SEINGATNYA, selama ia tinggal bersama Yoongi, Hana tidak pernah membuat Yoongi semarah dan sediam ini. Biasanya Yoongi hanya akan marah dan m jika Hana mengusilinya kelewat batas, itupun hanya beberapa jam ke depan kemudian mereka akan kembali cekcok. Bahkan saat Yoongi terkena lemparan sendok kemarin, lelaki itu juga tidak mempersalahkannya. Malah ia juga meminta maaf kepada Hana.
Tapi sepertinya berbeda dengan kasus kali ini. Sejak semalam, setelah Yoongi mengambil Cheol dari rumah Hoseok, lelaki itu hanya berbicara sedikit mengenai Cheol kemudian bergegas masuk ke dalam kamarnya. Hana merasa di acuhkan.
Bahkan hingga sekarang, saat jarum jam sudah menunjukkan pukul sebelas siang, Yoongi belum juga keluar dari kamarnya. Hal ini membuat Hana cemas. Ia tahu lelaki itu belum makan sejak semalam, terbukti dari beberapa makanan utuh yang tergeletak di meja makan semalam saat Hana pergi ke dapur.
Jadi, setelah selesai memasak untuk makan siang, Hana memberanikan diri untuk mengetuk pintu kamar Yoongi. Butuh waktu beberapa detik hingga terdengar sahutan dari dalam sana.
“Yoong, kau belum makan dari semalam. Keluarlah, bahkan tadi kau meninggalkan waktu sarapan.”
“Aku tidak lapar,”sahut Yoongi. Bohong, padahal Yoongi mulai merasakan perih pada perutnya.
“Keluar Yoong, jangan seperti anak kecil.” Ucap Hana sedikit geram.
“Siapa seperti anak kecil?” Terdengar sahutan Yoongi yang merasa tidak terima.
“Kau.”
“Oh, jadi kalau aku mengkhawatirkanmu itu dianggap seperti anak kecil, ya?”
Hana mengerjap. Gadis itu terdiam beberapa saat sembari berusaha mencerna ucapan Yoongi. Matanya menatap lurus ke pintu berwarna coklat di hadapan matanya.
“Padahal aku sudah berusaha untuk tidak terlalu memikirkanmu, tapi dengan lancangnya kau merasuki pikiranku. Dan perasaan cemas semalam benar-benar tidak dapat kutahan lagi. Kuharap kau mengerti, Hana….”
“Sudah kukatakan ini hanya sekedar ungakapan rasa terima kasihku kepadanya, Yoong.” Hana merasakan suaranya terdengar serak saat menyahut. Sialan, bahkan sekarang mereka lebih terlihat seperti orang yang berpacaran dan si perempuan ketahuan selingkuh oleh lelakinya. Lucu sekali.
“Berterima kasih, ya? Memang tidak ada tempat lain selain klub malam?”
Sejenak Hana memejamkan matanya, kemudian kembali membiarkan pintu berwarna coklat itu memasuki indra penglihatannya. “Aku hanya menemaninya.”
“Menemani katamu?” Yoongi terkekeh pelan di dalam kamarnya. “Hana, kau tidak tahu isi otak para lelaki. Itu berbahaya.”
“Aku bisa menjaga diri. Lagipula aku tahu apa yang harus aku jauhi di sana.” Hana tetap kekeh membela diri.
“Terserah kau saja. Lain kali, aku tidak akan mengkhawatirkanmu lagi. Aku tidak akan ikut campur urusanmu lagi. Terserah kau ingin pergi dengan siapa, aku tidak akan peduli lagi.”
Hana merasakan dadanya sesak. Kedua matanyapun berkaca-kaca. Ia menggenggam ujung bajunya erat, rasanya untuk bernapas melewati rongga hidungpun sulit sekali.
“Maafkan aku,” Hana merutuki suaranya yang terdengar begetar. Jangan menangis, jangan menangis. Tapi terlambat, air matanya terlanjur lolos melewati pipi hingga terjatuh di lantai.
