Dua Puluh Dua

4K 482 1
                                    

SUDAH beberapa hari ini Hana kehilangan semangat. Moodnya tak kunjung membaik sejak insiden malam itu. Yoongi masih bersikap seperti biasanya, Taehyung juga mulai menempati kamar Yoongi, sedangkan Hana masih merasa kesal luar biasa dengan lelaki itu.

Hana pikir, setelah ia meluapkan kekesalannya, Yoongi akan berubah pikiran. Tapi nyatanya lelaki itu tetap mengizinkan Taehyung menempati kamarnya. Sedangkan ia sendiri rela tidur di sofa, atau terkadang ia memaksa tidur di ranjang yang sama dengan Hana. Tentu dengan guling sebagai penengahnya.

"Kenapa?"

Hana menoleh saat mendengar suara lelaki di sebelahnya. Benar saja, Seokjin telah menempati ruang kosong di sisinya. Lelaki itu terlihat tampan walau hanya menggunakan sweater dan jins lusuh. Berbeda dengan Yoongi yang mungkin akan terlihat seperti orang jalanan bila menggunakan outfit yang sama dengan Seokjin.

"Ah, tak apa," Hana mengulas senyum kecil saat menatap wajah Seokjin. Gadis itu menghela napas, menghilangkan sedikit rasa tidak nyaman dihatinya. "Hanya saja moodku sedang tidak baik akhir-akhir ini."

"Kalau tidak keberatan, kau boleh bercerita kepadaku." Seokjin berkata dengan seulas senyum manis yang mampu membuat Hana kehilangan kata-kata. Definisi tampan melekat pada Seokjin tanpa ada cacat sedikitpun, benar-benar lelaki incaran para gadis di kampusnya.

Hana sendiri baru menyadari kalau Seokjin adalah lelaki incaran sejak ia mendapat tatapan sinis dari para gadis jika sedang bersama lelaki itu. Seperti sekarang, Hana dapat merasakan tatapan tajam yang mengelilinginya. Bukan hanya satu, tapi sekiranya ada lima atau enam gadis yang menatapnya dari ujung taman.

"Akan kupertimbangkan nanti," Hana menyahut dengan kalem. Kemudian gadis itu berdiri dari duduknya. "Ah, aku harus segera menemui kedua temanku. Permisi, sunbae-nim."

Seokjin menahan kepergian Hana dengan mencekal pergelangan tangan gadis itu. Lantas menariknya hingga Hana kembali terduduk di sampingnya.

"Ada apa, sunbae?" Tanya Hana

"Tidak, tapi kau lihat? Sung Gi sedang bersama Jimin di sana," Seokjin menunjuk ke arah jam 12, tepat dimana Sung Gi dan Jimin berada. "Tetaplah disini," lanjut Seokjin.

"Tapi-"

"Tidak akan lama, aku berjanji." Seokjin menunjukkan jari kelingkingnya, lantas sebuah kurva melengkung sempurna di bibir lelaki itu kala matanya menangkap anggukan dari Hana.

Keduanya hanya duduk berdampingan tanpa ada obrolan yang menyertai. Hana bukanlah orang yang mudah mencari topik obrolan, tapi rasanya juga tidak nyaman kalau hanya duduk diam tanpa ada obrolan ringan yang melengkapi. Berulang kali bibirnya membuka, lalu menutup kembali seakan enggan untuk memulai sebuah obrolan.

"Sudah lama ya," akhirnya Seokjinlah yang bersuara. Lelaki itu menoleh, matanya berkedip dua kali kemudian kembali mengalihkan pandangannya ke arah lain. "Sejak masa tutormu berakhir, kita jadi jarang bertemu." Lanjut lelaki itu dengan kedua mata yang memandang ke sepenjuru taman.

Hana menganggukkan kepalanya. "Ya, karena kau dan aku sama-sama sibuk."

"Setidaknya kita bisa mengatur jadwal untuk bertemu, sekedar berbincang ringan walau hanya sepuluh menit itu sudah cukup bagiku." Entah mengapa, Hana merasa janggal dengan kalimat Seokjin. Gadis itu menoleh dan mendapati Seokjin yang tersenyum kepadanya. Kemudian lelaki itu kembali melanjutkan, kalimatnya sedikit membuat spekulasi yang Hana buat sendiri sirna. "Kalau kau mau, aku bisa terus mengajarimu tentang banyak hal. Aku ingin membagikan ilmu yang aku punya, dan kurasa kau adalah orang yang tepat."

"Tidak, tidak," Hana mengibaskan kedua tangannya, sedangkan Seokjin mengernyit bingung. Lantas Hana segera meralat kalimat yang menurutnya membuat Seokjin bingung. "Maksudku, kau tidak perlu melakukan itu, sunbae. Kau sudah cukup berusaha keras untuk tutorku kemarin. Aku tidak mau membuatmu kerepotan lagi."

Baby •myg•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang