HARI-HARI berikutnya masih tetap sama dengan yang terjadi pada hari sebelumnya. Hana tak sepenuhnya kesal dengan Taehyung, hanya saja ia masih kesal dengan Yoongi. Sehingga sudah seminggu ini Hana tidak menunjukkan sikap baiknya kepada lelaki itu.
Yoongi juga tidak bodoh. Ia mengerti dengan sikap Hana yang acuh tak acuh, hanya berbicara jika penting, tidak mau menatap matanya dan perilaku-perilaku yang menunjukkan kalau gadis itu menghindar. Rupanya salah juga membujuk gadis itu dengan menyeretnya ke sebuah restoran cepat saji pada minggu lalu. Nyatanya sampai saat ini Hana masih cuek kepadanya.
“Hana, sepertinya Cheol haus. Susu yang kau taruh di lemari penyimpanan sudah habis. Apakah masih ada persediaan lain di kamar, atau..?” Taehyung datang dari arah ruang tengah sembari menggaruk tengkuknya. Lelaki itu juga sadar dengan perilaku Hana akhir-akhir ini yang sedikit lebih ketus dan suka memandangnya sinis, walau itu tidak selalu ditunjukkan tetapi Taehyung cukup peka dengan lingkungan sekitar.
Hana yang saat itu sedang sibuk membuat puding mendongak sesaat, kemudian kembali menatap cairan berwarna yang sedang ia aduk itu.
Taehyung kembali menggaruk tengkuknya kemudian bergumam, “ah, sepertinya habis juga, ya.”
“Tolong belikan ke minimarket di depan apartemen. Susunya harus sama seperti yang biasa, kalau tidak ada yang sama jangan kau beli.”
Taehyung yang hendak berbalik kembali menatap Hana, kemudian mengangguk dua kali tanda ia mengerti. Lantas lelaki itu segera bergegas meninggalkan rumah menuju minimarket terdekat sebelum Hana mengamuk kepadanya.
“Ah, aku tidak bisa terus seperti ini,” gumam Hana frustasi. Gadis itu berbalik terkejut mendapati sosok Yoongi yang sudah berdiri di belakangnya. “Astaga....”
Yoongi menatap Hana lama sampai gadis itu sendiri yang membuang muka. Kemudian ia tetap membiarkan Hana menyelesaikan kegiatan membuat pudingnya dengan mata yang tetap mengawasi gadis itu. Selagi mengawasi, pikiran Yoongi menerawang jauh. Berkelana ke saat-saat mereka masih kecil, saat mereka pertama kali mengibarkan bendera perang. Kemudian ia mengingat saat mereka mulai beranjak dewasa, saat ia menyaksikan sendiri bagaimana pertumbuhan Hana mulai dari seorang bocah mungil yang lucu menjadi seorang gadis cantik seperti sekarang ini.
Tak ada yang banyak berubah dengan Hana, dengan Yoongi juga. Hanya saja, status mereka yang kini terikat. Tiba-tiba saja, Yoongi juga ingat dimana saat malam pengantin Hana menangis tiada henti sampai gadis itu tertidur sendiri karena lelah. Yoongi juga cukup menyesal kenapa harus seperti ini jadinya. Tapi ia juga bersyukur, karena cara seperti inilah yang membuat mereka damai dengan sendirinya.
Kau bisa sebut Yoongi gila karena saat ini lelaki itu tengah tersenyum kecil dengan kedua mata yang masih mengamati gerak-gerik Hana. Yoongi merasa, apa yang sedang ia rasakan bukanlah hal biasa. Entahlah, bahkan ia sendiri tidak bisa mendeskripsikan bagaimana perasaannya saat ini.
Hana berbalik setelah menaruh pudding buatannya di kulkas. Gadis itu mengernyit melihat Yoongi yang memperhatikannya seraya tersenyum kecil. Hana bergidik, lantas meninggalkan lelaki itu yang masih tidak menyadari kepergiannya.
Ruang tengah sepi menandakan tidak adanya manusia yang berada di sana. Hana menghembuskan napas panjang seraya bergumam, “ah, lelaki itu membawa Cheol juga, ternyata.”
Kedua kakinya membawa gadis itu menuju kamar. Lantas dirinya merebahkan tubuh ke kasur. Pikirannya segera melayang bersamaan dengan kesadaran yang mulai mengabur. Semua masih terasa asing untuknya.
Hah, disaat-saat seperti inilah ia merindukan kehadiran Heeseung. Ia rindu rumah. Ia ingin pulang. Tapi ia tidak bisa melakukannya.
“Aish, aku ini kenapa?” gumam gadis itu gusar. Kakinnya mulai ia hentakkan di kaki ranjang tidurnya. Matanya memandang lurus ke langit-langit kamar. “Mengapa rasanya aneh sekali, ya?” gumamnya lagi. Kemudian gadis itu merubah posisinya menjadi tengkurap. “Ah, aku benci ini.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Baby •myg•
FanfictionYoongi tidak pernah mengira, di usianya yang baru menginjak dua puluh enam tahun, ia sudah harus menjadi seorang ayah. Ia sudah di berikan tanggung jawab oleh orang yang tidak ia ketahui. Belum lagi ia harus menikahi gadis yang notabene adalah musuh...