28. Balas Dendam

5.4K 561 62
                                    


Maaf bila ada yang salah dalam istilah perbengkelan. Mohon maklum, ane belom pernah magang di bengkel.

Hepi moco.

"Selamat pagi, selamat datang di Ameera jewelry, toko perhiasan terlengkap dengan model up to date. Ada yang bisa saya bantu?" Seorang pegawai toko perhiasan tersenyum lebar. Bagaimana tidak, toko baru buka, tetapi sudah kedatangan pembeli. Seorang lelaki dan perempuan, yang ditaksir sebagai sepasang suami isteri. Dengan dandanan parlente, tipe pembeli seperti mereka, biasanya tak segan-segan merogoh kocek dalam-dalam untuk membawa pulang perhiasan model terbaru.

Loly duduk di atas kursi yang sengaja disetting agak tinggi, agar pembeli leluasa melihat semua perhiasan yang dipajang dalam meja etalase.

"Loly cari cincin nikah."

"Yang kecil dan sederhana." Sahut Pram yang berdiri tegang sebelah Loly. Dia takut perempuan itu kalap belanja seperti biasa. Gaji bulan kemarin sudah terkuras habis untuk menemani Loly shopping. Dia kesal, namun tak kuasa menolak. Selain menggebuki Pram, Loly mengaku menuruti ngidam shopping, membuat si bayi senang.

"Maaf, maksud calon suami Loly adalah cincin emas putih dengan mata diamond cutting terbaik dan model terbaru. Harga dan berat tak jadi soal."

"Baik. Tunggu sebentar." Si pegawai berseragam merah bata dengan rambut cepolnya, tersenyum riang. Prediksi tentang tipe pembeli kali ini, tepat sasaran. Hanya salah tentang hubungan, dia pikir mereka sudah menikah. Ternyata malah cari cincin nikah. Salah ramal yang akan berujung bonus dari si bos. Dia membuka pintu sliding meja etalase kaca, memilih dan memilah koleksi berlian terbaru.

Sedangkan Pram sudah kaku di tempat. Dia tahu bahwa Loly bukan anak orang sembarangan. Terlihat dari semua yang melekat di badan, bukan barang-barang murahan. Butuh berkali-kali lipat gaji kerja di kantor untuk membeli semua barang itu.

Dan Pram tahu persis, dengan posisi, masa kerja dan background pendidikan Loly, gaji Loly takkan lebih separuh dari gaji yang ia terima. Loly pasti punya penyokong dana untuk menuruti dahaga fashionnya. Pram curiga, Loly masih dimanja oleh orang tua sampai sekarang. Sehingga apapun yang diminta, selalu dituruti. Kerja kantoran hanya mesin pembunuh waktu agar sang putri tak jenuh di rumah seharian.

"Mencari cincin harusnya jadi tahap akhir, setelah kita menentukan tanggal pernikahan, Lol." Protes Pram.

"Ah, palingan bulan depan juga kita udah nikah."

"Serius? Udah bilang sama bokap lo?" Loly menggeleng mantap. "Tuh kan. Gue bilang juga apa. Biar gue aja yang ngomong sama bokap lo."

"Papi baru kehilangan Mami, Pram. Loly harus cari waktu yang tepat untuk bicara."

"Mau sampai kapan? Perutmu keburu be..." Seperti mobil direm mendadak, Pram berhenti bicara begitu sadar bahwa mereka tak sendiri disana. Ada beberapa pegawai toko dan pembeli yang baru datang. Pram sudah terbiasa merahasiakan kehamilan Loly dari semua orang, bahkan dari orang tak dikenal.

"Nanti. Akan ada saatnya."

"Ini koleksi terbaru kami, sis. Mungkin sis suka." Pegawai itu menyodorkan tiga cincin dengan model berbeda. Loly mencobanya satu per satu.

"Gue nggak bisa nunggu terlalu lama. Katakan dimana gue harus temui papi lo, serahkan semua urusan sama gue. Lo tahu beres."

"Kamu nggak tahu gimana Papi. Sebelum kamu menyelesaikan kalimat, kamu sudah di dor. Jangan berani macam-macam sama dia."

"Carikan yang diamondnya lebih besar, mbak. Loly nggak suka yang ini."

"Segalak itu?"

"Lebih dari galak. Papi sangat militer dalam mendidik anak-anaknya."

Biduk TerbelahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang