Hujan 4

19.7K 905 16
                                    

"Terimakasih untuk Tuhan karena telah memberikan kesempatan untukku bertemu dengannya. Walaupun hanya kebetulan belakang."

☔☔☔

"Lo kenapa sih, Ra?" Vernon menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Ia begitu penasaran dengan diriku, yang sebenarnya terjadi karena Kevin.

"Gua gapapa kok. Eh.. Gue balik ke kelas duluan ya" aku segera menyembunyikan wajahku yang sudah berubah merah seperti tomat karena malu, dengan menunduk.

"Eh, lo kenapa?" Kevin ikut berbicara, dan itu semakin membuatku tak bisa mengontrol jantung sialan ini.

"Emm.. " belum sempat aku menjawab, Vernon sudah mengambil jatah bicara ku.

"Oh, oke. Ke kelas duluan aja gak papa, Ra. Bye!" sahut Vernon, sambil menaikan alisnya singkat.

Kali ini aku harus berterimakasih pada Vernon. Jika saja, ketiga orang ini terus saja itu terus bertanya, mungkin wajah merahku sudah di ketahui Kevin.

Waktu istirahat hanya tersisa beberapa menit lagi. Aku memutuskan untuk kembali lagi ke kelas, dan menemui teman-temanku yang masih sibuk berdiskusi di meja paling depan.

"Nah tu Hyura, eh lo kemana aja sih?" Dina bertanya, setelah aku sampai pada tempat mereka semua.

"Ke kantin" jawabku singkat, tapi bukan temanku jika tidak bertanya seperti seorang polisi.

Mereka bertanya, dengan siapa aku ke kantin, dan aku menjawab, "Awalnya sih sendirian, tapi.. Gue ketemu Vernon, dan ternyata dia temenan sama Kevin dan Kak Adam, jadi.. Gue makan di kantin sama mereka bertiga. Tamat"  jawabku kepada mereka yang dengan cermat mendengar ceritaku.

Setelah mendengar ceritaku, sepertinya mereka tidak percaya, sama sepertiku beberapa saat lalu.

"Kevin.. Gebetan lo itu?" tanya Rasya tak percaya dengan ceritaku. Aku mengangguk, menjawab pertanyaan. Mereka masih tidak percaya, dan aku tidak peduli. Awalnya saja, aku juga tidak percaya dengan kejadian tadi.

Mereka mengatakan banyak hal setelah itu. Mulai dari, mengapa Kevin tak menaruh hati padaku, lalu mengapa aku tidak percaya diri menyukai seseorang seperti Kevin. Mereka bilang, seharusnya Kevin menyukaiku, karena aku cantik. Tapi ku katakan, mungkin seorang Kevin Leonil, laki-laki tampan, tegas, dan berkarisma itu memiliki type gadis yang lebih cantik dan anggun, bukan sepertiku. Yah, memang banyak orang mengatakan aku cantik, hanya saja aku gadis petakilan yang susah sekali diam.

Teman-temanku akhirnya diam, setelah Bu Ina masuk ke dalam kelas. Jam pelajaran berlanjut dan aku tak suka dengan mata pelajarannya. Belum lagi panggilan alam yang membuatku harus menyisipkan keperluan ini sebentar.

"Permisi, Bu. Saya ijin ke kamar mandi sebentar" ucapku di sela-sela pelajaran siang ini.

"Silahkan!" jawab bu Ina dengan singkat.

Aku berjalan menyusuri koridor sekolah menuju kamar mandi. Sepi sekali, tidak ada satupun siswa yang keluar untuk sekedar menikmati angin saja. Sepertinya hari ini tidak ada jam kosong di seluruh kelas. Sepertinya lagi, hanya aku yang keluar di jam-jam terakhir pelajaran.

TENTANG HUJAN [SELESAI] ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang