Kau tahu Mark? Aku menyadari sesuatu. Bahwa aku juga mencintaimu.
'Aku harus membuatnya terbangun dari mantra penyihir itu. Tapi bagaimana? Apa dengan membuat Mark 'yang sesungguhnya' gembira bisa membuatnya kembali sadar? Yah, itu patut dicoba.'
Aku menghindar ketika Mark menerjangku. Dia terjatuh.
"Mark! Hei ini aku! Mate-mu! Kau ingat?" teriakku.
"Bukankah sudah kubilang padanya kalau itu tidak akan berhasil?" Aku mendengar gumaman penyihir itu.
"Dan bukankah sudah kubilang kalau dia itu bodoh?" balas Shinta.
Aku tidak mempedulikan ucapan mereka. Sekarang aku hanya harus membuat Mark tersadar.
Mark mengambil posisi untuk kembali menerjangku.'Apa aku kuat untuk menahan terjangannya?'
Brukk.
'Ternyata tidak.'
Mark menahan kedua tanganku dengan tangannya, dia menekannya dengan cukup keras, tanganku serasa mau remuk karenanya. Aku merasakan adanya perbedaan diantara kedua tangannya yang menekan tanganku. Salah satu tangannya.. hanya memiliki empat jari. Tangan kanannya kehilangan satu jari..
"Mark.. hei. Kau tahu?" Mungkin ini saat yang tepat untuk melakukannya.
Raut wajahnya tidak berubah, datar dan dingin.
"Aku baru menyadarinya belakangan ini.. bahwa aku.. juga mencintaimu Mark.."
Aku bersusah payah untuk mengangkat wajahku dan menempelkan bibirku pada bibirnya. Hanya sebentar karena dia langsung menarik diri.
'Apa itu berhasil?'
Mark terengah-engah. Dia berteriak-teriak.
"Sial! Apa mantranya luntur?!!" Maki Shinta.
"Hei! Lakukan sesuatu!!" teriak Shinta pada penyihir itu.
"Aku sedang melakukannya bodoh! Diamlah!" bentak penyihir itu.
Tidak, dia tidak akan bisa merebut Mark dariku lagi.
Aku berdiri, menatap mereka dengan penuh dendam. Tak lama lagi Mark akan sadar kembali, dan aku harus menjaganya sampai dia kembali sadar.
"Kau tidak akan bisa membuatnya dalam pengaruhmu lagi. Karena aku akan melindunginya."
"Tidak. Kali ini dia tidak akan bisa lolos dariku!" balas penyihir itu.
"Aku akan-"
Aku terdorong. Punggungku menabrak batang pohon.
Dihadapanku, Shinta mencekikku.
"Kau akan apa hah? Melindunginya? Kau tidak akan bisa melakukan itu bodoh! Untuk saat ini dia akan menjadi pionnya, setelah penyihir itu berhasil mendapatkan kekuatanmu.. Mark.. akan menjadi milikku. Dan kau.. mati!"
"T-Tidak.. dia.. tidak a-akan pernah men-jadi milikmu," kataku pelan. 'Walau kami tak bisa bersama.'
"Apa?"
"Karena.. dia ditakdirkan untukku.. dia m-milikku."
Aku menggunakan kekuatanku untuk menggerakkan akar-akar agar melilitnya dengan erat.
Dia meronta tapi dia tidak akan bisa lepas dengan mudah dari lilitan itu.
"Mark!" teriakku berusaha membuatnya tetap sadar.
Tangan penyihir itu mengepulkan asap hitam yang kemudian mendekati tempat Mark.
'Asap itu.. tidak boleh mencapai Mark atau semua akan sia-sia.'
KAMU SEDANG MEMBACA
He's Mine
Hombres Lobo"Kau akan apa? Melindunginya? Kau tidak akan bisa melakukan itu bodoh! Untuk saat ini dia akan menjadi pionnya, setelah penyihir itu berhasil mendapatkan kekuatanmu.. Dia.. akan menjadi milikku. Dan kau.. mati!" "T-Tidak.. dia.. tidak a-akan pernah...