HANA tidak bisa tidur. Gadis itu berulang kali mengubah posisi tidurnya. Segala posisi sudah Hana lakukan hingga berakhir terduduk di atas kasur sembari menggaruk rambutnya frustasi. Hana sudah bisa menebak ini sedari tadi ia menginjakkan kakinya di apartemen. Hana bukanlah gadis yang mudah beradaptasi, juga tidak bisa jauh dari keluarganya. Namun mengingat kini ia tidak sedang berada di rumah, Hana mendesah panjang.
Biasanya kalau malam-malam seperti ini, saat dirinya tidak bisa tidur, Hana akan menghampiri kamar Heeseung. Memintanya membacakan dongeng pengantar tidur layaknya seorang ibu dan anak, lalu berakhir dengan Hana yang tidur seranjang dengan Heeseung. Benar-benar moment yang Hana rindukan. Tapi kini ia tidak bisa menghampiri Heeseung, jarak rumahnya dengan apartemennya kini sangatlah jauh. Jadi mustahil Hana bisa mencapai kamar Heeseung kurang dari satu menit. Menyebalkan.
Kemudian perhatian Hana teralihkan ke box bayi bermotif galaksi yang berada di sudut kamar. Dengan semangat Hana menghampiri box bayi Cheol. Gadis itu memperhatikan cara tidur Cheol yang terlihat sangat menggemaskan dengan kedua tangan yang di balut sarung tangan menutupi kedua matanya, kemudian kedua ujung kaki mungil yang juga di balut kaus kaki itu saling menyentuh satu sama lain. Benar-benar menggemaskan hingga rasanya Hana ingin mencubit pipi Cheol.
Tapi belum sempat Hana melaksanakan apa yang ada di pikirannya, Cheol keburu bangun dengan tangisan melengking yang membuat Hana terlonjak. Tentu saja Hana kaget. Secinta-cintanya ia pada seorang bayi, Hana tetaplah gadis bodoh yang tidak bisa merawatnya dengan baik. Apalagi mengingat seminggu penuh kemarin Cheol di urus oleh orangtuanya, atau kadang-kadang Heeseung dan Yoonri yang ikut menjaga. Tentu saja Hana tidak pernah memperhatikan bagaimana cara mereka menenangkan Cheol. Hingga sekarang Hana benar-benar panik, bingung harus melakukan apa.
Kemudian Hana bergegas mengambil ponselnya yang sedari tadi ia letakkan di bawah bantal. Gadis itu mengetikkan beberapa angka yang sudah ia hapal di luar kepala, lantas menempelkan ponselnya ke telinga. Iya, di tengah malam seperti ini, Hana menelpon Heeseung. Bagus. Tepat pada dering ketiga, sambungan telepon Hana di angkat oleh orang di seberang sana.
“Yeoboseyo?”
“Ne, yeoboseyo, Heeseung oppa. Kukira kau tidak akan mengangkat teleponku,” ucap Hana sedikit sedih karena mendengar suara Heeseung. Ah, dirinya benar-benar merindukan Heeseung sekarang.
“Kau tidak apa-apa, kan? Apa Yoongi bersikap menyebalkan?” Tanya Heeseung. Terdengar jelas dari nada bicaranya Heeseung mengkhawatirkan Hana. Memang hubungan mereka sangat dekat. Bahkan jika mereka sedang jalan bersama, banyak yang menggosipkan kalau mereka berpacaran. Tapi nyatanya, mereka memang murni hanya seorang kakak dan adik selayaknya kakak adik seperti yang lain. Dan soal Heeseung yang menanyakan tentang Yoongi, memang lelaki itu sangat tahu betapa menyebalkannya Yoongi jika sedang bersama Hana. Jadi maklum saja kalau Heeseung bertanya seperti itu.
Hana menggeleng meski tahu orang yang ia ajak bicara tidak akan bisa melihatnya. “Setidaknya belum sampai saat ini,” sahutnya.
“Lalu kenapa aku mendengar suara Cheol yang menangis?” Tanya Heeseung keheranan. Hana terkejut. Gadis itu menepuk dahinya kemudian menjerit tertahan.
“Astaga,” gumamnya. Hana menepuk-nepuk paha Cheol pelan, bermaksud menenangkan bayi kecil itu. “Aku lupa. Cheol menangis dan aku bingung harus berbuat apa. Kau tahu apa yang harus kulakukan sekarang, oppa?”
“Hm, coba kau periksa popoknya. Biasanya Cheol menangis karena popoknya penuh. Atau kau bisa memberinya susu formula, siapa tahu dia haus.”
Lagi-lagi Hana mengangguk tanpa di ketahui oleh Heeseung. “Baiklah, terima kasih oppa. Maaf mengganggumu malam-malam. Akan ku tutup telponnya, jaljayo....”
Tut!
Hana melempar ponselnya ke sembarang tempat, tapi berhasil mendarat mulus di kasurnya. Gadis itu segera memeriksa popok Cheol, tapi ternyata belum penuh. Kemudian Hana beranjak melakukan opsi kedua, mengambil botol susu kecil milik Cheol, termos yang menyimpan air panas, dan kotak yang berisi susu formula untuk Cheol. Hana membuatnya persis seperti petunjuk yang tertera di kotak susu itu. Setelah jadi, Hana memberikannya kepada Cheol dan beruntung, Cheol berhenti menangis. Rupanya bayi itu kehausan.
Hana masih memegang botol Cheol sembari tangan sebelahnya menepuk-nepuk paha Cheol. Selang lima menit kemudian, pintu kamarnya yang memang tidak terkunci terbuka lebar sehingga cahaya dari luar masuk ke kamarnya yang gelap. Sosok Yoongi muncul dengan balutan piyama tidurnya. Rambutnya acak-acakan yang ternyata jika di lihat lebih detail malah membuat Yoongi semakin tampan. Ah, sialan. Apa yang baru saja Hana pikirkan?
“Cheol kenapa?” Tanya Yoongi dengan suara serak khas orang bangun tidur. Lelaki itu berjalan memasuki kamar Hana dan menghampiri si empu kamar yang masih sibuk mengurus Cheol.
“Dia haus,” jawab Hana singkat. “Kau terbangun?”
Yoongi mengangguk sembari menggaruk kepalanya. “Berisik,” sahutnya pelan.
Hana tidak lagi menjawab. Gadis itu sibuk memegang botol susu Cheol sembari bibirnya bergumam kecil seakan sedang berbicara dengan Cheol. Sangat asik sampai-sampai kehadiran Yoongi tidak lagi di hiraukan. Gadis itu seakan berubah menjadi gadis lembut jika sudah bersama Cheol. Tentu saja, karena tidak mungkin Hana bersikap kasar kepada bayi selucu Cheol, bukan?
Diam-diam Yoongi tersenyum tipis memperhatikan Hana yang kini jauh berbeda dengan Hana yang di kenalnya. Hana yang di kenalnya adalah gadis galak yang selalu saja mengomel jika sudah bertemu dengannya. Tapi kini yang ia lihat adalah sosok lain dari Hana. Gadis itu menjelma menjadi gadis lembut dengan sifat keibuannya. Sangat-sangat berbeda dengan Hana yang kemarin-kemarin bertengkar dengannya.
“Apa kau lihat-lihat?” Tegur Hana galak. “Jangan macam-macam, ya.”
Yoongi mendengus geli. Baru saja ia berpikir tentang sikap Hana yang lain, tapi kini sikap menyebalkan itu kembali hadir. Huh, benar-benar menyebalkan memang.
“Tidak, aku tidak memperhatikanmu. Tapi aku memperhatikan Cheol.” Sahut Yoongi salah tingkah.
“Aku tidak bilang kau memperhatikanku,” gumam Hana pelan.
Yoongi menggaruk tengkuknya karena merasa salah bicara. Kemudian suasana hening melanda. Tidak ada yang memulai pembicaraan sampai Cheol mulai tenang. Tapi tiba-tiba, Hana menoleh ke arah Yoongi dengan ekspresi wajah yang aneh.
“Bisakah kau pegang botol susu Cheol? Aku ingin buang air kecil sebentar,” ucap Hana tiba-tiba dengan nada memohonnya.
Yoongi mengangguk kemudian mengambil alih dengan memegang botol susu Cheol yang sangat kecil. Hanya butuh kelima ujung jarinya saja untuk memegangnya. Benar-benar mungil, persis seperti Cheol yang juga bertubuh mungil.
Hana bangkit setelah Yoongi memegang botol Cheol dengan benar. Gadis itu membungkuk sebentar untuk mencubit pipi Cheol gemas, kemudian bergumam pelan dan melangkah meninggalkan Yoongi dengan senyum kecil yang tersungging di bibir tipisnya.
Pertahankalah sikap baikmu itu Hana... Pikir Yoongi.
[]
KAMU SEDANG MEMBACA
Baby •myg•
FanfictionYoongi tidak pernah mengira, di usianya yang baru menginjak dua puluh enam tahun, ia sudah harus menjadi seorang ayah. Ia sudah di berikan tanggung jawab oleh orang yang tidak ia ketahui. Belum lagi ia harus menikahi gadis yang notabene adalah musuh...