“MENURUTMU, apa yang akan kita lakukan seminggu ini?”
Hana mengalihkan pandangannya dari jejeran lampu jalan yang berjalan mundur seiring melajunya mobil yang di kendarai Yoongi. Kemudian gadis yang saat itu tengah mengutak-atik ponselnya menggedikkan bahu. “Entah. Tapi yang pasti, aku tidak bisa mengambil cuti kuliah seminggu ini.”
“Lho?”
“Minggu ini aku ada tutor dengan sunbae-ku di kampus, dan hal itu tidak bisa di tunda. Hanya lima kali pertemuan, tapi tetap saja waktunya lebih dari seminggu ini.”
“Tutor untuk apa?” Tanya Yoongi.
“Aku mendapat nilai C di mata kuliah Sastra Korea,” jawab Hana lesu. Gadis itu mencebikkan bibirnya dengan ekspresi lucu.
“Bodoh sekali,” cibir Yoongi. Kenyataannya, Yoongi juga sering mendapat nilai C dulu. Tapi berkat usaha kerasnya, akhirnya ia bisa lulus dari universitas dengan nilai yang cukup memuaskan.
“Sialan kau,” sahut Hana.
Yoongi melirik Hana sekilas kemudian kembali fokus ke jalan. Mereka tengah dalam perjalanan pulang ke apartemen—tanpa adanya Cheol. Karena tiba-tiba saja Nyonya Min mengambil alih Cheol, dan berkata bahwa ini adalah waktu khusus untuk mereka.
“Cheol biar aku dan eomma-mu yang merawat, aku memberikan waktu untuk kalian berdua bersenang-senang. Anggap saja ini bulan madu, walau tidak ke luar negeri, setidaknya kalian bisa bebas tanpa adanya Cheol. Ah, kalau bisa, berikan aku cucu lagi juga tidak masalah.”
Setidaknya begitulah apa yang telah di katakan oleh Nyonya Min. Akibatnya mereka harus kembali pulang ke apartemen tanpa kehadiran Cheol yang membuat suasana canggung seketika. Apalagi mengingat ucapan terakhir nyonya Min membuat suasana di antara mereka semakin terasa aneh.
“Ah, baguslah kalau begitu. Aku jadi bisa tidur sepuasnya di rumah,” sahut Yoongi tiba-tiba.
Hana melirik Yoongi sekilas kemudian mendengus malas. "Dasar manusia kasur," cibir Hana yang di balas Yoongi dengan kekehan pelan.
•
Hana menyusuri rak-rak buku di perpustakaan sembari mencari beberapa buku untuk referensi materi tutornya hari ini. Sekitar tiga puluh menit yang lalu Hana tiba di sini, tapi sampai sekarang, pukul empat lewat sepuluh, Seokjin belum juga menampakkan dirinya di perpustakaan. Hal itu membuat Hana sedikit mendecak kemudian mengambil satu buku secara asal untuk ia bawa ke ruang baca.
Tiba di ruang baca, Hana tidak langsung membaca buku yang tadi di bawanya. Melainkan gadis itu mengambil ponsel yang di simpan di tas kemudian mencari kontak dengan nama Seokjin Sunbae. Hana mengetikkan beberapa deret kalimat yang lima detik kemudian sudah terkirim
Hana: Sunbae, aku menunggumu di ruang baca perpustakaan. Aku sangat berharap kau mempercepat diri ke perpustakaan karena aku tidak bisa berlama-lama lagi di sini.
Sembari menunggu balasan datang dari Seokjin, Hana membaca buku yang ia bawa tadi. Tapi ternyata buku yang ia bawa adalah tentang sejarah, benar-benar materi yang Hana benci. Jadi Hana mengurungkan niatnya untuk membaca dan beralih menatap ke sepenjuru ruang baca di kampusnya itu. Ruangan ini sebenarnya sangat minimalis tapi di desain sedemikian rupa sehingga terkesan sangat luas. Kini posisi duduk Hana ada di dekat jendela. Meja panjang yang menyatu dengan jendela di sertai sebuah kursi single yang juga berderet ke samping sampai dimana ujung meja berada. Di tengah-tengah ruangan juga terdapat meja-meja bundar dengan empat buah kursi yang menyertai. Sedangkan di sudut ruangan terdapat mesin pembuat kopi atau teh dengan gelas-gelas plastik bertumpuk tepat di sebelahnya.
