Dia sangat menyeramkan. Dia menakutiku dengan menggoreskan belati itu pada leherku. Aku bisa merasakan dinginnya besi yang kini berada di leherku.
“Kau.. sangat ketakutan ya?” tanyanya dengan seringai kejam.
Aku tidak menjawabnya, mulutku terasa kaku untuk berbicara.
Dia kembali menarik belati itu.
“Aku tidak akan melukaimu sampai malam. Malam ini adalah waktunya. Sayangnya, si Alpha sok kuat itu belum melakukan pengikatan mate denganmu. Padahal kalau sudah aku pasti akan lebih menikmatinya untuk memutuskan ikatan mate itu,” katanya. Dia masih berada di hadapanku, memainkan belati itu di tangannya.“Kau tahu bagaimana caranya memutuskan ikatan mate?” tanyanya sambil meletakkan ujung tajam belati di bawah daguku, mengangkatnya agar mataku bertemu dengan matanya yang sehitam langit malam.
“Mati.” Tepat setelah dia mengatakan itu, dia pergi meninggalkanku di ruangan ini sendiri, dengan beberapa penjaga di pintu.
Aku tak bisa menahan air mataku untuk jatuh. Kenapa semua jadi begini? Rencana kami seharusnya berjalan mulus, bahkan untuk situasi sekarang, rencana cadangan tak bisa mengatasinya. Mark dimana kau sekarang? Tunggu, apa aku masih bisa menggunakan kekuatanku?
Aku berusaha menggerakkan tanganku yang di borgol di atas kepala. Rasa sakit mulai terasa pada pergelangan tanganku, tapi semua kubiarkan. Aku mencoba mengarahkan telapak tanganku ke arah penjaga itu. Aku berusaha mengeluarkan bola api, tapi tak bisa. Kekuatanku seakan lenyap.
'Oh, bagus. Sekarang bagaimana aku bisa keluar dari tempat terkutuk ini?'
~~~
Dia kembali mendatangiku di ruangan ini. Dia membawa sebuah kursi dan meletakkannya di hadapanku kemudian duduk disana. Mengamatiku.
Jangan lupakan bahwa aku sedang berdiri saat ini, dan dia dengan santainya duduk dihadapanku. Dia benar-benar membuatku ingin membunuhnya.
“Kau tahu mengapa Sang Legenda sebelumnya mati?” tanyanya.
“Memangnya ada yang lain?” tanyaku dengan suara serak.
“Oh tentu saja. Apa kau berpikir kalau dirimu spesial? Maafkan aku tapi kau salah besar. Kau sama sekali tidak spesial. Aku ingin menceritakan tentangnya padamu. Sebuah cerita, yang kuyakin tidak akan pernah kau lupakan,” katanya sambil menyeringai.
Aku mendengus tak peduli.
“Sang Legenda sebelumnya, dia wanita, sepertimu. Dia hidup dua puluh tahun yang lalu. Dia memiliki mate seperti kau memiliki si Alpha bodoh itu, bedanya, mereka sudah terikat sebagai sepasang mate, sementara kau belum. Dan bisa ditebak, aku menangkap mereka berdua. Ada sebuah peraturan untuk mendapatkan kekuatan yang dimiliki oleh Sang Legenda, dia tidak boleh terikat pada siapapun. Jadi aku membunuh matenya di depan matanya.”
Aku terkesiap mendengar kalimat terakhir.
“Kau mau tahu bagaimana mate dia mati?” tanyanya sambil menyeringai.“Tidak!” kataku dengan serak.
“Aku memberinya mantra, dan dia menyakiti dirinya sendiri. Tidak, dia tidak mati, belum saatnya. Aku membawanya pada sebuah pertarungan sampai mati, dan ternyata dia masih bisa bertahan. Mengejutkan sekali bukan?” Dia tertawa seakan penderitaan orang adalah sebuah pertunjukan komedi.
“Pada akhirnya aku bosan, dan aku membunuhnya dengan cara menyayat tubuhnya, melihatnya kesakitan dan makin lama kulitnya menjadi pucat dan akhirnya dia mati,” katanya dengan muram seperti kehilangan mainan.
“Kembali pada Sang Legenda. Dia melihat semua itu. Dia berteriak seperti orang gila, kau tahu?” dia tertawa kecil.
“Aku mengikatnya seperti saat ini.” Dia menunjukku dengan jari telunjuknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
He's Mine
Werewolf"Kau akan apa? Melindunginya? Kau tidak akan bisa melakukan itu bodoh! Untuk saat ini dia akan menjadi pionnya, setelah penyihir itu berhasil mendapatkan kekuatanmu.. Dia.. akan menjadi milikku. Dan kau.. mati!" "T-Tidak.. dia.. tidak a-akan pernah...