Mereka terus saja keluar tanpa henti, sebanyak itukah pengikutnya?
Yang lain mulai menyerang prajurit itu, membuat kami –yang menyerang dengan panahan- harus ekstra hati-hati agar tidak salah sasaran.
Aku memukul salah satu prajurit yang akan menebas kepalaku dengan pedangnya.
Busur ini benar-benar berguna di saat yang seperti tadi. Aku belum mengambil anak panah ketika prajurit itu kembali menyerangku. Aku kembali membukulnya dengan busur tepat di kepala, dan dia terjatuh pingsan, mungkin.
Aku kembali melepaskan anak panahku pada prajurit yang hendak menusuk serigala putih yang menolongku tadi. Prajurit itu langsung terjatuh setelah sebuah anak panah menusuk dadanya tepat di jantung.
Huh, kenapa jumlah mereka tidak berkurang? Padahal ini sudah cukup lama dan aku yakin sudah membunuh banyak prajurit. Sebenarnya aku tidak mau membunuh tapi keadaan ini memaksaku.
Aku memutuskan untuk mencari Mark. Aku mulai melangkah tak tentu arah, mengikuti insting, mencari keberadaan Mark.
Akhirnya aku menemukannya, dia sibuk bergelut dengan beberapa prajurit, dia belum mengubah wujudnya.
Aku melepaskan anak panah yang langsung menusuk dada prajurit yang melawan Mark, dia menoleh padaku dan aku kembali melepaskan anak panah dengan sasaran prajurit yang berada di hadapan Mark. Aku berlari mendekatinya.
“Kenapa kau menoleh? Kau bisa mati tadi!” bentakku marah.
“Maaf.”
“Mark, apa kau merasa ada yang salah dengan prajurit-prajurit ini? Jumlah mereka tidak berkurang sedari tadi,” kataku menyuarakan tujuanku menemui Mark.
“Kau benar, dan sedari tadi penyihir itu tidak keluar.”
“Benarkah?” tanyaku tak percaya. “Kalau begitu kita harus mengirim orang masuk kesana,” lanjutku sembari menembakkan anak panah pada prajurit yang akan menyerang kami.
“Benar, kita juga harus menemukan George.”
“Kirim aku.”
Mark yang sedang meninju seorang prajurit lansung menoleh ke arahku, tangannya yang siap meninju prajurit itu terhenti beberapa senti dari wajah prajurit itu. Karena Mark yang terdiam, aku langsung melepaskan anak panah ke prajurit itu.
“Kau bilang apa tadi?” tanya Mark padaku setelah kami berhadapan.
“Kirim aku.”
“Menunduk.” Aku langsung melaksanakan perintahnya.
Mark meninju prajurit yang ternyata berada di belakangku.
“Tidak,” katanya tepat setelah aku kembali berdiri tegak.
“Ta-“
“Tidak sendiri, aku akan ikut,” lanjutnya.
“Bagaimana dengan kelompok-“
“Mereka pasti bisa bertahan.”
Aku kembali melepaskan anak panah yang langsung menusuk prajurit yang akan menusuk Mark dengan pedangnya.
Mark berbalik dan mengambil pedang prajurit itu.
“Ayo.”
Kami segera menembus prajurit yang menghalangi kami, sesekali aku memukul mereka dengan busurku karena tidak sempat mengambil anak panah.
Kami sampai di sebuah pintu kayu di bagian belakang markas.
Aku berusaha membukanya namun gagal. Giliran Mark yang mencobanya dan hasilnya tetap sama.

KAMU SEDANG MEMBACA
He's Mine
Werewolf"Kau akan apa? Melindunginya? Kau tidak akan bisa melakukan itu bodoh! Untuk saat ini dia akan menjadi pionnya, setelah penyihir itu berhasil mendapatkan kekuatanmu.. Dia.. akan menjadi milikku. Dan kau.. mati!" "T-Tidak.. dia.. tidak a-akan pernah...