Aku tahu aku bukan siapa-siapa Mark.
Tapi.. melihatnya dengan Shinta, membuatku sakit, seakan aku menghilang begitu saja. Ketika Mark bersama dengan Shinta, aku merasa dilupakan olehnya.
Apa.. lebih baik aku pulang saja?
“Ibu..” panggilku pada seorang wanita yang berdiri di balkon mansion ini.
“Sayang, kemarilah,” ajaknya padaku untuk ikut melihat suasana malam dari balkon.
“Ada apa? Jangan terlalu memikirkannya, Ibu tahu, Mark tidak akan berpaling darimu,” jelas Ibu sambil mengelus puncak kepalaku.
“Ibu, aku ingin pulang,” lirihku sambil menahan air mata yang akan keluar.
“Tapi, kau sudah dirumah sayang..” kata Ibu sambil menatapku bingung.
“Maksudku.. rumah orang tuaku..” lirihku.
Ibu tidak membalas perkataanku. Aku memutuskan untuk menatapnya.
Dia menatapku sendu.
“Ibu tahu, kau pasti merindukan kedua orang tuamu kan? Tak apa, kau boleh pulang, tetapi, sebelum itu, berikan alamat kedua orang tuamu agar Ibu bisa mengunjungimu disana. Lagipula, Ibu ingin Mark mendapatkan sebuah pelajaran agar tidak menyia-nyiakanmu lagi,” kata Ibu.
“Terima kasih bu..” kataku senang kemudian memeluknya.
~~~
Aku memutuskan untuk pergi pagi-pagi keesokan harinya, aku ingin bertemu dengan teman-temanku dulu kemudian pergi ke Ausie. Aku meminta ibu agar tidak mengantarku ke bandara, karena.. yah, entahlah, aku lagi suka sendiri.
Akhirnya ibu hanya mengantarku ke teman-temanku saja.
“Jaga dirimu,” kata ibu sebelum pergi kembali ke mansion bersama beberapa penjaga yang ikut dalam mobilnya.
“DEE! Aku sangat merindukanmu!” jerit Kayla ketika melihatku.
“Can you shut up? You leave me!” kataku kesal.
“Maaf! Tapi hanya itu yang bisa kulakukan karena ada sesuatu hal,” kata Kayla dengan tatapan menyesal.
“Dan apakah ‘sesuatu hal’ itu?” tanyaku sambil menatapnya curiga.
“Uh, tak bisa kujelaskan. Ayo masuk!” kata Kayla mengubah pembicaraan.
“Aku akan pulang ke Ausie. Aku hanya mampir disini sebentar kemudian pergi ke bandara,” kataku.
“Apa? Kenapa kau tidak mengatakannya lebih awal?” tanya Kayla.
“Aku baru sampai, kau ingat,” kataku kesal.
“Oh iya. Aku panggil yang lain.”
Tak lama kemudian, kami berkumpul di ruang santai.
“Jadi, kau pulang ke Ausie?” tanya Nelson.
“Uhm, ya.”
“Winston tidak ikut?” tanya Aylin.
“Tidak, dia sudah menjadi bagian disana,” kataku.
“Kau disana sampai kapan?” tanya James.
“Sampai waktu yang tidak ditentukan,” jawabku.
Aku bisa melihat bahwa mereka semua sedih, dan aku juga merasakan hal yang sama.
“Jangan khawatir, aku pasti akan kembali, hanya saja, aku tidak tahu kapan,” kataku berusaha menenangkan mereka.
“Bagaimana dengan pekerjaanmu?” tanya Pete.
KAMU SEDANG MEMBACA
He's Mine
Werewolf"Kau akan apa? Melindunginya? Kau tidak akan bisa melakukan itu bodoh! Untuk saat ini dia akan menjadi pionnya, setelah penyihir itu berhasil mendapatkan kekuatanmu.. Dia.. akan menjadi milikku. Dan kau.. mati!" "T-Tidak.. dia.. tidak a-akan pernah...