Hujan 9

12.6K 589 12
                                    

"Aku tahu yang kamu inginkan adalah dia. Sehingga kamu menggunakan aku untuk melupakan dia karena kamu tidak bisa memilikinya"


☔☔☔

Vernon dan Hyura, masih melaju. Namun, tiba-tiba Vernon menepikan motornya kembali.

"Ehh bentar deh" sahut Hyura, "Ver, lo denger sesuatu gak?" tanya Hyura meneliti.

"Suara hp gue!" suara Vernon terkejut. Ia meminta Hyura untuk mengambilkan ponselnya di tas. Hyura pun menurut, mengambil ponsel itu dan memberikan pada Vernon. Vernon segera menerimanya, lalu mengangkat.

"Nyokap lo?!" Hyura bertanya, karena tadi ia sempat melihat nama yang tertera pada layar ponselnya.

"Iya, mah?" tanya Vernon, setelah menempelkan layar ponsel itu di kanannya, setelah ia melepas helmnya.

"Vernon dimana kamu, sayang?"

"Eh, mah. Vernon lagi perjalanan pulang. Sebentar lagi sampai kok!" Vernon memelankan suaranya. Menjawab panggilan itu.

"Cepet pulang ya, Ver. Udah mau malem" ucap mama lembut ketika mengatakannya.

"Iya, mah. Vernon pulang, bye mah" ucap Vernon, sebelum memutus panggilannya. Vernon lalu meminta Hyura untuk memasukkan kembali ponselnya di tas. Mereka berdua kembali melaju.


***


Sesampainya Hyura di rumah. Di sana, di depan pintu masuk. Kak Revan tengah berdiri tegap dengan sweater putih terpasang indah dan pas di badannya.

Rambutnya sedikit berantakan, karena sehabis mandi. Hyura segera memasuki area rumahnya, berharap sang Kakak yang berdiri di sana tak memarahinya sama sekali. Dari kejauhan, tampak wajah Kak Revan sedikit garang, siap memarahi adiknya itu karena pulang telat, di tambah lagi basah kuyup.

"Kemana aja lo?" skakmat Hyura!

"Emm.. Dari sekolah lah" jawab Hyura sedikit ragu.

"Ya gue tau. Terus kenapa basah kuyup gitu? Kayak tikus kejebur got aja!" Kak Revan memperhatikan penampilan adiknya yang basah kuyup itu.

"Gue kehujanan! Lagian lo, kenapa telat jemput guenya? Kan gue jadi telat pulangnya!" Hyura protes. Memarahi kakaknya, karena telat menjemput. Kak Revan heran, harusnya ia yang marah karena Hyura pulang telat, tapi kenapa jadi dia yang kena marah?

"Pulang sama siapa? Tau ini jam berapa? Lihat gak, tu langit udah berubah oren!" Kak Revan tak mau kalah, ia menunjuk langit senja yang bewarna jingga keemasan.

"Tau, bang.." Hyura menunduk. Ia juga salah, karena tidak langsung pulang tadi.

"Maaf bang.. " Hyura meminta maaf, karena ia juga salah.

"Pulang naik apa lo tadi?" tanya Kak Revan, yang sebenarnya mencemaskan keadaan adiknya itu. Dirinya juga salah, karena mobilnya tadi mogok saat perjalanan menjemput adiknya. Belum lagi, Kak Revan juga lupa membawa ponselnya.

"Gue balik bareng Vernon, bang" ucap Hyura, menatap kakaknya itu takut.

"Ohh.." Kak Revan hanya menganggukan kepalanya, sambil berbuat.

"AAAAAAAAA" teriak Hyura, ketika telinganya di tarik paksa Kak Revan.

"Hujan-hujanan kan lo? Dasar, susah di bilangin! Masuk lo"

Kak Revan menarik Hyura, dengan tangan masih berada di telinga Hyura. Panas, itu yang di rasakan telinga Hyura. Ia mengaduh kesakitan, tapi kakaknya tidak mau melepaskan. Kak Revan sudah berulang-kali berkata pada Hyura untuk berhenti bermain hujan, tapi adiknya itu sungguh keras kepala.

"AAAA... Mamah.. bang Revan gila" teriak Hyura, mengadu.

"Apa lo bilang? Nih rasain!" tarikan di telinganya bertambah kencang kali ini.

"Revan lepasin, sakit itu" bujuk mama pada Kak Revan.

Kak Revan hanya tertawa melihat Hyura kesakitan. Hyura yang masih dalam keadaan basah karena hujan tadi hanya diam, sambil terkadang menahan sakit di telinganya.

"Gilaa! Lepasin gak" ucap Hyura sekali lagi.

"Liat ini mah, pulang sekolah bukan nya pulang malah hujan-hujanan!" ujar Kak Revan sambil melepas jewerannya. Hyura yang mendengar itu seketika melotot tajam dan menghadap Kak Revan. Mama hanya terheran.

"Weh apaan sih lo, ngarang lo bang" Hyura mengelak.

"Terus itu apa coba? Basah gitu!" Kak Revan menunjuk seragam Hyura yang basah.

Mama yang melihat hanya tersenyum heran. Melihat kedua anaknya yang tidak pernah bisa akur seperti ini. Mama selalu berpikir bagaimana jika anak-anak berkumpul semua. Mungkin jika kak Daniel, anak pertama di keluarga Alexander ini ada disini. Mereka berdua, Hyura dan Kak Revan tidak akan seperti tikus dan kucing seperti ini. Mungkin Kak Daniel akan menceramahi mereka berdua ketika mereka berulah. Sayang sekali, Kak Daniel sibuk dengan kuliah S2-nya di luar negeri.

"Lo kenapa telat jemput gue?!" Hyura tak terima, jika hanya dirinya yang di salahkan.

"Mobil gue mogok. Hp gue juga ketinggalan di kamar" Kak Revan meringis, tersenyum miring.

"Bego lu!" cerca Hyura pada Kak Revan.

"Sudah, jangan berantem terus. Hyura naik ke kamar, mandi. Revan, lain kali jangan lupa service mobil!" Mama geleng-geleng kepala melihat kelakuan kedua anaknya ini.

"Tu mah, bang Revan" Hyura menunjuk Kak Revan.

"Enak, lo juga!" Kak Revan membela diri.

Mama berjalan meninggalkan mereka berdua. Hyura hanya melihat Kak Revan sekilas dengan tatapan sinis dan mengejek. Kak Revan mengelus dadanya sabar.

TBC

Sabar aja deh Mama, punya anak kayak Revan sama Hyura, hehe.


TENTANG HUJAN [SELESAI] ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang