Hujan 42

7.4K 390 54
                                    

"Aku mencintaimu! Hanya saja cara ku cukup berbeda dengan orang lain"

☔☔☔

"Dina"

Suara Hyura nampak rintih terdengar di sela-sela suara bu Agnes yang sedang menjelaskan beberapa rumus kimia di depan.

"Apasih?" Dina menoleh berniat menjawab sekaligus bertanya mengapa Hyura memanggil dirinya.

"Hyura Dina diam dan dengar kan!!". Tapi sebelum semua nya itu terjadi. Suara bu Agnes lebih dulu terdengar di telinga kedua gadis itu. Padahal jika di lihat, bangku kedua gadis ini berjarak cukup jauh dari jangkauan telinga bu Agnes yang berdiri di depan. Bisa di katakan pendengaran yang cukup baik atau bisa juga ancaman bagi murid murid yang suka ngobrol di waktu jam pelajaran, termasuk Dina dan Hyura.

Disisi lain, ada seseorang yang kini sedang duduk sendiri di perpustakaan sekolah yang cukup besar. Memperlihatkan koleksi buku yang cukup lengkap bagi anak-anak di bangku SMA.

Laki-laki itu tampak menuliskan baris demi baris kata-kata yang tengah di susun dengan rapi.

"Woyyy"

Suara teriakan tak bernada dan amat begitu nyaring tiba-tiba saja terdengar.

"Ssst.. Diam!! Lihat peraturan perpustakaan".

Siapa yang tidak kenal dengan penjaga perpustakaan? Yang galak nya melebihi seorang kepala sekolah. Permen jatuh pun, pasti kena masalah. Bisa bisa malah di tendang dari ruangan yang katanya penuh berkah.

"Baru aja dateng, udah di semprot ama emak-emak" kesal Richo.

"Lo sih, udah tau di perpus kagak boleh berisik, apalagi yang jaga emak lo!" Vernon tertawa pelan. Berniat agar tidak membangunkan singa yang sedang tidur.

"Hmm" Richo hanya menjawab dengan deheman yang berarti dia sedang sebal.

Setelah mendapat omelan dari sang penjaga perpustakaan. Richo yang tadi tidak bisa diam, kini diam tanpa berkutik. Bukan karena apa-apa, alasan nya karena sekarang ia menemukan buku komik anime yang sangat ia sukai. Duduk diam sambil membaca. Di rasa cukup baik, agar tidak kena omelan panjang dari penjaga perpustakaan.

"Hai kak" sapa seorang gadis yang berdiri di samping meja panjang perpustakaan. Agak sedikit jauh, mengingat meja perpustakaan yang cukup besar.

Vernon dengan malas menundukan kepala nya sambil berdecak kesal. Rupanya gadis itu, Fely ia malah semakin mendekat walaupun mendapatkan sambutan yang tidak bagus dari Vernon.

"Nongol aja kayak demit" cicit Richo pelan sambil bertatap tak suka.

Fely, gadis itu hanya tersenyum sekilas. Lalu melamatkan pandangan nya pada laki-laki yang kini menunduk malas.

"Mau aku temenin baca gak?" tawar Fely sambil bersiap duduk di sebelah Vernon.

"Gak perlu!" jawab Vernon dengan penuh penekanan.

"Gapapa kok kak, mumpung aku lagi longgar" cicit Fely dengan wajah yang bisa di katakan kegatelan.

"Lo bikin mood gue hancur! Pergi" perintah Vernon penuh dengan sulutan amarah.

"Aku mau nya disini kok kak" ujar Fely bertambah genit. Ada ya orang kayak gitu? Kebanyakan micin kali.

"PERGI !!!!!!!!!!" bentak Vernon dengan lantang sambil berdiri. Tapi bukan nya Fely yang ada di hadapan nya, melainkan gadis yang menjadi kelemahan nya selama bertahun-tahun lamanya, Hyura.

Terkejut
Sakit
Kecewa

Tiga kata yang kini berputar-putar di benak nya. Apakah ini alasan nya Vernon memanggil nya di perpustakaan? Apakah ini alasan nya? Untuk di permalukan dan di usir di depan banyak orang. Di depan siswa yang sedang belajar di perpustakaan. Kejam.

"Maaf sudah mengganggu" ucap Hyura sedih bercampur kecewa. Untuk marah pun rasanya tak sanggup. Perasaan cinta dan rindu nya lebih unggul menang ketimbang rasa marah yang kini menggebu-gebu di hati gadis bermata minimalis itu.

"Arrghhhh" geprakan tangan Vernon sukses membuat seisi perpustakaan kembali diam setelah sesaat ricuh akibat membahas hal mengejutkan sekaligus hal yang Fely rencanakan. Jahat atau keterlaluan? sudah hukum nya seperti ini guna mendapatkan apa yang di inginkan.

