JARUM jam telah menunjukkan waktu makan malam telah habis. Tapi Yoongi sama sekali belum menyentuh makanan yang ia siapkan sedari tadi di meja makan, justru kini ia sibuk bermain dengan Cheol di ruang tengah sembari menunggu Hana pulang. Sejujurnya Yoongi khawatir, karena Hana belum juga pulang di malam yang kian melarut. Tapi di satu sisi ia juga tidak ingin terlalu mengekang Hana, ia mempercayai gadis itu sepenuhnya.
Berkali-kali Yoongi melirik ponselnya di atas meja, takut-takut Hana mengabari atau meminta dirinya menjemput. Tapi nihil. Hanya ada layar kosong berwarna hitam yang menandai bahwa tidak ada pesan masuk dari sana. Yoongi mendesah kecewa, kemudian kembali bermain dengan Cheol.
“Heol… Aku tidak tenang,” decak Yoongi sembari melempar salah satu mainan karet milik Cheol hingga bocah itu terdiam sebentar karena terkejut. Menyadari keterkejutan Cheol, Yoongi segera mengelus puncak kepala Cheol seraya bergumam, “Maaf telah membuatmu terkejut.”
Lelaki berpakaian rumahan itu bangkit dari duduknya kemudian berjalan mondar-mandir di ruang tengah. Sesekali Yoongi berdecak keras sembari mengacak rambutnya. Entah apa yang membuatnya hingga merasa sangat khawatir seperti ini. Yang ia rasakan kini hanyalah firasat tidak enak merasuki hatinya. Rasanya ia ingin segera keluar untuk mencari Hana kemudian membawanya pulang sesegera mungkin. Tapi ia kembali mengingatkan dirinya supaya tidak terlalu mengekang gadis itu.
Yoongi berjengit saat mendengar ponselnya berdering nyaring. Hampir saja ia menginjak kaki Cheol karena tidak hati-hati saat mengambil ponsel, beruntung ia bisa menghindar walaupun harus terpeleset oleh mainan karet milik Cheol.
“Mau kujemput?”
“Hyung?”
Yoongi menjauhkan ponselnya dari telinga kemudian melihat id pemanggil. Oh, Namjoon. Ia pikir Hana.
“Maaf, kukira kau Hana.” Sahut Yoongi setelahnya.
“Hyung, bisakah kau datang ke klubku sekarang juga?”
Yoongi mengernyit kemudian menjawab lesu. “Tidak sekarang. Aku harus menjaga Cheol sembari menunggu Hana pulang.”
“Tapi ini ada hubungannya dengan Hana, hyung.”
“Maksudmu?”
“Cepat datang ke sini, kuharap kau menyetir dengan baik.”
Tut!
Yoongi menatap layar ponselnya tidak mengerti. Ia melirik jam dinding yang menggantung di atas televisi. Pukul sepuluh malam. Ah, ini sudah larut. Ia tidak bisa meninggalkan Cheol sendiri di rumah karena bocah kecil itu juga tidak mau tidur. Kalau Yoongi pergi sekarang, sama artinya ia harus meninggalkan Cheol. Lelaki itu mengacak rambutnya frustasi kemudian segera menyambar kunci mobil dan membawa Cheol ke gendongannya.
“Hoseok, Haneul, ya ya betul. Aku akan menitipkanmu kepada dua orang itu.” Gumam Yoongi seraya mengunci pintu apartemennya. Kemudian ia berjalan lima langkah ke kanan dan berhenti di depan sebuah pintu. Tangannya terangkat untuk mengetuk pintu itu tiga kali lalu tak lama pintu di depannya bergerak terbuka.
“Oh, kau,” ucap Haneul tersenyum ramah. “Ada apa?”
“Boleh aku menitipkan Cheol di sini sebentar? Tolong, ini mendesak.” Ucap Yoongi terburu-buru. Pikirannya kalut membayangkan apa yang terjadi.
“Eoh? Tentu,” sahut Haneul sedikit bingung.
Tanpa berpikir panjang, Yoongi segera menyerahkan Cheol ke gendongan Haneul. Lelaki itu mengelus puncak kepala Cheol kemudian menggumamkan kata jangan nakal ya, kemudian segera menegakkan tubuhnya kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Baby •myg•
FanfictionYoongi tidak pernah mengira, di usianya yang baru menginjak dua puluh enam tahun, ia sudah harus menjadi seorang ayah. Ia sudah di berikan tanggung jawab oleh orang yang tidak ia ketahui. Belum lagi ia harus menikahi gadis yang notabene adalah musuh...