“Maaf jika aku sudah membuatmu khawatir. Maaf jika aku menyusahkanmu. Aku berjanji tidak akan membuatmu khawatir ataupun mencampuri urusanku lagi, kau juga bebas dan akupun tidak akan mencampuri urusanmu,” Hana menghela napas panjang guna mengurangi sesak di dadanya. Ia menghapus jejak air mata dan berusaha agar tidak ada air mata yang terjatuh lagi. “Tapi kumohon, jangan diam seperti ini. Aku tidak suka. Lebih baik kau marahi aku saja, jangan hanya diam seperti ini.”
“Sekarang aku mohon, keluarlah Yoong….”
Tepat setelah Hana menyelesaikan gumamannya, pintu kamar itu terbuka. Semuanya terjadi begitu cepat hingga tiba-tiba Hana tersadar kalau Yoongi memeluknya. Lelaki itu memeluknya begitu erat hingga rasanya Hana benar-benar sulit untuk bernapas.
“Lain kali, jangan membuatku khawatir.”
Yoongi melepaskan pelukannya. Kedua mata tajam itu menatapnya dalam, menatap tepat di maniknya. Hal itu membuat Hana salah tingkah, pipinya juga terasa memanas. Apalagi saat Yoongi mendekati wajahnya, melewati hingga berhenti tepat di telinga Hana. Lelaki itu membisikkan kalimat yang—Hana bersumpah akan memukulnya nanti—sangat merusak suasana;
“Dan, hei. Aku baru tahu kalau wajah menangismu itu ternyata jelek sekali, ya.”
Belum sempat Hana memukul Yoongi, tetapi lelaki itu sudah lebih dulu meninggalkannya ke dapur dengan gumaman, ‘ah lapar sekali’. Padahal tadi ia yang bilang kalau dirinya tidak lapar.
Ah, sialan. Merusak suasana saja.
•
Kejadian siang tadi ternyata membuat suasana rumah menjadi canggung. Setelah insiden Yoongi memeluknya tadi, Hana langsung mengurung diri di kamar. Gadis itu merutuki dirinya yang sempat terlena dalam pelukan hangat Yoongi. Ia juga merutuki dirinya yang mengaku nyaman dalam pelukan itu. Dan sore harinya, Hana baru berani keluar dari kamar karena Cheol meronta meminta makanan.
Hana sempat menghela napas lega karena tidak menemukan Yoongi di sekitaran dapur dan ruang tengah, jadi kemungkinan besar lelaki itu berada di kamarnya. Tapi kemudian ia dikejutkan oleh munculnya sosok Yoongi yang baru saja keluar dari kamar dengan rambut basah dan aroma mint menguar dari tubuhnya, mengindikasikan kalau lelaki itu baru saja selesai mandi. Dari cara berpakaiannya juga cukup memberitahu kalau lelaki itu ingin pergi.
“Baru keluar kamar, eoh?” Tanya Yoongi sembari menuangkan air mineral pada gelas minumnya. Dari ujung matanya, Yoongi dapat melihat Hana bergerak gelisah. Tangannya terburu-buru membuka lemari penyimpanan entah ingin mencari apa, matanya berkeliaran kesana-kemari tak tentu arah.
“Hm,” sahut Hana sekenanya. Ia hanya tidak ingin Yoongi menyadari nada bicaranya berubah gugup saat ini.
“Aku ingin pergi menemui Taehyung, kemungkinan akan pulang malam. Jangan menungguku.”
“Baiklah,” bagus, kalau bisa kau pulang besok saja, Yoong.
“Ya sudah, aku pergi.”
Setelah sosok Yoongi menghilang dari balik pintu, Hana menghela napas panjang. Sejak tadi, ia menahan napas secara tanpa sadar. Eksresi wajahnya menunjukkan kelegaan luar biasa.
“Akhirnya…” gumam gadis itu seraya melangkah menuju kamar.
[]
A/n. Ini part menye bgt si heran.Oiya mau promosi dikit, ada short story Tae di work aku. Monggo di cek, ini short story yaaa. Udah kelar ampe ending, tinggal post aja. Mayan jadi selingan cerita ini wkwk.
Sekian dan terima Yoongi:))
KAMU SEDANG MEMBACA
Baby •myg•
FanficYoongi tidak pernah mengira, di usianya yang baru menginjak dua puluh enam tahun, ia sudah harus menjadi seorang ayah. Ia sudah di berikan tanggung jawab oleh orang yang tidak ia ketahui. Belum lagi ia harus menikahi gadis yang notabene adalah musuh...