Suasana ruang baca ramai tapi keheningan melanda. Rata-rata dari mereka adalah para mahasiswi yang menggerombol di pojok ruangan, bukan untuk belajar melainkan untuk bergosip tentang siapa mahasiswa yang mendapat gelar mahasiswa tertampan di kampus. Hana mengetahuinya karena ia pernah melakukan hal itu bersama Naeun dan Sung Gi beberapa waktu yang lalu.
Selain bergosip, ada juga mahasiswa yang tertidur dengan menelungkupkan kepalanya di atas meja. Sebuah buku tebal di jadikan alibi seakan mereka tengah membaca. Kenyataannya adalah buku itu berfungsi sebagai penutup dan pelindung mereka dari penjaga perpustakaan yang terkenal galak.
Sedangkan sisanya adalah mereka yang memang berniat belajar di perpustakaan dengan buku-buku terbuka yang berserakan di meja, beberapa gelas kopi yang telah habis dan juga laptop yang menyala. Di antara mereka juga ada yang sedang menjalani tutor seperti apa yang akan Hana lakukan nanti. Inti dari semuanya adalah, perpustakaan ini sangat berguna untuk banyak hal.
Beberapa saat kemudian, Hana tersadar dari lamunannya setelah ponsel yang berada di genggamannya berdenting halus. Hana lekas membukanya dan nama Seokjin tertera di pop up message yang muncul di bar notifikasi.
Seokjin: Aku tidak bisa datang hari ini.
“Menyebalkan sekali," decak Hana sebal. Tak lama kemudian ponselnya kembali berdering, telepon masuk dari Seokjin. Segera Hana menggeser ikon gagang telepon berwarna hijau lantas menempelkan ponselnya ke telinga.
“Ya, sunbae?”
“Hana, maafkan aku. Seharusnya aku menghubungimu sejak satu jam yang lalu. Tapi mengingat aku tidak mempunyai nomormu membuatku mengurungkan niat dan menunggu kau menghubungiku duluan.”
“Lalu?”
“Tiba-tiba saja aku ada urusan penting yang mendadak, jadi setelah keluar kelas aku langsung meninggalkan kampus. Jadi tutor yang kita jadwalkan hari ini terpaksa di batalkan. Maafkan aku, ya.”
Hana menghela napas panjang sembari melangkahkan kakinya menuju rak dimana ia mengambil buku tadi. Lalu gadis itu meletakkan buku di tempatnya lantas bergegas keluar perpustakaan. “Baiklah, tidak apa-apa sunbae.”
“Sekali lagi maafkan aku, Hana. Lain kali aku yang akan menetukan jadwal tutornya, oke?”
“Hm.”
“Ya sudah, kututup telponnya. Sampai jumpa....”
Hana menghela napas panjang setelah berhasil menginjakkan kaki di luar kampus. Harusnya ia sudah berada di rumah sekarang. Tapi mengingat kalau dirinya tinggal bersama Yoongi, dan kenyataan bahwa lelaki itu sedang berada di rumah saat ini membuat Hana malas pulang ke rumah. Maka, cepat-cepat Hana menyetop taksi dan menyebutkan alamat rumahnya. Tidak, tidak. Alamat rumah orangtuanya. Karena tiba-tiba, Hana sangat merindukan Heeseung sang kakak tercinta.
[]
KAMU SEDANG MEMBACA
Baby •myg•
FanfictionYoongi tidak pernah mengira, di usianya yang baru menginjak dua puluh enam tahun, ia sudah harus menjadi seorang ayah. Ia sudah di berikan tanggung jawab oleh orang yang tidak ia ketahui. Belum lagi ia harus menikahi gadis yang notabene adalah musuh...