"Ver-" Richo baru saja ingin menyelesaikan apa yang harus ia katakan pada Vernon. Tapi lai-laki bermata teduh itu sudah pergi dari tempat nya berdiri dan hanya menyisahkan Richo, Dina dan satu gadis astral yang baru saja mendapat gelar itu dari Rcho, sang pemberi nama pada semua makhluk di bumi ini. Kucing dan Ayam kampung sebelah saja ia beri nama.

Vernon saat ini tengah berlari mengejar sesuatu yang seharusnya ia kejar dari sekian lama ia hidup dan tinggal di bumi ini. "Hyura" pangil laki-laki bermata teduh itu sambil terengah-engah. Keadaan memang tak seramai dan sericuh pasar minggu, tapi cukup membuat lai-laki yang di kenal ganteng sekaligus kaku alias dingin ini terpicu adrenalin nya.

" Berhasilkan rencana gue, siapa dulu?" ucap Fely seraya membanggakan diri di depan teman-teman satu geng nya. Fely memang anak baru di sekolah yang cukup bergengsi di kota ini. Tapi karena cantik dan kaya, siapa sih yang tidak mau menjadi kawan dan tidak segan di perintah untuk menjadi lawan?

"FELY!!!!!!!!!" teriak teman-tema Fely ikut bangga.

Beberapa orang memang tidak mengetahui identitas Hyura yang sesungguhnya di sekolah. Karena beberapa sebab dan akibat, tentu kalian sudah tau apa sebab akibat itu.

"Ara!!!"

Samar-samar Hyura mendengar seseorang memanggil nama nya berulang kali. Jujur, ia sangat ingin menemui seseorang itu, tapi hati nya begitu sakit dan terlanjur kecewa. Walaupun hingga saat ini, perasaan cinta dan rindu yang sulit untuk di simpan mulai muncul dari balik air mata yang jatuh dari manik mata minimalis nya.

Bel masuk beberapa kali berbunyi. Pertanda pelajaran akan di mulai lagi. Beberapa jam ke depan, jam pulang juga sudah menanti.

Di bawah pohon rindang kini Hyura terduduk sendiri. Menghayati tetes demi tetes air mata yang jatuh tanpa permisi. Satu kata yang hari ini Hyura sangat yakin, jika Vernon benar-benar sudah tidak ingin menjadi teman, apalagi menjadi seseorang yang Hyura cintai. Rasanya seperti menggenggam angin dan memeluk duri. Tak terasa namun begitu sakit.

Hyura kembali memikirkan kejadian beberapa jam tadi. Saat seorang gadis tiba-tiba menghampiri dirinya yang sedang duduk di kelas.

"Lo di panggil Vernon tu di perpustakaan" kata seorang gadis berambut pendek sebahu.

"Ngapain?" Hyura bertanya dengan intens. Mengapa memanggil? Beribu bahkan berjuta pertanyaan muncul dalam benak nya saat ini. Bukan hanya cemas ataupun gugup saja, namun perasaan takut tentang apa yang akan Vernon katakan nanti semakin membuat dirinya berkeringat dingin.

Gadis berambut pendek itu pun hanya mengendikan kedua bahu nya dan berlalu pergi.

"Di cariin tu, sono deh!" goda Dina dengan mata genit nya. Hyura sempat berpikir sejenak sebelum mengangkat kaki nya berjalan pergi.

Mungkin sesuatu hal yang manis atau sesuatu hal yang akan membuat Hyura tidak bisa tidur nanti malam. Namun sungguh di sayangkan, kenyataan nya apa yang ia bayangkan salah besar.

Vernon membuat hati nya hancur untuk kesekian kali nya. Andai saja persahabatan itu tidak terjadi dan Vernon akan tetap menjadi orang asing di hati nya. Mungkin saat ini, ia bahagia dengan Kevin. Entah lah, Cinta memang serumit ini.

TBC

Hai 👋
Maafkan aku yang katanya kemarin mau update tapi gak jadi. Ada sesuatu hal yang membuat update ku gagal ya gaes.

Asli, malem itu aku udh mau update. Tapi cerita hilang dengan tiba2. Syedihhhh 😢😢
Alhasil aku buat lagi, dan maafkan kalau hasil nya agak berantakan. Seperti hati Hyura dan Vernon ya 🙁

Maafkan aku ya guys, kalau selama ini aku lama update. Terimakasih untuk kalian yang selalu voment cerita ini, Saranghaeyo❤️❤️

Okee, lanjutkan Voment yang kalian kasih ke aku. Aku suka bgt, coment lucu dan kritik buat buku ini.

Gamsahamida chingu 🙏

Ada yang suka Bts kah disini? Acung jari yok, mari berkenalan😊.

TENTANG HUJAN [SELESAI] ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang