Hujan 46

5.4K 276 17
                                    

"Kadang, merindukan seseorang itu seperti masuk ke lumpur isap. Semakin banyak melakukan perlawanan, makin terjerembap"


☔☔☔

Gadis yang duduk di pojok kantin tersenyum dengan bahagia. Semua yang ia rencanakan telah berhasil. Fely, gadis yang membuat Kevin bisa berada disana. Saat seharusnya Vernon menyatakan perasaan nya. Fely lah yang memberitahu Kevin tentang rencana yang di rencanakan Vernon, Dina dan Richo.

"Gue ke kelas duluan ya" ucap Hyura sesaat sebelum kaki nya melangkah menuju arah koridor kelas nya.

Langkah nya terlihat tak terburu-buru dan juga tidak pelan, biasa saja. Hyura sedang berkutat dengan pikiran nya sendiri. Di dalam hati ia ingin sekali menghilang kan kenangan tentang laki-laki itu. Semua kenangan termasuk tentang hujan. Tapi bagaimana caranya, jika setiap hari saja ia selalu bertemu entah di mana itu. Tentang Kevin? Yah sekarang hubungan nya dengan Kevin hanya sekedar dekat saja. Entah lah seperti nya perasaan itu sudah hilang sejak ia mencintai laki-laki pengecut itu.

"Hadiah ulang tahun yang indah" suara seorang gadis di sertai suara tepukan tangan tertangkap oleh telinga Hyura. Hyura yang sadar akan itu pun melihat ke arah suara itu. Benar saja, itu adalah nenek lampir yang sedang berdiri di depan nya, siapa lagi kalau bukan Fely. Rupanya dari tadi Fely mengikuti Hyura, sejak Hyura keluar dari pintu kantin.

Hyura hanya menatap gadis itu tanpa ingin berkata apapun. Menjawab hanya menguras tenaga nya saja, lebih baik kembali saja ke kelas.

"Gimana rasanya?" ucap Fely dan belum berhasil membuat hati Hyura panas. Hati dan pikiran nya terlalu malas untuk meladeni gadis tidak jelas seperti Fely.

"Punya kuping gak sih?! Lo tuli ya?!" ucap Fely ketus. Hyura meniup anak rambut nya sebal. Malas sekali harus adu mulut dengan gadis itu.

"Udah tuli, bisu lagi!! Pantes di ajak ngomong gak nyaut!! Dasar cewek murahan. Sana sini mau!! Cih!" Fely mendecih meremehkan Hyura.

Kali ini amarah Hyura tersulut karena kata-kata tidak pantas yang Fely lontarkan itu. Ia berbalik arah dan menghampiri Fely yang beberapa langkah ada di depan nya. "Lo anak berpendidikan kan?" tanya Hyura pada Fely yang masih melipat kedua tangan nya.

"Iyalah, emang lo! Murahan!" kata-kata itu terlontar lagi dan terdengar jelas di telinga Hyura.

"Tapi sikap lo menunjukan kalau lo kayak anak berandalan, kenapa? Karena lo sama sekali gak punya sopan santun" ucap Hyura dengan tenang, walaupun sebenarnya ia ingin sekali menggantung gadis itu di tiang bendera.

"Lo gak berhak ngatain gue! Emang lo siapa!!" ucap Fely tak mau kalah.

"Terus apa hak lo ngatain gue? Emang lo siapa?" sergah Hyura kembali. Seakan semua perkataan Fely tak mempan untuk membuat nyali nya ciut.

"Emang ya cewek murahan itu gini, gak berpendidikan lagi. Susah di ajak ngomong!!!" Fely tersenyum sinis.

"Jaga sikap kamu!!" Hyura menunjuk Fely dengan jari telunjuk nya. Melihat Hyura seperti itu, membuat Fely begitu marah. Biasa nya gadis itu akan diam saja, jika ia mengatakan hal sedemikian rupa. Tapi salah, Hyura diam bukan karena takut, tapi karena ia tak peduli dengan semua kata-kata yang Fely ucapkan. Kali ini Hyura melawan, dengan caranya sendiri.

Fely yang tak terima karena di tunjuk seperti itu. Membanting tangan Hyura dengan kasar dan sempat membuat Hyura mengaduh sakit. Sesaat sebelum Hyura mengatakan sesuatu pada Fely jika ia sangat tidak sopan, seseorang memegang tangan nya dan sedikit menarik ke belakang tubuh nya yang saat ini sudah berada di belakang orang itu.

TENTANG HUJAN [SELESAI] ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang