Tujuh

4.8K 588 20
                                    

TERNYATA keluhan bibi Min tentang waktu tidur Yoongi yang terlalu panjang itu benar adanya. Hana melihat dengan mata kepalanya sendiri saat ini. Padahal jarum jam sudah menunjukkan pukul dua belas siang, tapi Yoongi masih dengan nyamannya meringkuk di atas sofa. Aneh memang, bukannya tidur di kamar lelaki itu malah memilih tidur di sofa.

Hana mencoba membangunkan lelaki itu dengan Cheol yang berada di gendongannya. Gadis itu sudah berulang kali membangunkan Yoongi dengan berbagai cara, tapi lelaki berkulit putih pucat itu tak kunjung bangun. Hana berdecak kemudian dengan sengaja menaruh Cheol di atas tubuh Yoongi yang tertidur dengan keadaan terlentang. Bayi mungil itu sesekali memukul wajah Yoongi dengan jari-jari kecil nan imut miliknya.

“Hei, pria malas! Bangunlah!” Tegur Hana keras. Kedua tangan gadis itu tetap menjaga Cheol agar tidak terjatuh. “Tidakkah kau malu dengan bocah kecil yang ada di atas tubuhmu, tuan?”

Yoongi melenguh merasakan kesulitan bernapas karena Cheol berada tepat di atas dadanya. Matanya terbuka, menyipit menahan kantuk yang masih menyerang. Lelaki itu mengerang melihat keberadaan Cheol di atas tubuhnya.

“Turunkan dia,” ucap Yoongi serak.

“Aku akan turunkan Cheol jika kau mau bangun sekarang juga,” sahut Hana cuek. Lalu gadis itu bermain-main dengan tangan mungil Cheol sambil terus mengawasi pergerakan bayi mungil itu supaya tidak terlepas dari penjagaannya. “Lihatlah pria itu, Cheol. Mengapa ia sangatlah malas? Aku sangat heran, bagaimana bisa pria semacamnya hidup tenang selama ini. Kalau aku ini ibunya, sudah pasti akan kubunuh sejak ia beranjak menjadi pria pemalas seperti sekarang.”

Yoongi membuka mata sepenuhnya. Lelaki itu masih mengantuk, tapi karena ia sulit bernapas maka rasa kantuknya sedikit menguap. Apalagi wangi bayi yang menguar dari tubuh Cheol tercium membuat ia merasakan sensasi baru. Menenangkan, mungkin. Lelaki itu mengangkat sedikit kepalanya untuk melihat Hana yang berada di dekat kakinya. Gadis itu masih menjaga Cheol sembari bergumam pelan dengan si bayi mungil.

“Turunkan dia dari atas tubuhku, Hana. Aku ingin ke kamar mandi,” ucap Yoongi membuat Hana berpaling dari Cheol. Gadis itu nampak ragu tapi akhirnya ia tetap mengangkat tubuh Cheol dari atas tubuh Yoongi. Yoongi langsung terduduk sembari memijat bahu dan lehernya yang terasa sakit karena tidur dengan bantalan lengan sofa yang tinggi.

“Kenapa kau tidur di sofa?”

Yoongi mengurungkan niatnya yang baru saja ingin bangkit menuju kamar mandi. Lelaki itu memandang Hana sekilas kemudian kembali mengalihkan pandangannya ke arah lain seraya menggelengkan kepalanya. “Entah, aku ketiduran di sini.” sahut Yoongi. “Kau sudah sarapan?”

Gantian Hana yang menggeleng. Gadis itu memainkan lengan kecil Cheol dengan gemas. Sesekali jari-jari Cheol yang mungil ia gigit lembut saking gemasnya.

“Lalu, Cheol?”

Hana mengerutkan keningnya merasa tidak mengerti dengan ucapan Yoongi.

“Maksudku, Cheol sudah sarapan?”

Hana ber-oh ria dengan bibirnya yang membentuk huruf O. Gadis itu mengangguk dua kali sebelum menjawab, “Sudah kuberikan bubur bayi yang di siapkan eomma kemarin.”

Yoongi mengangguk kemudian melanjutkan niatnya untuk mandi. Pintu kamarnya yang tadinya sudah tertutup rapat kembali terbuka dengan Yoongi yang terlihat menyembulkan kepalanya. “Aku akan mandi sebentar, lalu kita keluar untuk mencari sarapan. Tidak, tidak, makan siang lebih tepatnya.”

Hana mengangguk kemudian kembali bermain-main dengan Cheol. Bayi laki-laki itu sudah bisa duduk sendiri rupanya. Tapi walau begitu, Hana tetap menjaganya dengan ikut duduk di belakang Cheol. Takut-takut kalau Cheol akan terjatuh ke belakang. Omong-omong Hana tidak tahu pasti usia Cheol sekarang. Tapi dengan melihat Cheol sudah bisa duduk sendiri seperti ini, Hana menebak mungkin sekitar enam bulanan atau lebih.

Tak butuh waktu lama untuk Hana menunggu Yoongi mandi. Tiga puluh menit kemudian lelaki itu keluar dari kamarnya dengan keadaan rambut hitam pekatnya yang basah terkena air. Beberapa tetes air juga masih mengalir dari wajah hingga ke dagu. Sialan, pemandangan macam apa yang Hana lihat sekarang?

“Kau lama sekali,” gerutu Hana. Padahal ia tidak merasakan kalau Yoongi memakan banyak waktu untuk mandi. Itu ia ucapkan karena merasa salah tingkah melihat Yoongi yang kelihatan—err... Tampan.

“Jangan banyak bicara, Hana. Cepat bawa keperluan Cheol, kita segera pergi mencari makan. Aku sangat lapar,” balas Yoongi cuek. Lelaki itu langsung keluar dari apartemen tanpa mau menunggu Hana. Menyebalkan.

“Dasar lelaki tidak tahu diri! Menyebalkan sekali, huh,” gerutu Hana sembari mengangkat Cheol ke gendongannya.

Ternyata Yoongi membawa Hana dan Cheol ke restoran cepat saji di sebrang apartemennya. Mereka memakan makanannya dalam diam. Diam yang begitu menenangkan. Begitu juga dengan Cheol yang anteng duduk di pangkuan Hana sembari meminum susu yang dibawa Hana dari rumah.

Tapi keheningan itu terpecah saat tiba-tiba seorang laki-laki menarik kursi di sebelah Yoongi hingga menimbulkan suara deritan nyaring. Hana dan Yoongi serentak menoleh kepada si pelaku dan mendapati wajah seorang lelaki asing bagi Hana. Tapi tidak dengan Yoongi. Karena lelaki itu adalah Taehyung, teman baik Yoongi semasa SMA.

“Hei, hyung. Apa kabar?”

Yoongi tersenyum lebar sembari menjabat tangan Taehyung kemudian berpelukan singkat ala lelaki. Sudah empat tahun mereka tidak bertemu karena Taehyung harus melanjutkan kuliah di luar negeri, dan hebatnya Taehyung tidak melupakan wajah Yoongi.

“Hei, Tae. Kabarku cukup baik. Bagaimana denganmu?” Yoongi balik bertanya masih dengan senyuman lebarnya.

“Ah, kurasa aku juga begitu baik,” jawab Taehyung. Kemudian lelaki itu menoleh menatap perempuan dengan seorang bayi di pangkuannya yang duduk di seberang Yoongi. Taehyung mengangkat sebelah alisnya dengan seringai jahil. “Mereka siapa?”

“Dia Hana, istriku. Dan bayi itu Cheol, anakku,” jelas Yoongi sembari menunjuk Hana dan Cheol bergantian.

‘Wah, hyung, kau sudah menikah, eoh?” Tanya Taehyung jahil. Lelaki itu masih menampilkan seringai jahil yang sangat Yoongi benci sejak masa SMA. “Bukankah kau dulu pernah berkata kalau kau tidak mau menikah sebelum menginjak usia di atas tiga puluh?”

Yoongi terkekeh pelan. “Entahlah, bahkan aku sendiripun tidak percaya kalau saat ini sudah mempunyai istri dan anak.”

Diam-diam Hana mendengus geli mendengarnya. Haha, lucu sekali kau Yoongi. Jangan berpikir kalau dia saja yang tidak percaya, bahkan Hana merasa sangat sangat tidak percaya kalau sekarang ia sudah terikat oleh seseorang.

“Ah, baiklah hyung. Aku ada urusan penting setelah ini, jadi aku pamit,” Taehyung bangkit kemudian bertos dengan Yoongi. Kemudian lelaki itu mengangguk ramah kepada Hana. “Aku pamit, sampai jumpa lagi jagoan kecil!”

Tak lama setelah kepergian Taehyung, Yoongi dan Hana ikut beranjak pulang karena hari sudah semakin sore dan sudah waktunya Cheol untuk mandi.

[]



Minal aidzin walfaidzin, mohon maaf lahir dan batin🙏

Baby •myg•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang