Hujan 29

8.7K 402 15
                                    

"Tak ada kata yang bisa ku ucapkan lagi, selain aku telah kehilangan dirimu, lagi!"

Vernon Bramasta

☔☔☔


Pagi ini Hyura masih enggan membuka matanya. Begitu malas untuk bangun. Gadis itu berharap, hari ini kembali menjadi hari libur baginya. Bukan saja karena ia baru kembali dari liburan kemarin siang. Akan tetapi, hari ini juga ada ulangan matematika. Malas sekali rasanya, Hyura tidak suka.

"Hyura bangun. Ra, bangun! Woii buka pintunya! Bangun! BANGUN NYET!!!" teriak Kak Revan berulang kali. Merasa terusik, Hyura kembali menutup kepalanya dengan selimut. Sambil mengumpat pada kakaknya. Rasa kantuk masih menguasai dirinya. Hingga dirinya tidak sadar, bahwa jam sudah menunjukkan pukul enam lebih sepuluh menit.

"Udah pagi, Ra. Lo gak sekolah?"

"Bangun! Lo mau nyokap ngomel?"

"Ah iya iya, gue mandi" gadis itu akhirnya membuka matanya. Mengusap matanya, agar kantuknya menghilang. Bergerak turun dari tempat tidur. Menuju kamar mandi dan bersiap.

"Gue tunggu di bawah"

"Terserah. Mau lo tunggu di atas genteng juga terserah" gadis itu berbicara, sambil menutup pintu kamar mandi.

***

Pagi ini, Hyura berjalan dengan langkah gontai melewati koridor demi koridor kelas. Memperlihatkan koridor yang sudah sangat ramai. Gadis itu memutar bola matanya malas.

"Ra, kusut amat, kayak cucian" Dina menepuk bahu Hyura.

"Ngantuk, Richo mana? Biasanya juga berdua aja sama lo?" Hyura sempat melihat sekitar, untuk mencari keberadaan Richo.

"Oh Richo, tuh ada di perpustakaan"

"Eh tumben? Kemasukan jin apa gimana tuh anak?"

"Iya kali, tumben tu bocah ke perpus" Dina dan Hyura tertawa.

"Pagi" seseorang membuat tawa mereka berhenti.

"Kev-" Hyura menjadi diam karena hal itu.

"Emm, gue cabut dulu yak" Dina tersenyum menggoda kepada Hyura. Dengan kesadar diri Dina langsung pergi karena mengingat keberadaan Kevin disini. Beberapa pasang mata melihatnya tak suka. Karena memang Kevin adalah termasuk siswa tampan di sekolahnya. Lain hal, dengan sepasang mata yang melihat mereka berdua dari balik dinding.

"Aku anter ke kelas" Kevin mengusap lembut puncak kepala Hyura. Hati Hyura terasa hangat. Ia begitu bahagia. Namun juga sedih, karena tak melihat keberadaan Vernon. Padahal sendari tadi, Vernon melihatnya diam-diam di balik dinding.

"Em- yah" pipi Hyura memerah. Pria yang ia harapkan kali ini telah menjadi miliknya. Sejak beberapa hari yang lalu, Hyura telah menerima Kevin menjadi pacar sekaligus tunangannya. Hal ini membuat Vernon semakin berniat untuk menjauh dari Hyura. Benar saja, Vernon kini tak lagi nampak di depan gadis itu lagi.

Mereka berdua berjalan ke kelas Hyura. Dengan malu-malu Hyura mencuri pandang ke arah Kevin yang terlihat begitu tampan pagi ini. "Eh, kenapa?" Kevin tersenyum manis. Jantung Hyura berdetak kencang. Pipinya memerah lagi. "Cantik deh, kalau kayak gini" Kevin mencubit pipi Hyura pelan.

"Masuk gih, semangat belajar sayang" ucap Kevin sambil mengepalkan tangannya, memberikan semangat. Banyak dari teman-teman Hyura terkesima dengan kejadian ini. Ada yang hanya membuka mulutnya lebar, ada yang berteriak tak percaya dan ada yang tak suka tentunya.

TENTANG HUJAN [SELESAI] ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang