnya menahan napas sejenak.

"Kau melamun," kata Seokjin dengan nada rendah. "Ada apa?"

Hana bergerak gelisah, kemudian tersenyum canggung. "Ah... tidak, tidak ada apa-apa. Aku hanya sedikit kurang fokus."

Masih belum melunturkan senyumnya, Seokjin terkekeh kecil. "Ayolah, aku mengenalmu, Hana."

Hana meringis kecil menanggapi ucapan Seokjin.

"Setelah ini kau ada kelas lagi?"

Hana sedikit menyingkir karena posisi mereka sekarang berada di tengah koridor. Gadis itu kemudian segera menggeleng lalu mengangkat sebelah alisnya. "Kenapa?"

"Bagaimana kalau kita berbincang di kantin? Aku yang akan menraktirmu."

Hana tersenyum semringah, lantas gadis itu segera mengangguk semangat. "Boleh."

"Bagaimana dengan nilaimu? Ada peningkatan atau penurunan?"

Hana mengedikkan bahu seraya mengaduk-aduk kopi di hadapannya. "Tidak naik, tapi tidan turun juga. Kurasa aku masih bisa mempertahankannya."

Seokjin menyesap kopinya kemudian bergumam. Hana juga melakukan hal yang sama. Keduanya sama-sama diam, dengan fokus pandangan yang berbeda. Hana memperhatikan sekitar kantin yang ramai, sedangkan Seokjin hanya memandang gelas kopinya tanpa minat.

"Ah, tentang aku yang mengajakmu ke klub Namjoon, sepertinya aku belum meminta maaf kepadamu," Seokjin berkata seraya menatap Hana. Kemudian lelaki itu tersenyum samar. "Maafkan aku, sepertinya aku membuat kekacauan saat itu."

Hana balas tersenyum, gadis itu menggeleng kecil. "Tidak apa, sunbae. Hanya saja, Yoongi terlalu berlebihan waktu itu."

Seokjin terkekeh kecil. Lelaki itu kembali menyesap kopinya kemudian berkata, "tidak juga, kok. Kalau aku jadi Yoongi, aku juga akan melakukan hal yang sama."

"Hm?" Hana mengangkat kedua alisnya karena gadis itu tidak begitu mendengar ucapan Seokjin barusan.

"Naeun sedang mencarimu," Seokjin kembali mengatakan hal yang membuat Hana mengangkat kedua alisnya bingung. "Itu, Naeun sedang mencarimu. Disana."

Baby •myg•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang