part 21- Rubble

6.1K 405 11
                                        

Akhirnya sampai juga. Batinku senang.

Aku sampai di bandara malam hari karena perbedaan waktu.

Baru saja aku keluar ketika ada yang menghadangku.

“Apa anda yang membongkar aksi penjahat itu?” tanya seorang petugas bandara.

“Uh ya,” jawabku bingung.

“Tolong ikuti saya.” Petugas itu langsung pergi tanpa menunggu jawabanku.

Ah, mom dad tunggu ya, aku terhambat, batinku.

Aku segera mengikuti petugas itu. Ia berhenti di sebuah pintu, kemudian mengetuknya dan mempersilakan aku masuk ke dalam ruangan itu.

Ketika masuk, aku disambut ramah oleh seorang pria paruh baya.

So here’s our hero!” katanya ketika melihatku masuk.

“Huh?”

“Silakan duduk Miss,” katanya padaku.

Aku segera duduk di kursi yang disediakan.

“Pertama, perkenalkan saya adalah Charlie Werdbour. Saya adalah manager dari maskapai penerbangan yang baru saja anda gunakan. Berhubung CEO kami sedang ada urusan, jadi saya yang akan mewakili beliau untuk mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas keberanian anda melawan penipu yang mengganggu kenyamanan penumpang kami.

Saya tidak bisa membayangkan apa yang mungkin terjadi jika anda tidak memiliki rencana yang begitu brilliant untuk melawan penipu itu,” jelasnya panjang lebar.

Oh, cuma mau bilang terima kasih, batinku.

Sure, saya juga merasa terganggu dengan kehadiran penipu itu Sir. Awalnya saya ketakutan, tapi pada akhirnya saya mengingat bahwa maskapai penerbangan ini sangat ketat dalam keamanan, jadi saya berasumsi mereka tidak akan bisa membawa pistol sungguhan masuk ke dalam pesawat,” jelasku.

Manager itu tergelak. “Terima kasih Miss karena sudah mempercayai keamanan kami. Yah, hanya itu yang ingin saya sampaikan Miss. Semoga harimu menyenangkan!”

“Um, yeah, baiklah Sir, saya permisi,” kataku kemudian pergi meninggalkan ruangan itu.

“Huh, kupikir dia bakal ngasih tiket gratis gitu. Ternyata hanya ingin bilang terima kasih,” gerutuku dalam hati.

Aku segera mencari taksi untuk pergi ke rumah orang tuaku.

Taxi!” teriakku sambil melambaikan tangan.

Aku segera masuk ketika taksi itu berhenti di depanku. Aku menyebutkan alamat orang tuaku, dan supir itu sedikit terkejut.

“Apa ada yang salah dengan alamat itu? Aku yakin kalau alamat yang kusebutkan benar,” kataku pada supir itu dengan bingung.

“Maaf Miss, tetapi alamat ini, adalah alamat rumah yang kebakaran seminggu yang lalu,” kata supir itu sambil melihatku dari kaca spion.

“Apa? Anda pasti salah,” kataku mulai ketakutan.

“Tidak Miss, saya yakin seratus persen itu benar. Beritanya tersebar di televisi,” kata supir itu lagi.

“Tidak! Bawa saja aku ke alamat itu!” kataku ketakutan.

Aku mulai merasakan taksi yang kunaiki mulai berjalan meninggalkan bandara.

“Semoga saja berita itu salah. Dan kalaupun itu benar terjadi, aku berharap kalau kalian baik-baik saja,” batinku dan tanpa kusadari aku menangis dalam diam selama perjalanan.

Jantungku terus berdetak kencang ketika taksi mulai mendekati kawasan tempat tinggal orang tuaku.

Dalam hati aku terus menerus mengucapkan kalau mereka baik-baik saja dan kami akan segera bertemu.

He's MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang