Lima Belas

4.5K 552 17
                                    

CANGGUNG.

Mungkin satu kata itulah yang mewakili perasaan Hana pagi ini. Tiap kali ia ingat kejadian semalam, rasanya Hana ingin menenggelamkan dirinya di lautan lepas. Ia merasa sangat malu. Berbeda dengan Yoongi yang terlihat biasa saja. Bahkan kini lelaki itu tengah memakan sarapannya dengan tenang, berbeda dengan Hana yang terlihat gelisah.

“Kau kenapa?” Tanya Yoongi sesaat setelah menelan telur dadar gulung sederhana buatan Hana.

“Tidak apa-apa,” jawab Hana tetap fokus pada makanannya.

“Kau masih terlihat gugup, eoh,” celetuk Yoongi. Sontak saja tubuh Hana menegang walau hanya sekejap, tapi itu cukup di sadari oleh Yoongi yang sedari tadi diam-diam memperhatikan. “Ah, aku ingin bicara sesuatu.” Ucap Yoongi tiba-tiba.

“A-apa?” Jawab Hana sedikit gugup. Gadis itu menelungkupkan sendok makannya kemudian melipat kedua tangannya di atas meja karena ia sudah selesai dengan sarapannya.

Yoongi menatap kedua bola mata Hana dalam, mengunci tatapannya selama beberapa detik sebelum ia berdeham pelan. “Hm...” Yoongi terlihat berpikir sebentar, kemudian lelaki itu menyuapkan sepotong dadar gulung dan mengunyahnya perlahan.

Hana di buat penasaran dengan ucapan Yoongi yang menggantung. Gadis itu sedikit mendengus saat melihat Yoongi malah kembali asik makan, seakan lupa dengan apa yang ingin ia katakan.

“Telur buatanmu ini keasinan,” ucap Yoongi tiba-tiba.

Hana mendongak kemudian menatap wajah Yoongi yang disertai senyum jahilnya. Refleks tangan kanannya mengambil sendok dan melemparnya hingga mengenai dahi Yoongi. Tidak meleset seperti perkiraannya.

“Argh!” Yoongi mengerang saat sendok itu mengecup dahinya secara cuma-cuma. Kedua tangannya mengelus dahi bagian kiri yang terdapat sebuah benjolan, dan sedikit cairan kental keluar dari sana. Ternyata berdarah, kawan. Yoongi meringis menahan perih dan nyeri yang menyerangnya tiba-tiba. Niat ingin mencairkan suasana, tapi malah seperti ini. Semalam tamparan, sekarang lemparan benda. Heol, bisa-bisa Yoongi benar-benar mati muda karena gadis di hadapannya kini.

Hana menutup mulutnya yang menganga lebar. Gadis itu tidak menyangka karena lemparan asalnya malah membuat dahi Yoongi berdarah. Hana panik. Gadis itu lantas berdiri dan memutari meja makan demi menghampiri Yoongi untuk memeriksa luka atas perbuatannya itu.

“Kenapa bisa berdarah?” Tanyanya pelan.

“Padahal aku hanya bercanda,” ketus Yoongi. “Telurmu itu enak. Aku hanya berniat mencairkan suasana, tapi kau malah melemparku dengan sendok.” Lanjutnya sedikit kesal.

Hana terkejut. Ia merasa bersalah sekarang. Lantas Hana menggigiti kuku jarinya dengan gelisah. Haruskah ia minta maaf? Tapi kan itu tadi Yoongi yang memancingnya, lagipula sendok itu terlempar secara refleks oleh Hana. Tapi bagaimanapun juga Hana salah di sini. Tidak seharusnya ia melempar sendok dengah mudahnya.

Aish, ini nyeri,” ucap Yoongi meringis kesakitan. “Untung yang kau lempar itu sendok. Bagaimana kalau pisau kecil itu yang kau lempar? Apa kabar dahiku yang mulus ini? Kau ini kasar sekali, eoh.”

Hana memcebikkan bibirnya kemudian memandang pisau kecil yang terletak di meja. Iya juga, ya. Bisa saja tadi ia melempar pisau itu. Tapi untungnya ia masih cukup waras untuk tidak melemparnya dan membunuh Yoongi saat ini juga.

“Maafkan aku,” akhirnya Hana angkat suara. Gadis itu menunduk dalam dengan mata yang berkaca-kaca. Dirinya sadar kalau selama ini dia sering sekali menyakiti Yoongi. Maka ia tidak lagi memikirkan egonya dan lebih memilih meminta maaf duluan, karena memang dialah yang salah. Bukan Yoongi.

Baby •myg•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang