Tiga Belas

4.3K 532 18
                                    

MALAM hari setelah Yoongi mengantar Hana dan Cheol pulang, ia langsung melesat ke tempat dimana ia biasa menghabiskan malamnya dulu. Tentu saja tujuannya adalah klub malam milik Namjoon yang berada di tengah-tengah kota, satu dari sekian banyaknya deretan klub-klub malam terkenal di sana.

Yoongi melenggang masuk dengan santainya sembari memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana. Tujuannya kini adalah ruangan dimana Namjoon bersembunyi yang terletak di lantai atas. Tanpa mengetuk pintu dahulu, Yoongi langsung membuka pintu dan masuk ke dalamnya.

"Woah, kau mengejutkanku," ucap Namjoon dengan posisi sebelah tangannya yang memegang dada kirinya.

Yoongi tersenyum licik. "Sudah lama kita tidak berjumpa, Tuan Namjoon yang terhormat."

"Ah, sialan. Mendapat sopan santun dari mana kau, hyung?" Sahut Namjoon sedikit terperangah.

"Kau terkejut, bukan?" Alih-alih menjawab pertanyaan Namjoon, Yoongi malah balik bertanya.

"Ya, kupikir kau adalah pihak kepolisian atau apa," jawab Namjoon jujur. "Ah, sudah lama kau tidak kemari. Kabar terakhir yang kudapat, kau menikah dengan gadis yang saat itu kau tolong, ya?"

Yoongi mengangguk seraya mendudukan dirinya di sofa yang terdapat di pojok ruangan. Lelaki itu menghembuskan napas panjang, lega karena akhirnya ia bisa menginjakkan kakinya lagi di sini. Namjoon juga mengikuti langkah Yoongi untuk duduk di sebelah lelaki bermarga Min yang telah menjadi sahabatnya tiga tahun belakangan itu.

"Lalu untuk apa kau kemari? Apa ada masalah dengan, siapa namanya?"

"Hana," jawab Yoongi cepat.

"Ya, Hana. Apa kau ada masalah dengannya?" Tanya Namjoon lagi dengan menyebutkan nama gadis yang saat ini tengah berada di apartemennya.

"Untuk apa kau bertanya?" Lagi-lagi Yoongi membalasnya dengan pertanyaan juga. "Sejak kapan kau menjadi seorang yang banyak bertanya? Ah, kau aneh Namjoon."

"Lupakan," sahut Namjoon cepat. "Kau mau minum? Atau... main?"

"Minum, aku cukup tahu diri mengingat istriku di rumah," sahut Yoongi kemudian bangkit. Lelaki itu melenggang pergi dari ruangan Namjoon tanpa banyak bicara. Yoongi langsung menghampiri salah satu bartender yang ia sudah kenal.

"Jungkook, seperti biasa," ucap Yoongi kemudian mendudukan dirinya di kursi tinggi yang terdapat di sana. Matanya jelalatan ke sekeliling klub yang dua bulan ini tidak ia datangi. Suasananya masih sama, ramai. Secara keseluruhan memang tidak ada yang berubah.

"Ah, kau hyung. Kemana saja kau dua bulan kemarin?" Tanya Jungkook sembari membuatkan minuman yang biasa Yoongi minum. Lelaki itu sudah hapal betul karena setiap Yoongi minum, Jungkooklah yang menyiapkannya.

"Ada urusan penting," jawab Yoongi cuek.

Jungkook menggumamkan kata ah tanpa suara. Lelaki itu kemudian menyodorkan satu gelas sedang yang langsung Yoongi terima tanpa banyak bicara. Minuman yang Yoongi minum memang tidak banyak mengandung alkohol, karena diam-diam Yoongi membenci alkohol. Jangan tanyakan kenapa ia bisa berada di klub malam yang menyimpan berbagai macam minuman beralkohol kalau kenyataannya ia membenci alkohol, karena jawaban Yoongi adalah tidak tahu.

Saat tengah asik meminum minumannya, mata Yoongi menyipit saat melihat seseorang yang di kenalnya. Apalagi saat seseorang itu mulai melangkah mendekatinya dengan sebuah senyuman yang cukup memikat.

"Gi-ya?" Gumamnya pelan.

Hana berjalan mondar-mandir di ruang tengah sembari menggigit kuku-kukunya tanda ia gelisah. Hari sudah mulai berganti dengan langit gelap yang masih menghiasi tapi Yoongi belum juga pulang ke rumah. Seharusnya ia sudah tertidur di atas ranjangnya, seharusnya ia tidak gelisah seperti ini, seharusnya ia tidak mengkhawatirkan lelaki itu.

Tunggu. Barusan ia bilang kalau ia khawatir? Aish, Hana rasa ia harus mengantukkan kepalanya pada meja supaya ia kembali seperti dulu, menjadi gadis cuek yang tidak mau tahu tentang keadaan sekitarnya. Tapi ia tidak bisa. Bagaimanapun juga Yoongi adalah tanggung jawabnya, begitu juga sebaliknya. Jadi wajar saja kalau ia khawatir bukan?

Sebenarnya Hana mulai merasakan hal-hal aneh pada dirinya jika bersama Yoongi. Hal itu terhitung sejak ia tidak sengaja terjatuh di atas tubuh Yoongi. Hana selalu saja gugup-beruntung ia bisa menyembunyikannya dengan baik-jika berada di dekat Yoongi. Jantungnya juga berdebar abnormal setiap kali mereka bertemu tatap. Entah itu sengaja atau tidak di sengaja. Hana mulai merasakan ini, dan dengan keras ia menepisnya. Jujur saja gadis itu merasa risih harus merasakannya sendirian. Ia tidak mau mengambil resiko patah hati karena-ah sudahlah, lupakan.

"Memang sekarang kau tidak mencintainya. Tapi siapa yang akan tahu besok? Seminggu? Sebulan? Atau bahkan setahun yang akan datang? Cinta datang karena terbiasa dengan kehadiran orang itu di sekitarmu. Memang membutuhkan waktu yang lama, tapi siapa yang tahu di balik waktu yang cukup lama itu kau bisa merasakan kebahagiaan yang amat membuncah di saat yang bersamaan?"

Hana jadi mengingat ucapan Heeseung dua hari yang lalu. Apa benar kalau ia... Ah, sudah. Lupakan. Hana benar-benar tidak mau memikirkan hal itu sekarang. Banyak yang harus ia pikirkan, seperti tutor yang harus ia lakukan secepat mungkin misalnya.

Merasa kepalanya berdenyut, Hana menjatuhkan dirinya di atas sofa. Sekali lagi ia melirik jam dinding yang menggantung di atas televisi. Jam 02.47 KST. Sudah hampir pagi tapi lelaki itu belum juga pulang. Sebenarnya Hana tidak harus menunggu Yoongi seperti ini, karena tentunya lelaki itu tidak perlu seseorang untuk membukakan pintu. Ya, itu sudah pasti karena password apartemen ini juga sudah lelaki itu hapal di luar kepala, bukan?

Di luar dugaan. Hana baru saja memejamkan matanya kurang dari lima menit saat mendengar bel apartemen berbunyi. Hana bergegas membukanya dan mendapati tubuh Yoongi bersandar pada dinding di dekat pintu dengan keadaan setengah sadar. Bukan, bukan itu yang menjadi fokus utamanya. Ia dapat melihat seorang perempuan yang baru saja memasuki lift. Perempuan itu sangat familiar di matanya, tentu saja karena mereka telah berteman sejak taman kanak-kanak. Hana dapat mengetahui kalau itu Sung Gi adalah dari potongan rambutnya yang Hana kenali. Dari postur tubuhnya juga membuktikan kalau itu adalah Sung Gi. Tapi pertanyaannya, untuk apa ia ke apartemen ini?

Kembali lagi ke Yoongi. Lelaki itu memegang kepala dan perutnya dengan tangan. Memang Yoongi kehilangan setengah kesadarannya, tapi lelaki itu cukup sadar kalau ia pulang tidak sendiri. Tapi ia berusaha tidak peduli karena kepalanya terasa berdenyut-denyut. Ia ingin segera menjatuhkan tubuhnya di ranjang yang empuk, kemudian menyelami alam mimpi supaya ia bisa melupakan kejadian hari ini.

"Astaga, Yoong... Kau mabuk," ucap Hana kemudian membantu Yoongi memasuki apartemen dengan cara membopongnya.

[]

Kacau parah:3 Nanti deh, kalo ada waktu bakal gue revisi lagi.

Baby •myg•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang