Dua Puluh Satu

4K 488 15
                                    

“BOLEHKAH aku menginap di sini untuk waktu-waktu tertentu?”

Dua orang di hadapan Taehyung terdiam. Keduanya tidak ada yang memberi respon atas omongan Taehyung. Hal itu membuat Taehyung ikut diam, lalu mengalihkan atensinya kepada bayi mungil di pangkuan.

Sejak kepergian seseorang yang berpengaruh dalam hidupnya, Taehyung jadi suka hidup di pinggir jalan. Lelaki itu lebih memilih bermalam di depan sebuah toko demi mencari orang itu. Hal inilah yang membuat ia melupakan bayaran sewa rumahnya yang tidak terasa telah jatuh pada tanggal yang ditentukan. Taehyung tidak bekerja, jadi ia tidak punya uang untuk membayar. Hingga teguran dari sang pemilik datang kemarin, Taehyung harus menerima kenyataan kalau rumahnya itu sudah berpindah kepemilikan. Ada orang baru yang sudah menyewa, dan Taehyung harus segera pergi dari sana.

Taehyung kembali mendongak, lalu melanjutkan ucapannya. “Kalau kalian tidak mau, aku tidak masalah. Toh, akhir-akhir ini aku memang sering tidur di depan toko. Mungkin untuk ke depannya, aku harus melakukan hal itu lagi.”

“Tidak,” sahut Yoongi cepat. Menyadari ucapannya yang terdengar ambigu, Yoongi segera mengoreksinya. “Maksudku, kau tidak perlu tidur di tempat seperti itu. Kau bisa menempati salah satu kamar di rumah ini.”

Tanpa di sadari, raut wajah dari satu-satunya perempuan di ruangan itu berubah. Bukannya Hana tidak mau, ia hanya masih merasa asing jika harus menampung Taehyung di rumah ini. Bahkan kamar yang Yoongi tawarkan tadi adalah kamarnya sendiri. Lantas bagaimana dan dimana lelaki itu akan tidur nanti?

“Benarkah? Tidak setiap hari kok. Malah mungkin aku hanya akan menitipkan beberapa baju milikku di sini,” Taehyung terlihat semringah. Lelaki itu semakin mengeratkan pelukannya pada bocah mungil dipangkuannya yang mulai mengantuk.

“Memangnya kau pergi kemana saja sampai jarang pulang ke rumah?”

Taehyung menghela napas panjang, bibirnya tertarik hingga membetuk garis lurus. Pandangannya terlihat kosong, lalu terdengar sahutan lirih, “Aku mencari seseorang.”

Yoongi mengangguk, padahal ia sangat penasaran dengan orang yang Taehyung cari. Sebegitu pentingkah bagi Taehyung hingga lelaki itu merelakan dirinya tidur di depan toko? Mungkin Yoongi bisa menanyakannya nanti.

“Siapa?” Tiba-tiba, Hana mengeluarkan suaranya setelah beberapa menit memilih diam. Ia hanya ingin memenuhi hasrat keingintahuannya. Tidak lebih.

Taehyung mengalihkan wajah, menatap Hana kemudian tersenyum tipis. “Orang yang sangat berharga bagiku.”

Hana mengernyitkan dahi. Apa-apaan? Taehyung tidak mau menyebutkan namanya barang hanya inisial. Hana jadi semakin malas dan curiga. Gadis itu menatap Taehyung kemudian melengos.

“Kau punya orang yang berharga rupanya,” Yoongi berbicara dengan nada meledek, ujung bibirnya tertarik ke atas. “Kupikir hidupmu hanya dipenuhi oleh tawa gadis malam atau suara dentuman musik keras di klub.”

“Aku sudah berubah, hyung.” Taehyung menyahut malas.

Hana bangkit dari duduknya, sekilas melirik Yoongi sinis, lalu menatap Taehyung dan Cheol bergantian. “Maaf, sepertinya Cheol mengantuk. Boleh aku membawanya tidur?”

Taehyung mengangguk, lalu membiarkan Hana membawa Cheol ke dalam kamar.

Sedangkan Yoongi hanya mengernyit sesaat setelah melihat raut tidak suka dari wajah Hana.

Hana belum benar-benar tidur saat pintu kamarnya dibuka oleh seseorang. Suara hentakan kaki yang mendekati ranjang membuat Hana memejamkan matanya erat-erat, sedangkan telinganya di pasang baik-baik.

Baby •myg•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang