Hujan 25

8.6K 386 7
                                    

"Egoisku adalah ketika aku menyimpan semua ini sendirian"

☔☔☔

"Ra! Lo kenapa sih? Lo ngacangin gue mulu deh" suara cempreng Dina menyeruak tepat pada telinga kanan Hyura. Gadis itu sampai mengelus telinganya, karena suara Dina yang kencang.

"Dina! Bisa pelan gak sih? Gue juga denger kalau lo ngomong pelan" protes Hyura pada Dina. Sedangkan Dina hanya memanyunkan bibirnya saja.

"Kalau lo jawab gue, pasti gue gak bakal kenceng-kenceng ngomongnya. Lo sih"

"Lagian nih ya, lo itu kebanyakan ngalamun. Ntar lo kemasukan setan tau rasa lo" Dina mengomel panjang lebar. Tanpa memberikan kesempatan bagi Hyura untuk menjawab.

"Tau ah. Gue ngelamun ada alesannya" Hyura menjawab dengan raut wajah yang datar. Tanpa melihat ke arah Dina yang sendari tadi menatapnya.

"Kevin? Lo ditembak sama dia?" Dina berbicara asal, sambil mempraktikan tangannya membentuk pistol.

"Mati dong"

"Lah, Ra. Gue seriusan kali. Ayolah lo cerita, lo udah janji ke gue tadi waktu di sekolah" Dina merengek, minta dijelaskan tentang apa alasannya Hyura melamun. Dan juga, menagih janji Hyura, sewaktu di sekolah tadi.

Hyura pun membuka suaranya sekarang. Mencoba menjelaskan pada Dina, dengan perlahan. Namun tidak semua, hanya beberapa hal saja yang ia katakan.

Setelah selesai menceritakan perihal tentang alasan Hyura melamun. Dina hanya memanggutkan kepalanya saja. Baru saja Dina hendak berbicara, seseorang telah mengambil jatah bicaranya.

"Kalian ngapain disitu?" suara seseorang muncul dari balik pintu yang setengah terbuka.

" Ini waktunya break. Kalian malah ngobrol di sini" sambung orang itu setelah sepenuhnya masuk ke dalam ruangan.

"Santai kali Ver. Hyura juga mau makan kok, ini gue baru mau keluar" Dina membalas suara Vernon.

"Nih temen lo. Dari tadi ngelamun gak jelas. Aneh deh! Gak tau tuh apa yang dilamunin" Dina menyambung perkataannya, lalu melangkahkan kakinya pergi dari ruangan ini. Punggung Dina, sudah tak nampak setelah melewati pintu ruangan.

"Makan dulu lah, Ra. Gue gak mau anggota gue ada yang sakit!" tangan Vernon mengusap puncak kepala gadis yang berada di bawahnya. Mata gadis itu membulat sempurna saking terkejutnya.

Hyura merasa sedikit aneh saat tangan Vernon mengusap dan menepuk puncak kepalanya seperti tadi. Entah hanya sebatas perasaan antara teman, atau mungkin bermaksud lain. Menepuk puncak kepala adalah perihal yang sensitif bagi seorang wanita. Biasa diartikan sebagai perasaan sayang kepada pasangannya.

"Buruan makan!" Vernon mengulangi perintahnya.

Acara kelulusan sudah usai beberapa menit yang lalu. Beberapa panitia, memutuskan untuk mengisi perut sebelum melakukan aktivitas yang lain. Hyura juga sudah mula menyentuh nasi kotak yang sekarang berada pada pangkuannya. Mengambil sendok, lalu mulai menyuapkan nasi dan lauknya menuju mulutnya.

Acara kelulusan tadi tampak sangat mengejutkan. Hyura tadi nampak bahagia saat melihat kakaknya memakai topi toga dan baju khas wisuda. Semua orang bersorak bahagia saat pengumuman kelulusan siswa berprestasi peringkat pertama. Kak Revan mendapatkan gelar tersebut. Kecerdasan Kak Revan dalam bidang akademis tentunya tidak bisa diragukan lagi. Akan tetapi, jika meneliti lebih dalam lagi. Sikap dan kecerdasan akademis itu tidak seimbang di mata Hyura.

Di tempat lain, Vernon tengah menyandarkan dirinya pada dinding kokoh di tepi ruangan. Begitu melelahkan hari ini. Menjadi ketua sekaligus pembawa acara itu tidak mudah. Belum lagi, ia harus mengurus semua anggotanya.

Sampai kapan aku akan menahan semua rasa bodoh ini saat aku mulai memikirkan nya. Menahan untuk mengatakan pada nya, jika aku mencintainya. Mengatakan nya bisa membuat ku kehilangan sahabat ku. Aku mencoba menahan semua ini, sebab aku tahu dia mencintai sahabat ku. Jujur aku sempat berpikir untuk pergi jauh dan melupakan semua kenangan saat bersamanya. Kenangan di kala hujan itu. Kenangan dimana semua cinta ku telah direnggut oleh nya.

" Ver" suara Kevin mengejutkan ku.

"Apa Kev?" jawab ku dengan nada sedikit malas, karena dia menggangu lamunan ku.

"Ntar puang ini, kita kumpul dulu ya"

"Ngapain? Gue capek mau pulang aja" jawab ku sambil memberesi tas ransel ku.

"Pelit amat sih lu, gue cuma mau bahas soal acara kita yang bareng Hyura sama temen-temen nya" ucap nya sambil bermuka sok imut.

"Jadi acara itu jadi ya Kev, gue males ikutan sumpah" jelas ku sambil berdiri dan hendak meninggalkan Kevin. Kevin tidak tau jika aku mati-matian menahan semua nya. Menahan jantung ku sendiri yang selalu berdegup kencang jika berdekatan dengan seseorang.

"Ah.. lo harus ikut gue, ge mau lu bantu gue buat nembak cewek" terang nya membuat ku sontak membulatkan mata karena terkejut.

"Lo mau nembak siapa? Ntar lu di penjara tahu rasa" cibir ku padanya.

"Gue mau nembak Hyura" suara nya begitu menusuk. Degg..

"Plisss.. lo harus ikut Ver" pinta nya sekaligus memaksa. Aku tak menjawab nya dan langsung pergi meninggalkan nya. Entah mengapa hati ku begitu sakit saat Kevin berkata seperti itu. Menutup pintu dengan kasar.

"Lah aneh tu bocah"Kevin menggaruk tengkuk nya. Namun segurat senyum muncul di wajah nya, mengingat apa yang akan terjadi beberapa hari lagi.

TBC..
Cerita ini sudah hasil revisi.
Maaf ada yang aku rubah sedikit cerita nya, ini semua untuk kepentingan buku ini sendiri.

Salam,
Rain

TENTANG HUJAN [SELESAI] ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang